"Pendidikan seks dapat dikatakan sangat  penting untuk di tanamkan pengetahuan pada anak sejak dini. Terdapat  beragam alasan serta tujuan mengapa pendidikan seks itu penting, yakni bertujuan mengajarkan anak sedari dini mengenai organ kesehatan reproduksi, agar anak tidak terkejut saat memasuki usia pubertas, menjaga serta mencegah terjadinya penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, dan mencegah seks/kehamilan diluar nikah."       Â
Halo guys! Bagaimana kabar kalian? semoga semuanya selalu dalam kesehatan dan lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Artikel pada kali ini kita akan membahas suatu tema yang sangat menarik serta krusial untuk dibicarakan lebih lanjut. Nah, pembahasan kali ini kita akan mengulas mengenai seksualitas. Mungkin dari kebanyakan orang berpikir mengapa masih anak masih dalam usia dini sudah harus mempelajari pendidikan seksualitas. Ada pula yang mungkin memiliki opini bahwa anak usia dini dikatakan masih awam atau belum terlalu paham apabila dijelaskan masalah seksualitas atau gender. Namun ada banyak hal yang sangat penting sehingga kita harus menanamkan pendidikan seksualitas serta gender pada anak. Sesuai apa yang disampaikan di awal bahwa masalah pendidikan seksualitas ini adalah suatu hal yang sangat krusial.
Semakin maraknya/ dapat dikatakan darurat kasus pelecehan seksual dan kita amati pada negara kita sendiri yakni Indonesia. Jika kita melihat berita kasus pelecehan seksual di televisi seperti pencabulan yang dilakukan oleh ayah tiri kepada anak perempuannya, dosen pada mahasiswinya, dan masih banyak lainnya. Angka kekerasan seksual yang cukup tinggi di Indonesia membuat kita harus semakin mengenalkan anak mengenai seks. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat serta melaporkan, setidaknya terdapat kurang lebih sekitar 797 anak yang menjadi korban kekerasan seksual sepanjang Januari 2022. Jumlah tersebut setara dengan 9,13 persen dari total anak korban kekerasan seksual pada tahun 2021 lalu.Â
Kekerasan merupakan suatu perbuatan yang dapat melukai baik secara fisik maupun psikisnya. Kekerasan seksual biasanya dilakukan oleh predator yakni orang dewasa pada anak- anak usia dini, anak akan cenderung masih belum mengerti dan tidak memiliki pilihan sehingga mereka tidak akan tahu apa yang dilakukan pelaku. Sebelumnya yuk ketahui perbedaan ketiga istilah penting dalam seksualitas.
Apa Perbedaan Antara Sex, Gender, Serta Sexuality Itu?
Sebelum kita mempelajari lebih jauh, kita harus memahami serta menyamakan persepsi tentang perbedaan pengertian dari sex, gender serta sexuality. Pengertian sex dan gender banyak yang menganggap memiliki kesamaan dalam pengertian, namun padahal sebenarnya keduanya berbeda. Sex/ jenis kelamin dapat diartikan sebagai perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Nah, kita dapat melihat perbedaan tersebut secara fisik dalam hal ini perbedaan genetik serta alat kelamin. Dalam ilmu kesehatan apabila seseorang yang memiliki jumlah vagina sebanyak 46 kromosom XX maka akan berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah 46 kromosom XY akan membentuk jenis kelamin laki-laki.
Sedangkan Gender Menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu sifat yang ada pada perempuan dan laki-laki, yakni seperti norma, peran, serta hubungan antara kelompok pria dan wanita yang dikonstruksikan secara sosial. Kita dapat menyimpulkan bahwa gender adalah suatu hal yang merujuk pada peran sosial dan budaya dari perempuan dan laki-laki dalam masyarakat sosial tertentu. Kemudian terdapat istilah sexuality, yang berarti suatu orientasi/ dapat dikatakan ketertarikan secara seksual, emosional, serta jenis kelamin kepada oranglainnya. Nah, pada umumnya dapat kita ketahui juga bahwa seseorang akan menemukan orientasi seksualnya pada saat remaja atau sudah memasuki usia dewasa. Selain itu pula, orientasi seksual bisa saja muncul tanpa ada pengalaman seksual sebelumnya. Setidaknya terdapat 16 tipe sexuality yang dapat dipelajari agar mampu serta dapat membedakannya.
Selain itu pula terdapat banyak faktor mempengaruhi sexuality dan gender itu sendiri. Apa sajakah faktor tersebut? Pertama yakni faktor sex kromosom yang sangat menentukan jenis kelaminnya yang nantinya berjenis kelamin perempuan/ laki-laki, kemudian hormon juga sangat mempengaruhi seseorang (contohnya seperti hormon estrogen pada saat perempuan haid sehingga emosinya akan berubah serta naik turun), kemudian prenatal and neonatal, social environment, self- social serta trauma masa lalu yang dihadapi seseorang hingga ia mengalami trauma yang berat yang juga sangat memberikan pengaruh terhadap gender serta seksualitas.
Kemudian terdapat istilah identitas gender merupakan kesadaran atau keyakinan yang ada pada dirinya sendiri baik secara (fisik, sosial, dan budaya) dalam kodratnya sebagai perempuan ataupun laki-laki. Dalam hal ini pula identitas gender sangat terlihat pada perbedaan psikologis dan perilaku antara pria dan wanita. Jadi apabila pada anak usia ini, peran orang dewasa disekitarnya yakni guru atau orangtua harus menanamkan sikap/ identitas anak yang miliki, kualitas serta apa yang sudah ada pada dirinya. Selain itu pula, anak perlu diajarkan mengenai jati diri, identitas sebagai laki-laki/ perempuan sehingga anak akan mampu menentukan apapun sesuai dengan identitas dan kodratnya.  Sebagaimana kita ketahui pentingnya identitas gender untuk ditanamkan serta diajarkan pada anak. Karena jika sedari dini anak sudah dapat memahami serta memiliki identitas gender yang sudah ada, maka anak akan mengetahui batasan-batasan serta tuntunan adab dan lain sebagainya.
Lalu, Bagaimana Perkembangan Gender itu Sendiri?
Pada dasarnya terdapat perkembangan gender pada anak itu sendiri. Artinya kita juga harus mengamati serta menganalisis perkembangannya agar kita mampu mendalami serta memberikan stimulus perkembangan yang sesuai dengan anak. Menurut Piaget dalam pemilihan serta pengembangan identitas gender harus memperhatikan anak dan interaksi sosial dari anak tersebut. Hal ini dapat kita amati dari lingkungan sekitar kita, biasanya kalau anak perempuan bermain dengan temannya hanya dalam bentuk kelompok kecil atau berpasangan pada teman sebaya, namun berbeda dengan anak laki-laki yang bermainnya dengan jumlah kelompok yang besar serta bersama-sama. Selain itu pula, pada usia 5 tahun keatas, nantinya anak akan cenderung memiliki pemikiran yakni bermain sesuai dengan mainan "Khusus gendernya" hal tersebutlah yang membuat anak bermain secara terpisah.
 Sedangkan terdapat pula teori perkembangan menurut Kholberg ada 3 fase perkembangan yakni:
1. Â Gender Labelling/ Gender Identity (2-3 Tahun), merupakan cara anak dalam memberikan label pada dirinya sendiri apakah ia akan menjadi perempuan atau laki-laki di masa depan. Pada tahapan ini pula anak juga akan mengamati keadaan sekitarnya dan dari hal tersebut seiring dengan waktu anak akan mengerti karakteristik sesuai dengan gendernya.
2. Gender Stability (3-7 Tahun), dalam hal ini pemikiran anak sudah lebih kompleks lagi dikarenakan anak sudah mampu memahami sifat serta perilaku dari suatu jenis kelamin atau keadaanya. Nah, dari tahapan ini anak sudah mampu memahami seperti misalnya tugas dan peran kedua orangtua. Â Â
3. Gender Convestency (7-12), sesuai apa yang disampaikan diatas bahwa jenis kelamin anak sudah tidak diubah kembali. Begitupun mereka akan mengembangkan pemahaman ini, mereka mulai bertindak sebagai anggota dari jenis kelamin mereka. Menurut Kholberg ia menyatakan bahwa aspek yang sangat penting dari perkembangan gender, bukan berasal dari naluri biologis/ pun norma budaya. Melainkan pemahaman tersebut akan menjadi kognitif tentang dunia sosial yang ada pada lingkungan sekitarnya.
Perbedaan yang terlihat antara Laki-laki dengan Perempuan
Jika pada anak-anak perbedaan yang sangat terlihat dari cara/ gaya bermain. Nah, jika kita amati secara jelas anak laki-laki dan perempuan akan cenderung menyukai jenis permainan yang berbeda. Seperti halnya anak perempuan akan lebih sering bermain boneka, main orang-orangan, engklek dan lain sebagainya. Sedangkan anak laki-laki akan cenderung bermain dalam hal fisik seperti bermain sepakbola, basket, kelereng dna lain sebagainya. Dari sini kita juga dapat melihat bahwa anak laki-laki akan aktif secara fisik sedangkan anak perempuan akan lebih cenderung terhadap permainan yang pelan dalam artian lembut.
Kita juga dapat mengamati perbedaan yang sangat terlihat dalam hal gender pada orang dewasa, dalam hal ini perempuan akan lebih terlihat sangat ahli dalam hal kerumahtanggan seperti halnya memasak, mengurus rumah dan anak dan lain sebagainya. Sedangkan laki-laki akan lebih cenderung dalam hal pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Artinya laki-laki akan mendapat label 'dominan' yang tinggi sedangkan perempuan lebih ke arah 'empati'pula yang tinggi.
Pada bidang/ dalam hal kognitif  kemampuan spasial, logis-matematis serta komputasi akan sangat terlihat cenderung pada laki-laki dibandingkan perempuan. Karena hal tersebut dipengaruhi oleh struktur otak dari laki-laki. Sedangkan jika perempuan akan lebih dalam hal kemampuan linguitsik serta kecepatan persepsi dibandingkan dengan laki-laki.  Â
Seberapa Pentingkah Penanaman Pendidikan Seks Pada Anak serta mengapa?
Sesuai dengan judul diatas bahwa kita perlu menanamkan pendidikan seks sedari usia dini. Jika dikatakan seberapa penting, maka sangat penting sekali pendidikan seks pada anak. Mengapa demikian? karena dengan tujuan pendidikan seks ini akan dapat membekali serta memberikan pemahaman pada anak mengenai pentingnya menjaga kesehatan, kesejahteraan serta martabat mereka dengan cara penanaman dan perlindungan diri dalam hubungan sosial.
Dengan maraknya kasus pelecehan serta kekerasan seksual pada anak yang semakin meningkat. Itulah mengapa kita harus mengajarkan pendidikan seks pada anak. Orangtua dalam hal ini juga harus ikut seta deng memberikan pendidikan seks seperti halnya dengan mengenalkan anggota tubuh yang tidak boleh disentuh dengan oranglain, mengenalkan jenis kelamin antara laki-laki dengan perempuan dari hal tersebut anak kita ajarkan manakah pakaian yang dipakai untuk anak laki-laki dan untuk anak perempuan, serta menjelaskan mana yang boleh antara pria dengan wanita. Begitupun peran guru di sekolah dalam hal ini juga sama mengajarkan anatomi tubuh manusia agar anak dapat mengenal anggota tubuh manakah yang tidak boleh disentuh, menanamkan budaya malu kepada anak dalam hal batasan dengan lawan jenisnya, menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak dan lain sebagainya.
Selain itu pula terdapat banyak tujuan dari kita menanamkan pendidikan seks sejak anak usia dini.Â
- Menjawab dan memenuhi rasa ingin tahu anak, karena pada dasarnya anak akan terus bertanya tentang apa yang ia belum ketahui.
- Mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang tidak benar dan tidak sesuai.
- Membekali anak saat ia nantinya masuk pada masa pubertas.
- Memberikan pengetahuan pada anak untuk menjaga organ reproduksi dari oranglain.
- Mencegah kehamilan usia dini
Mungkin itu sedikit pembahasan artikel pada materi kali ini tentang seksualitas dan gender yang sangat penting diajarkan pada anak sedari usia dini, agar anak sudah mengenal dan mampu untuk mengetahui serta memahami pendidikan seksual dan selain itu pemahaman seks pada anak juga mencegah agar tidak sampai terjadi perbuatan yang menyimpang. Semoga artikel kali ini dapat bermanfaat, dan saya memohon maaf apabila ada kesalahan dalm hal penulisan atau kata-kata dari saya, sampai berjumpa pada artikel selanjutnya, see youu the next article.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H