Mohon tunggu...
arif hidayatullah
arif hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

traveling

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Tren Terbaru yang Memengaruhi Akuntansi Keperilakuan di Era Digital

5 Desember 2024   09:10 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Akuntansi keperilakuan adalah cabang ilmu akuntansi yang memfokuskan pada hubungan antara perilaku manusia dan proses akuntansi. Ini mencakup analisis bagaimana individu atau kelompok dalam suatu organisasi membuat keputusan keuangan, serta bagaimana faktor-faktor psikologis, sosial, dan budaya mempengaruhi perilaku tersebut. Lebih dari sekadar angka dan laporan keuangan, akuntansi keperilakuan berupaya memahami dinamika yang terjadi di balik keputusan-keputusan yang mempengaruhi kondisi finansial suatu perusahaan.

Di dunia yang serba cepat dan penuh dengan teknologi, perubahan-perubahan yang terjadi dalam cara kita bekerja dan berinteraksi dengan teknologi sangat mempengaruhi cara kita melakukan akuntansi. Untuk itu, akuntansi keperilakuan menjadi semakin relevan, karena selain fokus pada pencatatan transaksi, juga berusaha memahami bagaimana teknologi, gaya kerja, dan nilai-nilai sosial memengaruhi keputusan keuangan dalam organisasi.

Seiring dengan tren terbaru yang muncul, kita melihat ada sejumlah faktor yang mengubah lanskap akuntansi keperilakuan. Transformasi digital, gaya kerja yang semakin fleksibel, dan tuntutan untuk bertanggung jawab secara sosial dan etis semuanya berdampak besar pada bagaimana kita menjalankan proses akuntansi. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang bagaimana tren-tren ini mempengaruhi akuntansi keperilakuan dan apa saja tantangan serta peluang yang muncul.

1. Artificial Intelligence (AI) dan Automasi: Meningkatkan Efisiensi, Tetapi Juga Tantangan Keperilakuan

Salah satu perkembangan teknologi terbesar dalam beberapa tahun terakhir adalah adopsi massal Artificial Intelligence (AI) dan automasi dalam berbagai bidang, tak terkecuali akuntansi. Banyak tugas-tugas akuntansi yang dulunya dilakukan manual, seperti pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangan, kini dapat diselesaikan dengan menggunakan software berbasis AI. Hal ini tentu meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan manusia.

Namun, di balik kemajuan teknologi ini, ada dampak yang signifikan terhadap perilaku manusia dalam organisasi. Para profesional akuntansi harus belajar untuk bekerja berdampingan dengan teknologi, dan ini menimbulkan berbagai tantangan psikologis. Bagaimana kita sebagai individu bisa menerima perubahan yang membawa kecanggihan yang bisa menggantikan pekerjaan tertentu? Beberapa karyawan mungkin merasa terancam kehilangan pekerjaan, sementara yang lain bisa merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan teknologi baru yang cepat berubah.

Dari sisi organisasi, penting untuk mengelola transisi ini dengan bijak. Pelatihan dan pengembangan karyawan menjadi kunci penting agar mereka bisa lebih siap menghadapi otomatisasi dan AI. Selain itu, perusahaan perlu mempertimbangkan pendekatan keperilakuan dalam merancang sistem teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanpa menimbulkan rasa cemas atau ketidakpastian di kalangan staf.

2. Perubahan Gaya Kerja: Remote dan Hybrid yang Membentuk Dinamika Keputusan Akuntansi

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada 2020 mempercepat pergeseran besar dalam cara kita bekerja. Banyak organisasi yang sebelumnya mengandalkan model kerja tradisional di kantor kini beralih ke model kerja remote atau hybrid. Tren ini membawa perubahan signifikan, terutama dalam konteks akuntansi keperilakuan.

Bekerja dari rumah atau dengan model hybrid mengubah cara tim bekerja sama, berkomunikasi, dan berinteraksi. Salah satu dampak langsungnya adalah adanya kurangnya interaksi langsung antar individu yang sebelumnya terjadi di ruang kantor. Ketika komunikasi tidak lagi terjadi secara tatap muka, banyak informasi non-verbal yang hilang, yang dapat memengaruhi cara kita menyampaikan dan menerima laporan keuangan atau membuat keputusan akuntansi.

Dari perspektif akuntansi keperilakuan, hal ini berarti bahwa pemimpin perusahaan perlu lebih memperhatikan dinamika kepercayaan dan kolaborasi jarak jauh. Membuat keputusan keuangan secara terpisah bisa menurunkan kualitas diskusi dan menambah tingkat kesalahan. Oleh karena itu, pengelolaan tim yang bekerja secara virtual membutuhkan perhatian lebih, serta penggunaan teknologi komunikasi yang efisien untuk menjaga agar tim tetap terhubung dan terkoordinasi.

3. Tuntutan ESG (Environmental, Social, Governance): Akuntansi yang Lebih Etis dan Bertanggung Jawab

Salah satu tren terbesar yang sedang berkembang saat ini adalah semakin tingginya perhatian terhadap isu Keberlanjutan dan ESG (Environmental, Social, Governance). Di dunia yang semakin sadar akan dampak sosial dan lingkungan dari bisnis, perusahaan tidak hanya diukur berdasarkan laba, tetapi juga pada seberapa besar kontribusi mereka terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Bagi akuntansi keperilakuan, ini berarti perubahan besar dalam bagaimana keputusan-keputusan akuntansi diambil. Sebagai contoh, dalam membuat keputusan investasi atau pengeluaran, perusahaan perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat, bukan hanya keuntungan finansial jangka pendek. Tentu saja, ini membawa tantangan dalam cara berpikir dan bertindak, karena nilai-nilai etis dan moral turut bermain dalam setiap keputusan.

Akuntansi keperilakuan berperan penting dalam membantu perusahaan menavigasi aspek psikologis dari keputusan tersebut. Bagaimana akuntan bisa membuat keputusan yang adil dan objektif ketika menghadapi tekanan untuk mencapai target finansial, sementara di saat yang sama perlu mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan? Oleh karena itu, akuntansi keperilakuan membantu memformulasikan sistem akuntansi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial.

4. Big Data dan Analitik: Menggali Pola Perilaku dalam Keuangan

Big Data dan analitik data telah menjadi bagian integral dari dunia bisnis modern, termasuk dalam dunia akuntansi. Kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan untuk melihat pola perilaku yang sebelumnya tidak terlihat. Dalam akuntansi keperilakuan, ini berarti bahwa kita bisa lebih memahami bagaimana individu atau tim dalam organisasi berperilaku terkait keputusan finansial dan bagaimana hal itu berdampak pada hasil keuangan.

Namun, penggunaan data ini juga membawa tantangan. Penggunaan data yang besar untuk analisis akuntansi memerlukan kejelasan etika, seperti memastikan bahwa data digunakan dengan cara yang transparan dan tidak bias. Selain itu, ada potensi penyalahgunaan data untuk tujuan yang tidak etis atau kesalahan dalam penafsiran yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Bagi akuntansi keperilakuan, penggunaan big data mengarah pada perlunya pelatihan dan pemahaman yang lebih dalam tentang cara menggunakan data untuk meningkatkan pengambilan keputusan yang lebih baik, tanpa mengabaikan dampaknya terhadap perilaku manusia di dalam organisasi.

5. Meningkatkan Keseimbangan antara Teknologi dan Sentuhan Humanis

Meski teknologi terus berkembang dengan pesat, unsur manusia tetap menjadi inti dalam akuntansi keperilakuan. Dalam mengelola keputusan keuangan dan membuat perencanaan, akuntan tidak hanya membutuhkan kecakapan teknis, tetapi juga kemampuan untuk memahami dinamika sosial dan emosional dalam organisasi.

Sebagai contoh, kemampuan untuk membaca dan memahami kebutuhan klien atau kolega, berempati dengan keadaan ekonomi organisasi, dan memotivasi tim untuk bekerja secara efisien adalah keterampilan yang sangat penting. Dalam dunia yang semakin digital, keseimbangan antara menggunakan teknologi dengan pendekatan yang humanis menjadi semakin krusial.

Menghadapi Masa Depan Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan telah mengalami evolusi yang signifikan, terutama dengan adanya perkembangan teknologi dan tren sosial baru. Meskipun perubahan ini membawa tantangan, mereka juga membuka peluang bagi para profesional akuntansi untuk berinovasi dan berkembang.

Di masa depan, penting bagi organisasi untuk lebih memahami bagaimana faktor-faktor seperti AI, ESG, dan big data mempengaruhi perilaku individu dalam membuat keputusan keuangan. Oleh karena itu, akuntansi keperilakuan bukan hanya tentang memahami angka, tetapi juga tentang bagaimana memahami dan mengelola perilaku manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang terus berkembang.

Dengan demikian, akuntansi keperilakuan menjadi lebih dari sekadar teori, ia adalah bagian integral dari bagaimana organisasi memandang dan mengelola perubahan dalam era digital ini.

Bagaimana menurut Anda, apakah tren-tren ini akan membawa perubahan besar dalam cara kita melihat dan melaksanakan akuntansi di masa depan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun