Di buku Sate Ratu, Kok Bisa gitu? penulis menyampaikan bahwa Sate Ratu akan menempati lokasi baru di daerah Tiyosan, Condongcatur Sleman DIY. Jaraknya kurang lebih 7 km dari lokasi lama, memang cukup jauh dari pusat kota. Tapi yang sekarang, tidak lagi berbagi tempat dengan tenant lain seperti sebelumnya. Sepanjang Jalan Sidomukti Tiyosan merupakan kawasan kuliner yang baru berkembang, sehingga meskipun jauh dari pusat kota, para kuliners tetap berkunjung ke kawasan ini.
Dengan dikoordinir Kompasianer Jogja, saya dapat hadir di lokasi baru Sate Ratu pada Rabu lalu, 3 Februari 2021. Selang 6 hari setelah buka pertama di lokasi baru pada tanggal  29 Januari 2021. Sekitar sebulan sebelum pindah, Pak Fabian Budi Seputro; pemilik restoran ini sudah sounding di media sosial bahwa calon lokasi baru Sate Ratu sudah muncul di peta Google dengan nama "The Next Sate Ratu", agar bisa dikepoin para pengunjung.Â
Sekarang nama Sate Ratu di peta Google sudah menunjukkan lokasi baru. Peta Google membawa saya menuju Sate Ratu mengendarai motor. Butuh waktu 30 menit sampai ke lokasi karena belum kenal kawasan ini. Berangkatnya sempat melalui jalan kampung yang sunyi, pulangnya sempat nyasar karena gelap dan hujan cukup deras :) .
Nuansa putih mendominasi bangunan Sate Ratu, dari dinding, tiang, pagar, hingga atap. Tanah yang ditempati Sate Ratu, dari jalan raya bentuknya memanjang ke belakang. Ada 3 bangunan berdiri, bangunan kecil di sisi selatan dekat jalan raya terdapat tempat shalat. Sisi utara agak menjorok ke dalam, berdiri bangunan utama memanjang ke belakang. Ruang makan, kasir, toilet, dapur, dan tempat pemanggangan sate ada di sini. Satu bangunan lagi agak di belakang sepertinya sebagai tempat loker karyawan.
Lokasi baru cukup menarik, ada taman di sisi selatan bangunan utama yang menyejukkan pandangan. Ruangan dengan satu dinding membuat pengunjung tidak merasa sumpek. Dan di ujung belakang adalah area makan terbuka yang sepertinya akan jadi tempat favorit pengunjung jika tidak hujan. Di area ini pengunjung bisa melihat sawah yang masih hijau di tanah sebelah.
Alur pengunjung mungkin seperti ini, sebelum masuk ke ruang utama, pengunjung akan dicek suhunya dengan pistol thermo. Kemudian diminta menggunakan pembersih tangan atau mencuci tangan di wastafel yang tersedia. Baru mencari tempat duduk yang diinginkan, lalu resepsionis akan mencatat menu pesanan dan pengunjung tinggal menunggu hidangan tersaji meja makan.
Saat saya berangkat cuaca mendung, dan akhirnya sebelum Maghrib hujan deras mengguyur seluruh Yogyakarta. Gagal deh menikmati sate merah di area terbuka. Kami menyantap sate merah ditemani Pak Budi, diselingi obrolan ringan mengenai Sate Ratu. Saya perhatikan ada sedikit perbedaan dengan lokasi sebelumnya, pujasera Jogja Paradise.Â
Di sana, saya biasa langsung ke kasir untuk memesan sate. Di sini, di pintu masuk ruang utama, sudah "dihadang" resepsionis dan disodori kertas menu. Saya juga merasa karyawan terlihat bertambah, tapi menurut Pak Budi sebelumnya juga sudah banyak, hanya saja tidak terlihat karena di Jogja Paradise dapur pengolahan sedikit tersembunyi dari pengunjung. Saat ini karyawan Sate Ratu berjumlah 31 orang, dan kemungkinan akan bertambah mengingat beban kerja ternyata juga bertambah.
Konsep dapur Sate Ratu di lokasi baru adalah "dapur terbuka", pengunjung bisa melongok proses produksi. Dalam sekali bakar, puluhan sate langsung diletakkan di atas garangan sate jumbo. Durasi pelayanan dari pesan menu hingga tersaji di meja adalah 10-15 menit. Hal ini dikatakan mbak resepsionis ketika saya kembali jajan ke Sate Ratu pada Sabtu akhir pekan. Mungkin karena saya terus melongok ke belakang dengan wajah gelisah, padahal saya mencari-cari apa ada kursi kosong di area makan terbuka :) .
Di saat hujan, Sate Ratu malah kebanjiran pesanan online. Gofood dan Grabfood silih berganti datang. Di saat akhir pekan pengunjungnya yang "banjir" :) . Tidak heran jika butuh tenaga lagi untuk melayani pengunjung. Dan favorit pengunjung memang area makan terbuka! Saya saja kesulitan mendapat tempat di sana.
Apa yang terjadi pada hari-hari awal setelah pindah, melebihi ekspektasi pemilik dan karyawan. Mungkin akan ada penyesuain supaya pengunjung merasa lebih nyaman. Saya pribadi merasa puas dengan pelayanan Sate Ratu. Yang jadi PR tapi sulit terealisasi adalah lahan parkir mobil terbatas, tinggal kreativitas pengatur parkir yang jadi andalan. Pengatur parkir sepertinya bukan bagian dari karyawan, baru satu orang yang paham cara mengarahkan mobil. Yang lainnya masih ngaco ;) , sebaiknya ada pembagian pengatur parkir mobil dan motor, untuk kebaikan bersama. Sukses untuk Sate Ratu!
Ingin tahu rasanya sate merah di Sate Ratu? Bisa baca waktu saya pertama kali ke sini. Atau tertarik dengan Sate Kanak? Coba klik tautan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H