Mohon tunggu...
Laila Nur Fitria
Laila Nur Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"Hidup adalah suatu cara dimana kita akan terus mengalami proses yang mungkin rumit, namun percayalah akan ada jalan dari setiap kesulitan yang kita lalui"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sahabat Kecil ataukah Teman Sebaya yang Akan Sejati di Masa Depan?

5 Desember 2022   20:23 Diperbarui: 5 Desember 2022   20:26 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi Teman Sebaya | Sumber Gambar:Fimela.com

                                                                                  

"Teman sejati adalah teman yang selalu ada di kala kita senang ataupun susah. Bukan yang hanya hadir di kala senang, namun menghilang di saat kita susah. "

Dulu sejak kecil, aku memiliki satu sahabat kecil yang sangat dekat sekali. Hingga kami sering bermain bersama, makan bersama, bahkan apapun kita lakukan bersama. Mungkin karena pada saat itu jarak rumah kita yang dekat, kemudian ada rasa nyaman dan kelekatanku dengan dia sedari usia dini sehingga kita bersahabat. Nah, momen bermain dan bercanda bersama sahabat kecil adalah suatu momen yang sangat aku rindukan saat ini yang tak bisa terulang kembali.

Kedekatan persahabatan kita sangat intens sejak kecil hingga kita sama bersekolah di sekolah menengah pertama. Kita sering belajar bersama, berangkat sekolah bersama dan lain sebagainya. Namun, keadaan berubah ketika kita sudah masuk SMA. Hubungan persahabatan yang dulu sejak kecil sudah kita bangun bersama harus renggang hingga akhirnya berpisah. Karena kurangnya waktu bersama untuk saling bertemu/ ngobrol, dan dengan kesibukan masing-masing serta suasana baru yang sudah merubah pula pola interaksi dan cara berpikir kita.

Karena di desa dia tinggal bersama kakek dan neneknya sejak kecil. Dan Seiring berjalannya waktu dan dia pergi ke kota asal ibunya dan memilih sekolah SMA disana. Hubungan persahabatan yang sedari kecil kita bangun semakin renggang. Kita semakin lost contact, ketemu hanya sekali pada saat lebaran, dan rasa canggung antara kita sangat terasa, serta obrolan yang sudah dingin dan tak seakrab dulu menambah renggang hubungan tersebut. Mungkin dengan jarangnya kita bertemu dan tidak sesering dulu dimana kita menghabiskan waktu bersama, hal tersebutlah yang membuat kita kurang nyambung dalam obrolan yang sudah tak seperti dulu lagi. Dan usia kita pula yang sudah menginjak remaja sehingga pola pikir dan lingkungan sekolah kita yang berbeda pula membuat kita semakin merasa berbeda dalam hal pemikiran. Lalu dari gambaran diatas, apa sih yang dimaksud dengan teman sebaya, serta bagaimanakan interaksi teman sebaya itu terutama jika terjadi pada anak usia dini??

Konsep Interaksi Teman Sebaya

Hubungan sosial teman sebaya adalah hubungan individu pada anak- anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Konsep dasar manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk saling berhubungan, saling berinteraksi, saling berhubungan, menjalin kedekatakan satu sama lain antar manusia lainnya dalam kehidupannya. Manusia di muka bumi ini pasti tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya manusia lainnya, pemenuhan kebutuhan baik dalam hal yang primer/ sekunder akan saling membutuhkan yang lainnya. Nah, berdasar dari pengertian diatas jadi seorang individu yang dalam suatu kelompok sebaya terdapat kesamaan antara satu yang lainnya baik dalam hal tujuan, kebutuhan, visi/misi suatu hal, tujuan yg sangat memperkuat kelompok tersebut, terutama usia yang sama dalam interaksi tersebut.

Sedangkan yang dimaksud teman sebaya, Menurut John W. Santrock teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. selain itu pula anak dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran, dan pengalaman mereka dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalan kehidupan sosial dan pribadinya.

Bisa pula diartikan Teman sebaya atau kelompok sebaya merupakan lingkungan sosial yang ada dekat dan dimana kita tinggal selain lingkungan keluarga, dimana dari lingkungan tersebut seorang individu/ kita akan belajar dan menambah wawasan, kemampuan dan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dari lingkungan kelompok sebaya atau teman sebaya yang akan memberikan dampak positif serta memberikan masukan/ saran bagi individu tersebut.

Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa interaksi anak usia dini dengan teman sebayanya itu dimana anak saling berinteraksi dengan anggota kelompok yang usianya kurang lebih sama dan mereka saling bertukar pikiran serta berbagi pengalaman mereka. Dimana dari interaksi tersebut mereka akan saling memberikan bantuan kepada temannya yang tadinya merasa takut dan tidak mampu untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan adanya teman sebaya mereka menjadi percaya diri karena adanya bantuan dan dukungan, sehingga si anak tersebut merasa temotivasi dan menjadi percaya diri.(Khoirunisa 2021). Kita bisa mencontohkan ketika si anak sedang bermain dengan temannya, maka anak akan saling bekerjasama, saling berinteraksi dalam berbagi mainan ataupun bermain bersama. Kemudian dalam hal ini anak adalah peniru yang ulung, oleh karena itu dia akan meniru/ melakukan apa yang dilakukan oleh teman sebayanya.

Kemudian salah satu perekat/ kunci kedekatan antara anak usia dini dengan teman sebayanya dalam menjalin interaksi adalah dengan bermain. Melalui bermain pula anak dapat terstimulus/ mendapatkan pengetahuan yang baru berdasarkan pengalamannya. Terlebih ketika belajar sambil bermain anak akan dengan mudah menangkap stimulus yang diberikan. Nah, berbicara mengenai bermain, terdapat dua teori konsep bermain menurut Piaget dan teori menurut Vygotsky.

Menurut Vygotsky ia menekankan bahwa bermain dalam hal ini sebagai kebutuhan bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak. Menurut Vygotsky seorang anak belum dapat berpikir abstrak karena bagi mereka makna dan objek  menjadi satu. Berdasarkan hal tersebut Vygotsky menekankan bahwa teori kognitif harus lebih berperan dalam bermain terlebih untuk mengembangkan cara berpikir yang abstrak yang berkaitan dengan ZPD dan pengaturan diri. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan teori dari Vygotsky adalah bermain dapat memisakan makna dengan objek yang sebenarnya, sehingga bermain disebut dengan proses self help tool.

Sedangkan Teori Piaget (1962) menjelaskan bahwa bermain bukan saja mencerminkan tahap perkembangan anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap perkembangan kognisi itu sendiri. Lebih lanjut Piaget menjelaskan bahwa Perkembangan bermain berkaitan dengan perkembangan kecerdasan seseorang. Artinya dalam hal ini anak dapat menggunakan panca inderanya untuk menyentuh, mencium, melihat, serta mendengarkan untuk secara langsung mengetahui sifat-sifat dari objek tersebut. Kemudian dari penginderaan itu anak dapat menemukan fakta-fakta menarik, informasi baru, serta pengalaman yang menjadikan dasar dari pemikiran abstrak tersebut. Kemudian sejalan dengan pendapatnya Piaget juga mengemukakan teorinya mengenai tahapan perkembangan bermain pada anak yakni terdapat 4, dimulai pada tahap Sensory Motor Play ( 3/4 bulan -- 2 tahun), Symbolic/ make Believe Play ( 2-7 tahun),  Social Play Games with Rules ( 8-11 tahun), Games with Rules and Sports  (11 tahun keatas). Dari keempat tahapan tersebut yang dikemukakan Piaget sudah terdapat metode sesuai usia serta tahapan  perkembangan anak.   

Hubungan antara Persahabatan dengan Teman Sebaya

Pada konsep hubungan teman sebaya, hal ini sering dikaitkan dengan namanya persahabatan. Mengapa demikian, karena Persahabatan merupakan hubungan yang saling timbal balik di mana kedua individu mengidentifikasi satu sama lain sebagai teman (Bukowski, Motzoi , & Meyer, 2009). Kemudian Penelitian lainnya telah mengungkapkan bahwa hubungan timbal balik tersebut melibatkan respon, kerjasama, dan koordinasi. Sama seperti halnya jika kita ibaratkan deangan pola pengasuhan yang berkualitas tinggi, begitupun dengan persahabatan yang berkualitas tinggi akan memberikan dukungan sosial yang menjadi dasar pengembangan konsep seperti keadilan, empati, sosial yang tinggi dan kesetaraan. Jadi pada intinya persahabatan dan teman sebaya adalah suatu korelasi(hubungan) dimana memberikan efek yang sangat positif antar individu. Dengan tali persahabatan pula akan terjalin kerekatan serta kedekatan teman sebaya tersebut.

Melanjutkan cerita diatas tentang sahabat kecil saya, jika hal yang dulu kita lakukan sewaktu kecil bermain bersama, hingga saling menghabiskan waktu bersama apapun itu tidak bisa terulang kembali. Karena kini kita sudah sama saling remaja dan beranjak dewasa dan dengan padatnya kegiatan kita. Itulah yang membuat hubungan persahabatan kami kini renggang. Namun meskipun begitu saat ini sahabat kecil saya dulu yang selalu membersamai dalam hal apapun tak akan pernah saya lupakan. Meskipun kini kita saling menemukan lingkungan baru yang pasti dengan teman baru, relasi yang luas. Tetap sahabat kecil akan tetap memiliki bagian di hati saya sebagai suatu ikatan persahabatan yang dulu pernah kita jalin bersama.

Berbicara tentang sahabat dan teman, taukah kalian perbedaan antara keduayaa??? Perbedaan secara signifikan yakni dimana jika seorang teman adalah orang yang kita jumpai baik di lingkungan sekolah, teman online, ataupun orang yang hanya sekali/ dua kali bertatap muka dengan kita dan tidak terlalu intens dalam kedekatan itulah yang bisa kita sebut dengan teman. Sedangkan sahabat adalah teman yang sangat dekat dan memiliki kedekatan yang sangat intens dengan kita. Selain itu pula, bisa dikatakan sahabat karena yang selalu mendengarkan keluh kesah kita ketika kita sedang mengalami suatu masalah.

Mungkin itu sedikit pembahasan artikel kali ini tentang interaksi teman sebaya dan bagaimana konsep persahabatan itu sendiri. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan baru bagi pembacanya. Dan mohon maaf apabila ada kesalahan saya baik dalam penulisan ataupun kata. Emm, semoga sahabat kecil aku diluar sana, semoga kamu selalu sehat yaa, dan semoga juga artikel ini sampai ke kamu dan kamu membacanya kalau akau merindukan masa dimana kita dulu bersama. Okeh, See You The next Article........

DAFTAR REFERENSI

Ardini, Puspa Pupung, and Anik Lestariningrum. 2018. "Bermain & Permainan Anak Usia Dini." Adjie Media Nusantara 3.

Khoirunisa, A. (2021). "Analisis Iinteraksi Sosial Anak Usia Dini Dengan Teman Sebaya Di TK Dian Ekawati Kelompok B Pada Masa Pandemi Covid-19." Repository.Uinjkt.Ac.Id.

Lamb, M. E,. & Lerner, R. M. (2015). Handbook of Child Psychology and Developmental Science. Vol. 4. (Vol.3). In Wiley.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun