Merapi, gunung yang berada di empat kabupaten ini dicintai sekaligus ditakuti. Dicintai karena keindahannya, membawa kesuburan, dan memberi sumber air bagi warganya. Ditakuti ketika Merapi bergetar, mengeluarkan lahar, dan awan panas. Masih terkenang erupsi Gunung Merapi 2010 yang meluluhlantakkan pedesaan di lereng sekitarnya.
Puluhan tahun lalu saya bersama ratusan teman sekolah camping di kawasan Kalikuning Umbulharjo, Cangkringan Sleman, Yogyakarta. Di awal 2018 saya kembali mengunjungi Kalikuning, merasakan camping dan trekking bersama puluhan sahabat Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di Kalikuning Park.
Kawasan yang berada di timur Kaliurang ini terkenal dengan panorama alam dan kesejukannya sehingga menjadi tujuan wisata terutama camping dan outbond. Kali (sungai) Kuning yang berhulu di puncak Gunung Merapi adalah salah satu sungai yang dilintasi lahar Merapi. Di Kali Kuning juga terdapat sumber mata air yang menjadi penghidupan warga Yogyakarta.
Kalikuning Park
Terletak di utara kota Yogyakarta 25 km dari Tugu Pal Putih kota Yogyakarta, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi. Tidak ada transportasi umum massal menuju kawasan Kalikuning. Transportasi umum yang tersisa adalah minibus rute Bunderan UGM -- Pasar Pakem yang jumlahnya terbatas, selanjutnya bisa naik ojek pangkalan menuju Kalikuning.
![Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/9-peta-kalikuning-park1-5a5767d4bde5750e44550da2.jpg?t=o&v=770)
![Dok. instagram.com/jogjaku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/13-tenda-kalikuning-5a576833dd0fa839662be204.jpg?t=o&v=770)
Saya tidak mendirikan tenda dome di camping ground, tapi menempati tenda keluarga berbentuk rumah segitiga di Kalikuning Adventure Park (KAP) yang berada 300 meter selatan camping ground Kalikuning Park. Ada lima rumah segitiga berukuran 2,5 x 3 x 2,5 meter, yang seluruhnya dibuat dari kalsiboard. Rangka rumah dari baja, sedangkan pintu menggunakan bahan kalsiboard yang dipadukan dengan alumunium sebagai rangka dalam.
Kalsiboard dipilih karena tahan air dan kuat dari terpaan angin. Rumah ini didesain tanpa jendela, dengan ukurannya yang mungil saat pintu dibuka cahaya matahari sudah cukup memberi penerangan seisi rumah. Dengan lantai 0,2 meter dari tanah, penampakannya seperti rumah panggung yang memiliki ventilasi di ujung lantai samping kiri dan kanan. Untuk menyimpan barang bawaan, dimanfaatkanlah langit-langit sekaligus menjadi plafon, meskipun hanya 0,5 meter dari belakang bangunan. Dengan tinggi 2 meter dari lantai, diharapkan kepala penghuni tidak akan terantuk papan kalsiboard.
![Tenda family Kalikuning. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/11-rumah-segitiga-yang-ditempati-5a576897dd0fa83968743402.jpg?t=o&v=770)
Bagaimana cara tidurnya? Posisi kepala di bawah plafon dan menghadap ke pintu. Gunakan sleeping bed bag atau kasur lipat beralaskan matras. Sleeping bag menjaga tubuh tetap hangat tanpa menggunakan selimut, kaos kaki, dan kaos tangan. Godaan terbesar hanyalah suara angin gunung yang mengajak pohon bambu menari.
Enaknya camping family KAP adalah saya tidak perlu membawa peralatan dari rumah. Camping serasa di hotel :), kecuali peralatan mandi harus bawa sendiri.
Bagi muslim yang akan shalat bisa menggunakan pendopo yang berada di dekat pintu masuk KAP, jika merasa letak mushalla di Kalikuning Park relatif jauh. Tersedia juga dua toilet duduk dan jongkok di utara pendopo KAP.
Trekking dan Bird Watching
Usai sarapan, kami bergegas menuju lapangan di selatan pendopo untuk melakukan persiapan trekking (jalan kaki menyusuri Kalikuning) dan bird watching (mengamati burung di pepohonan). Sahabat TNGM yang ikut sekitar 42 orang yang dibagi 4 kelompok. Sebelum pemanasan kami mendapatkan gelang rubber sebagai pengenal kelompok. Saya masuk kelompok 4 dan mendapatkan gelang merah.
![Pemanasan. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/10-pemanasan-sebelum-tracking-5a576944cf01b425690bbf13.jpg?t=o&v=770)
![Rute tracking. Dok. Titin Septiana.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/img-20180103-wa0003-5a5769e95e13732fd254ce52.jpg?t=o&v=770)
![Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/18-jalan-yang-dilewati-5a576a1616835f65216822f5.jpg?t=o&v=770)
![Taman di Plunyon. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/5-plunyon-5a5769d3bde5750b1863f1e2.jpg?t=o&v=770)
Di depan gerbang Plunyon, dua "spotting scope"monokular sudah berdiri sebagai alat pengamatan burung. Selain monokular juga ada beberapa binokular. Burung yang hinggap di pohon Pinus adalah jenis Jalak atau Perling atau Kutilang. Burung itu bebas masuk sarang dan terbang. Ciri khas burung-burung tersebut berbulu hitam bermata merah. Saya kurang tahu persis apakah Perling Kumbang atau Perling Kecil.
![Gerbang Plunyon Kalikuning. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/4-gerbang-plunyon-5a576c3316835f651301b933.jpg?t=o&v=770)
Menuju Dam Plunyon
Puas dengan pengamatan burung, peserta berangkat menuju Umbul Temanten. Di sinilah letak tantangannya. Peserta harus melewati jalan tanah, jalan berbatu dan menyibak ilalang. Saya yang menggunakan sepatu sneakers dan kaos lengan pendek merasakan kulit gatal dan sedikit lecet.
Pipa-pipa perusahaan air saling tumpang tindih, mengalirkan air kepada para pelanggannya. Sebagian pipa terbuat dari baja, sebagian lagi dari rubber yang sepintas terlihat seperti kabel fiber optis.
Dam Plunyon menjadi tempat uji nyali, rute menyeberangi Kali Kuning diubah meniti pipa air! Saya yang berencana melewati Kali Kuning harus mengurungkan niat karena semua peserta lewat atas! Haha..
![Uji nyali di Dam Plunyon.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/dam-plunyon-5a576c1d5e137331c7125312.jpg?t=o&v=770)
Uji nyali masih berlanjut, untuk meneruskan perjalanan mau tidak mau harus meniti pipa air kembali meskipun tidak lagi ada sungai di bawah pipa. Setelah melewatinya, pipa-pipa air menjadi teman perjalanan kami. Peserta jalan setapak yang basah oleh air pipa yang bocor. Sebagian kebocoran ditutup batu, sebagian lagi memancar seperti air mancur.
Sempat terpeleset jatuh oleh licinnya tanah, tapi tidak sampai menimbulkan luka. Medan yang lumayan berat (pendapat pribadi) menyebabkan saya dan beberapa peserta beristirahat sejenak, mengatur nafas dan meneguk air minum yang kami bawa. Hingga sampailah kami di destinasi terakhir Umbul Temanten.
![Umbul Temanten. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/umbul-temanten-5a577545f1334477fd2275a3.jpg?t=o&v=770)
![Istirahat. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/istirahat-di-umbul-temanten-5a578b74cf01b4309513ab82.jpg?t=o&v=770)
![Ibu Evie menanam kemenyan. Dok. pribadi.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/17-penanaman-kemenyan-5a577528ab12ae7d63185092.jpg?t=o&v=770)
Sebelum kembali ke Kalikuning Park, acara Camping Family ditutup oleh Akhmadi, S.Hut. M. Si.; Kabag TU Balai TNGM, Dirjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
![Dok. Titin Septiana.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/11/img-20180105-wa0004-5a578b41cf01b43489747222.jpg?t=o&v=770)
Camping Family kali ini benar-benar luar biasa, banyak kejutan dan menyenangkan. Saya terperangah dengan ragam flora dan fauna Taman Nasional Gunung Merapi. Tidak semua saya tahu, mungkin esok saya akan kembali lagi ke sini.... semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI