Mohon tunggu...
Narendra JagatPramana
Narendra JagatPramana Mohon Tunggu... Human Resources - HR Generalist

Seseorang yang berusaha untuk mendalami bidang Human Resources

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman HR dari Non-HR

17 Maret 2023   11:23 Diperbarui: 20 Maret 2023   18:59 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Sebagai seorang HR Generalist di perusahaan manufaktur biskuit, saya mengalami banyak kendala dalam pekerjaan saya. Salah satu kendala terbesar yang saya hadapi adalah latar belakang pendidikan saya yang tidak linier dengan human resources (Psikologi & Manajemen). Saya sendiri merupakan lulusan Hubungan Internasional yang notabene akan mempelajari seputar politik dan kebijakan luar negeri. 

Dengan kurangnya ilmu dan keterampilan pada bidang ini, saya merasa sangat tidak percaya diri ketika pertama kali memulai pekerjaan di perusahaan ini. Saya tidak memiliki pengalaman yang cukup dan pengetahuan yang memadai tentang tugas-tugas dan tanggung jawab seorang HR Generalist. Namun, saya percaya bahwa saya memiliki kemampuan untuk belajar dan berkembang dengan cepat. 

Modal awal yang saya miliki adalah sertifikat dan ilmu tentang Dasar-Dasar HR yang saya dapatkan melalui pelatihan dengan lembaga swasta. Namun hal tersebut masih belum cukup untuk menunjang pekerjaan saya. Untuk mengatasi kendala ini, saya melakukan beberapa upaya. Pertama, saya membaca banyak buku dan artikel tentang HR Management, termasuk pelatihan dan perkembangan karyawan, manajemen kinerja, dan rekrutmen. Saya juga mengambil beberapa kursus online, terutama yang tersedia pada Linkedin dimana fitur tersebut dapat diakses secara gratis. 

Kedua, saya aktif bertanya kepada rekan-rekan kerja saya yang berpengalaman di bidang HR. Saya bertanya tentang pengalaman mereka, tugas-tugas dan tanggung jawab mereka, serta tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka. Saya juga mengajukan pertanyaan tentang praktik terbaik dan strategi yang dapat membantu saya dalam pekerjaan saya. 

Ketiga, saya meminta bantuan senior sebagai mentor. Saya mencari rekan senior yang berpengalaman dan terpercaya di bidang HR dan meminta mereka untuk menjadi mentor saya. Melalui mentoring, saya dapat memperoleh perspektif yang berbeda tentang pekerjaan saya dan belajar dari pengalaman mereka

Saat ini saya telah menjalani 2 tahun pekerjaan saya pada bidang Human Resources sebagai orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai. Ada beberapa hal yang tentunya tidak dapat saya lakukan sebagai orang non-psikolog seperti Assessment dan Interpretasinya beserta pembuatan psikogram. Layaknya seseorang dengan background non-klinis yang tidak bisa memberi diagnosa kepada orang yang sedang sakit. Saya sebagai non-psikologi tidak memiliki wewenang untuk memberikan diagnosa pada hasil assessment tersebut. 

Namun masih banyak sub-bidang dalam HR yang dapat saya lakukan sebagai non-psikologi seperti; interview, HR Management, Organizational Development, CnB, dsb. Hal tersebut yang menjadi dasar saya berani untuk terjun pada bidang ini dan bekerja keras & cerdas untuk mempelajari ilmu-ilmu yang ada. 

Dengan pengalaman yang sudah berjalan 2 tahun ini, tentunya saya dapat memetik banyak pengalaman entah suka maupun duka. Saya memiliki satu pengalaman suka yang selalu saya ingat dari awal karir saya sampai saat ini, bahkan bisa jadi belum ada yang menggantikan pengalaman tersebut. Pada suatu waktu, kami sedang membuka lowongan untuk posisi sales dimana ada kandidat "X" dengan latar belakang statistika yang mencoba untuk melamar, singkatnya kandidat "X" tersebut dirasa kurang cocok oleh user karena kurangnya intuisi sebagai salesman. Saya mencoba menyampaikan kabar apapun kepada para kandidat, entah itu baik maupun kurang baik. Maka dengan berat hati saya tetap menyampaikan kabar tersebut kepada kandidat "X" yang tidak lolos.

Namun sebelum saya menyampaikan, saya mencoba untuk melihat kembali ke database posisi yang sedang kami buka, apakah sekiranya ada posisi yang memang sesuai dengan kompetensi yang kandidat tersebut miliki. Saya lihat ada satu posisi sebagai data analyst yang mungkin sesuai dan saya coba sampaikan semua kabar tersebut kepada kandidat "X". Seperti kata orang dahulu, "kalau jodoh tak akan kemana". Akhirnya kandidat "X" tersebut diterima bekerja sebagai data analyst dan yang membuat saya lebih bahagia adalah ketika kandidat "X" tersebut berterima kasih dan mengatakan kepada saya bahwa tanpa bantuan saya, kandidat "X" tidak mungkin diterima. Setelah saya pikir lagi, saya tidak banyak membantu, hanya mencoba untuk menyarankan kepada kandidat "X" agar melamar untuk posisi lain. Dari pengalaman tersebut saya menyadari bahwa upaya sekecil apapun akan dirasa berbeda bagi orang yang benar-benar membutuhkan.

Selaras dengan pengalaman suka yang saya miliki, tentunya ada pengalaman duka yang pernah saya alami. Salah satu pengalaman duka yang teringat ketika ada karyawan dengan nama "Mawar" (red: nama samaran)  yang mengajukan cuti hamil dan ketika cuti hamil tersebut telah selesai, Mawar tidak hadir bekerja. Ketika saya coba untuk pastikan kembali, ternyata Mawar merasa membutuhkan waktu lebih untuk mengasuh bayi yang baru lahir. Namun disisi lain, atasan dari Mawar juga ingin agar Mawar segera masuk dan kembali mengerjakan tanggung jawabnya. Pada akhirnya Mawar mengajukan resign non-prosedural dan tetap tidak masuk dimulai dari selesainya cuti hamil sampai ke hari terakhir yang Mawar tentukan untuk mengundurkan diri. 

Puncak duka yang saya rasakan adalah setelah beberapa bulan kemudian, Mawar meminta surat keterangan kerja kepada saya. Perasaan campur aduk saya rasakan ketika Mawar kembali untuk meminta surat tersebut. Namun saya tetap berusaha untuk objektif, surat keterangan kerja merupakan hak karyawan yang apapun kondisinya harus saya berikan. Apabila memang ada permasalahan dengan karyawan tersebut, dapat dijelaskan lebih lanjut pada surat keterangan kerja. Pada akhirnya, dengan berat hati saya tetap mengirimkan surat keterangan kerja tersebut dengan keterangan se-objektif mungkin.

Dari segala pengalaman yang saya temui, saya mendapatkan banyak pembelajaran tidak hanya teknis (red: berhubungan dengan pekerjaan), namun juga humanis. Karena saya percaya bahwa sebagai seorang HR, kita harus dapat memanusiakan manusia. Fungsi kami lah yang harus menjaga manusia tersebut tetap bekerja sebagaimana manusia pada umumnya, untuk melaksanakan tangung jawab dan mendapatkan hak-nya. 

Sebagai kesimpulan, saya memperhatikan setiap kesalahan yang saya buat dan mencoba untuk belajar darinya. Saya berusaha untuk terus mengembangkan kemampuan saya dan meningkatkan kinerja saya. Dalam mengatasi kendala latar belakang pendidikan yang tidak linier dengan HR, saya belajar bahwa motivasi dan kemauan untuk belajar sangat penting. Lalu bekerja sebagai HR juga mengharuskan kita untuk tetap memiliki pandangan yang objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun