Ilustrasi Gambar Anak yang sedang Emosi marah. | Sumber:Psikologi Multitalent.com            Â
Hai Semuanya, kembali lagi alhamdulillah kita masih terus dapat berjumpa untuk bersama-sama belajar dan semoga kalian dalam keadaan sehat yaa. Â Untuk memulai pembahasan kita pada artikel pertama kali ini, kita belajar mengenai sosial emosional manusia sangatlah menarik serta luas dalam konteks pembahasannya. Mengapa demikian, karena tanpa kita sadari emosional atau kata "Emosi" sering disalahartikan oleh banyak kalangan masyarakat pada umumnya. Kebanyakan orang sering mengekspresikan emosi hanya sebagai ungkapan marah saja, sedangkan jika kita pelajari secara lanjut ungkapan emosi memiliki ragam yang luas. Seperti halnya emosi itu diluapkan lewat rasa bahagia/ senang, sedih, kecewa, marah, bingung ataupun perasaan yang lainnya. Menurut seorang ahli psikolog Paul Ekman, ia menyatakan bahwa manusia memiliki 6 emosi dasar, yaitu terkejut, takut, marah, senang, jijik, dan sedih.
Apa Sih Emosi itu yang ada pada pikiran kalian?
Emosi dalam psikologi dapat diartikan merupakan suatu pola reaksi kompleks yang artinya melibatkan pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan dalam menangani atau mengatasi suatu permasalahan atau peristiwa penting yang dialami individu.[1]
Jadi, jika kita mengambil kesimpulan emosi adalah suatu respons kita terhadap kejadian yang sedang menimpa atau sedang kita lakukan. Sebagai contoh, misalnya ketika mendapatkan suatu kabar gembira. Maka respons kita akan memiliki rasa atau perasaan yang sangat senang ketika mendapatkan kabar tersebut. Segala sesuatu yang dapat membuat kita merespon secara cepat itulah yang dikatakan dengan 'emosional'.
Nah, kali ini kita akan membahas mengenai emosional yang terbentuk pada anak usia dini. Anak usia dini merupakan usia keemasan dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya. Disebut dengan masa emas karena usia tersebut anak sangat cepat dalam menangkap seluruh stimulus yang
diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Jika dibaratkan anak usia dini seperti halnya kertas putih yang sangat bersih yang belum terisi dengan apapun.[2] Anak juga merupakan anugerah yang sangat besar yang dititipkan oleh Maha Kuasa yang diberikan untuk dijaga, dirawat, serta dibimbing dengan penuh cinta dan kasih sayang orangtuanya.
Anak usia dini adalah peniru yang ulung. Kenapa bisa dikatakan demikian? karena anak usia dini sangat cepat dalam menangkap serta merespons dengan meniru apa yang ia lihat, apa yang didengar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, jika anak tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik maka anak akan berkembang secara baik, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua ataupun orag yang ada disekitarnya harus memberikan contoh/ tauladan yang baik agar anak juga meniru suatu hal yang baik bukan yang buruk.
Oleh karena itu, Yuk kita cari tahu bagaimana sih perkembangan emosional pada anak usia dini, serta apa cakupan dan faktor yang mempengaruhinya???
Perkembangan yang terjadi pada anak dimulai sejak lahir hingga usia 5 tahun, yang dimana memungkinkan anak memiliki hubungan atau saling berinteraksi dengan oranglain serta hubungan yang baik dengan orang dewasa maupun teman sebayanya. Selain itu, mampu dalam mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat, dan menjadi mandiri serta nyaman untuk dapat menyelidiki lingkungannya. Menurut Hurlock (1978:250) ia mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak sudah mampu mengenal lingkungannya.[3]
Selain itu pula Morrison (2012:254) ia menyatakan bahwa pada usia 5 sampai 6 tahun anak berada dalam tahap prakarsa versus rasa bersalah dalam teori psikososial menurut Erikson. Tahap ini berlangsung selama masa prasekolah ketika anak-anak memasuki dunia sosial yang luas, mereka dihadapkan pada tantangan baru yang menuntut mereka untuk mengembangkan perilaku yang aktif. Anak-anak diharapkan mampu bertanggung jawab terhadap perilaku, tubuh, hewan, dan lain sebagainya. Nah, oleh karena dalam hal ini anak sudah mampu merespon dengan menunjukkan kesadaran akan keadaan dirinya, mampu mengatur dan mengendalikan diri, menyadari serta menangkap respon dari lingkungan sekitarnya, membangun hubungan dan bersosialisasi dengan siapapun, serta mampu mengambil kepitusan dengan baik untuk memecahkan masalahnya.
Hubungan atau interaksi antara seorang dengan oranglainnya, pada umumnya saling membutuhkan. Berkeitan dengan hal tersebut perkembangan sosial emosional juga dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor biologis yang meliputi (prenatal, genetik serta tempramen). Jika dimisalkan prenatal seperti halnya apabila seorang ibu dalam keadaan mengandung dan mengalami trauma, bisa juga sedih. Maka hal tersebut akan terbawa hingga anaknya lahir dan mempengaruhi sosial emosional anak tersebut. Dengan  memberikan stimulus, keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan masa prenatal. Hal ini dikarenakan ketika seorang ibu hamil mengalami ketakutan, kecemasan, stres dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi perubahan psikologis, antara lain yang meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh kelenjar.[4]
Faktor lainnya juga berasal dari lingkungan seperti halnya ekonomi, sosial, budaya, hingga tempat tinggal kita. Mengapa demikian, karena lingkungan juga sebagai salahsatu hal utama pembentuk sosial emosional anak usia dini. Misalnya anak akan dengan mudah melihat serta meniru apa yang ada pada sekitarnya baik itu hal yang baik atau buruk. Status sosial ekonomi kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan keluarga dalam lingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kehidupan anak senantiasa "menjaga" status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial keluarganya" itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan yang tidak tepat. [5]
Kemudian hubungan juga merupakan faktor lainnya. Seperti halnya hubungan dengan orangtua, keluarga, teman sebaya, hingga teman dekat. Faktor ini juga sangat berpengaruh bagi perkembangan sosial emosional anak usia dini. Karena dengan membangun hubungan yang baik dengan keluarga, orangtua, ataupun teman, maka akan terciptanya hubungan tanpa adanya emosional yang saling mempengaruhi.
Mengembangkan hubungan sosial emosional pada anak usia dini merupakan suatu hal yang penting. Pada anak usia dini, bersosialisasi dengan lingkungan merupakan suatu pengalam pertama yang harus dibangun dengan teman sebayanya. Meskipun anak seusia mereka sudah terlibat dalam permainan, namun mereka akan tertarik bermain dengan yang lainnya.[6] Terdapat beberapa hal yang harus dibina pada anak usia dini yakni confidence (rasa percaya diri dan nyaman), curiosty (rasa ingin tahu dan minat),self-control(mengendalikan diri dalam lingkungan), relatedness (empati dan menerima emosi), communication (berkomunikasi), serta cooperation(bekerjasama dengan lingkungan).
Rasa ingin tahu dan minat anak usia dini sangatlah luas. Anak akan terus bertanya mengenai apa yang membuat mereka bertanya-tanya dalam benaknya. Empati pada anak juga dapat dibangun seiring dengan interaksinya dengan orang yang ada pada sekitarnya. Anak akan dengan sendirinya merespon apa yang sedang didepannya. Oleh karena itu, sosial emosional berarti segala sesuatu atau aspek tindakan respon sesuai dengan keadaan disekitarnya. Jadi, sebagai orang dewasa atau orangtua dari anak usia dini maka kita harus memberikan hal yang baik untuk mengoptimalkan sosio-emosional pada anak.
Mungkin itu sedikit artikel yang saya tulis tentang sosial emosional pada anak usia dini. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan. See you the next article.....
Daftar Pustaka
[1] Â Â Â S. Nanda, "Mengenal 6 Emosi Dasar Manusia Beserta Fungsi dan Cara Kerjanya," 24 des, 2021. https://www.brainacademy.id/blog/jenis-jenis-emosi-dasar-manusia.
[2] Â Â Â Benimardiat, "Anak-anak Bagaikan Kertas Putih," 2018. https://steemit.com/indonesia/@benimardaniat/anak-anak-bagaikan-kertas-putih-8304a3457fc12.
[3] Â Â Â J. G. Age and U. Hamzanwadi, "Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini," J. Golden Age, vol. 4, no. 01, pp. 181--190, 2020, doi: 10.29408/jga.v4i01.2233.
[4] Â Â Â N. M. Hasanah, D. Fahmi A, and A. Febri H, "Perkembangan Kognitif, Fisik, Dan Emosi Sosial Pada Masa Prenatal," WISDOM J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 1, no. 2, pp. 22--43, 2020, doi: 10.21154/wisdom.v1i2.2320.
[5] Â Â Â Hijriati, "Faktor dan Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini," J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. V, no. 2, pp. 94--102, 2019.
[6] Â Â Â M. Y. Lubis, "Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Bermain," Gener. Emas, vol. 2, no. 1, p. 47, 2019, doi: 10.25299/ge.2019.vol2(1).3301.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H