Mohon tunggu...
Sugiman W
Sugiman W Mohon Tunggu... Buruh - Saya

Menulis "sesuatu" di Jogja. Sudah jarang nulis di sini.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyibak Hamparan Sawah Desa Wisata Malangan

23 Maret 2017   09:32 Diperbarui: 24 Maret 2017   20:00 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat datang di Desa Wisata Malangan.

50 meter dari sekretariat kami diperlihatkan perikanan warga yang siap panen. Kami mungkin datang di saat kurang tepat, karena pemilik kolam baru akan memanen ikan lele dumbo esok hari. Selain lele dumbo di kolam semen, di sisinya terdapat kolam tanah (blumbang) berisi ikan mujahir.

Membatik.
Membatik.

Setelah melihat perikanan, kami diajak ke tempat pembuatan batik. Saya ganti naik sepeda kota (city bike) yang memiliki jok boncengan. Cucu saya kreatif, di sela-sela Pak Wiji menjelaskan perikanan Malangan, dia minta pada salah seorang Pokdarwis agar meminjamkan sepedanya. Mereka terharu dengan penuturan orang yang belum bisa naik sepeda, dan merelakannya kami naiki berdua.

Udara Dusun Malangan cukup sejuk meskipun tidak berada di dataran tinggi, tidak banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang. Pepohonan sepanjang jalan cukup rindang untuk sekedar menapis sengatan matahari.

Tujuan kedua adalah rumah seorang perajin batik, kami melihat seorang ibu sedang membatik dengan alat yang masih tradisional, mengingat sekarang sudah banyak pengguna canting listrik. Waktu kami terbatas dan harus melanjutkan perjalanan melihat persawahan dengan sistem mina padi.

Mina padi.
Mina padi.

Perjalanan kali ini agak jauh, sekitar 1 km ke selatan dari rumah perajin batik. Tak terasa hari sudah semakin siang, langit yang sedikit mendung membuat kami tidak merasa panas. Sepeda kota yang saya naiki memiliki 6 tingkat kecepatan roda belakang (6 Rear Derailleur), memudahkan saya ketika menemui jalan tidak beraspal (tanah biasa) dan naik (ke arah utara) ketika kembali ke sekretariat. Dengan memanfaatkan RD tersebut stamina tidak cepat terkuras, apalagi di belakang cucu yang membonceng.

Saya sempat berhenti sejenak di tepi jalan mengabadikan padi yang luas terhampar. Di antara batas sawah dan jalan, terlihat tanaman cabai rawit yang sengaja ditanam warga. Cabai rawit merupakan bahan utama sambal warung pecel lele dan pendamping gorengan, karena tanamannya mudah dipelihara dan harganya cukup murah.

Dusun Malangan terlihat bersih, jarang ditemukan sampah di tepi jalan, batas antara jalan dengan sawah pun tertata rapi dan enak dilihat. Tak terasa saya sudah tertinggal rombongan, sayapun memacu sepeda menyalip beberapa peserta Dolan Wisata, sehingga bisa berhenti lagi untuk memotret alam Malangan.

Tertinggal jauh dari peserta lain.
Tertinggal jauh dari peserta lain.

Di persimpangan jalan tanah dan aspal, salah seorang Pokdarwis yang berjaga di persimpangan mengarahkan kami menyusuri jalan di tengah sawah. Padahal rombongan di depan melewati jalan beraspal, hanya beberapa peserta mengikuti saran Pokdarwis tersebut.

Rute yang kami tempuh lebih jauh, di kiri kanan terlihat hamparan sawah yang mulai menguning. Lagi-lagi kami jadi rombongan terakhir karena menunggu rekan yang kepincut membuat video perjalanan. Saya tidak terlalu kecewa melewatkan penjelasan tentang mina padi. Bagi saya, bersepeda di antara sawah dan mengabadikannya lebih penting.

Mina padi adalah memelihara padi di sawah sambil memelihara ikan. Dengan begitu petani tidak direpotkan oleh hama tikus, pupuk yang mahal, atau ilalang yang tumbuh di sela padi. Cukup perhatikan irigasi agar padi dan ikan tetap hidup dan bisa dipanen. Jika anda tertarik dengan sistem mina padi, silahkan belajar di desa wisata Malangan ini.

Peserta dan Pokdarwis balap sepeda.
Peserta dan Pokdarwis balap sepeda.

Rombongan pertama mulai meninggalkan mina padi, kamipun mengikuti mereka meninggalkan lokasi. Sepertinya rombongan depan suka balap sepeda tanpa menikmati pemandangan sekitar. Itu terserah mereka sih, saya lebih suka menikmati hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun