Sebutkan nama masakan Jepang yang terlintas dalam pikiran? Ramen dan sushi, itulah jawaban saya yang hanya bisa melihat di film kartun, komik, manga, atau program televisi edisi JKT48 jalan-jalan ke Jepang. Banyak restoran masakan Jepang berdiri, melihat tempatnya saya selalu mengernyitkan dahi, menafsirkan kalau saya tidak cocok dengan suasananya. Maklumlah saya generasi tua yang lebih suka menghabiskan waktu di rumah.
Beberapa kali mengikuti event disugati box masakan Jepang tapi tidak tahu namanya. Meskipun eneg tapi selalu habis karena lapar :). Pernah juga disugati kotak snack berini origami yang dibungkus dengan rumput laut berwarna hijau, saat itu tidak tahu nama dan cara makannya sehingga rumput lautnya dibuang karena dikira plastik. Saya melakukan itu karena mengikuti mayoritas hadirin :), ternyata sama-sama tidak tahu.
Keingintahuan tentang masakan Jepang membuat saya tertarik tawaran Kompasianer Jogja, bertandang ke Nagoya Japanese Fusion Resto di Jalan Prof. Dr. Sarjito 11 Yogyakarta pada hari Sabtu 12 Agustus 2017 lalu. Menempati komplek pertokoan Dea, sebelah utara jembatan Kali Code Jetis atau selatan bimbel Neutron. Saya jadi teringat ketika puluhan tahun lalu, bersama teman satu kelas selalu  fotokopi di Fotokopi Dea, tempatnya belum disekat untuk pertokoan seperti sekarang. Nagoya Japanese Fusion Resto ini di samping Dea fotokopi.
Ketika masuk ke Nagoya, sudah terjejer rapi 6 meja sebaris menyambut 12 Kompasianer Jogja. Resto yang berdiri sejak 8 Mei 2010 ini mampu menampung 32 tamu. Sengaja datang lebih awal dari perjanjian, untuk lebih mengenal tempat ini. Sebagian yang telah hadir melihat-lihat daftar menu sambil sesekali memotret untuk kenarsisan di media sosial. Saat duduk di pojokan, mata saya tertuju pada selembar kertas yang tertempel di dinding berwarna merah; level pedas dari 1-10. Kepedasan yang setara 1 sendok makan cabe hanya Rp. 0,5K per level, dimulai level 1-5. Level 5 ke atas, tingkat kepedasan naik per Rp. 1K.
Mangkuk-mangkuk besar keluar, disusul mangkuk sedang, dan piring. Hidangan yang tersaji sesuai gambar di menu, tinggal dicocokkan namanya apa saja. Mangkuk putih besar tentulah ramen, mangkuk  sedang dengan menu ramen dan udon, dan yang disajikan dalam piring adalah sushi dan katsu.
Saya kemudian ambil salah satu yang dihidangkan dalam piring; Yasai ramen. Menu ini adalah ramen dengan isi daging ayam, saus kental, dan sayuran. Istilah orang Indonesia adalah mie goreng, tapi ramen memiliki ciri khusus yaitu lurus dan tidak keriting.
Tak terasa saus ramen meluber ke bibir, begitu terus saat melahap Yasai Ramen. Kental dan menempel dengan ramen, sayapun selalu mengusapnya agar tidak tambah belepotan. Lidah menyampaikan ke pikiran, "Rame, kayak permen." Ada asam, manis, dan asin laksana kari. Daging ayam dan jamur cukup menggoda untuk dinikmati, lembut dan bumbunya meresap.
Perhatikan lagi daftar menu, di pojok kiri atas menu Yasai Ramen ada bulatan kecil berwarna hijau, pertanda menu ini tidak pedas. Selain warna hijau ada kuning (pedas sedang) dan merah (pedas sekali); menurut penyajian standar. Tapi pengunjung bisa minta kepada server menentukan level kepedasan, bisa ditambah maupun dikurangi.
Kenapa menggunakan nama Nagoya Japanese Fusion Resto, karena David saat kuliah di Sastra Jepang UGM pernah ikut dalam program pertukaran pelajar di Nagoya. Restoran ini sebagai pengobat rindu dengan kota di Jepang tersebut. Fusion dipilih untuk menyesuaikan masakan Jepang dengan lidah orang Indonesia, sebagai contoh adalah sushi yang aslinya mentah. Tapi di Nagoya Resto semua masakan disajikan matang/masak. Nagoya Resto menjaga cita rasa masakan dengan "belanja hari ini harus habis hari ini", maka dari itu bahan masakan dijamin fresh.
Model kemitraan pun dibuat untuk membantu siapa saja yang ingin mengembangkan usaha restoran Jepang. David tidak mematok kuantitas mitra, untuk mempertahankan kualitas tiap tahun hanya dibatasi 3 mitra Nagoya Japanese Fusion Resto. Hanya sekitar 20-25% bahan yang masih diimpor dari negara asal, selain itu semua pasokan dari mitra di Indonesia. Di Yogyakarta telah berdiri 2 Nagoya Resto, dari 11 cabang seluruh Indonesia pada tahun 2017 ini.
Sepiring Yasai Ramen hanya Rp. 17K, cukup terjangkau untuk warga Yogyakarta. Pengunjung Nagoya pun didominasi mahasiswa, selain alasan harga dan porsinya yang seimbang; Nagoya Resto di Jl Prof. Dr. Sarjito cukup dekat dengan kampus UGM.
Nagoya Japanese Fusion Resto
Jl. Prof. Dr. Sarjito 11 Yogyakarta
Buka: Tiap hari jam 12.00-21.00 WIB
Email: nagoyafusion@yahoo.com
Web: www.nagoyafusion.net
Twitter: @nagoyafusion
FP FB: Nagoyafusion
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H