Resensi Buku Kumpulan Cerpen ''Muazin Pertama Diluar Angkasa''
Judul Buku: Muazin Pertama di Luar Angkasa
Penulis: Kiki Sulistyo
Penerbit: DIVA Press
Cetakan: 2021
Tebal: 141 Halaman
ISBN: 978-623-293-580-8
Entah kenapa, aku merasa seperti sedang menjilat getah  pohon yang terluka. Saya melihat pohon-pohon yang terluka. Adikku menyakitinya. Dengan paku, adikku membuat  hati dan menuliskan namanya serta nama seseorang yang tidak kukenal. Beberapa hari kemudian, di foto saya melihat  getah berwarna coklat mengalir keluar. Aku menyentuh getahnya, seperti menyentuh hati  nama-nama yang ada di foto. Getahnya sudah mengeras. Mungkin  hati keduanya juga sudah mengeras, karena kakakku juga menghilang, tak pernah  kembali ke rumah.
Buku  cerpen karya Kiki Sulistyo ini merupakan buku kesebelas yang diterbitkannya. Buku ini memuat 18  judul cerita pendek yang berbeda-beda namun hampir seluruh ceritanya berkaitan dengan fantasi dan imajinasi. Seperti dalam cerpen  berjudul "Wanita di Galeri 27", tokoh tersebut bertemu dengan seorang wanita di Galeri 27 yang merupakan dirinya sendiri. Kemudian mereka berdua memandangi gambar yang sama, yang memperlihatkan pemandangan yang aneh, yaitu:
Matahari oranye mengapung di laut biru. Dan  tokoh ini melihat nama seniman Kurtu Kobani dengan judul lukisannya "Baunya Seperti Jiwa yang Kosong". Kurtu Kobani  bunuh diri, dia menembakkan pistol ke mulutnya. Kurtu Kobani menderita skizofrenia, ia melarikan diri dari Azilum sebelum  bunuh diri di kamarnya. Apa yang dilukisnya sepertinya adalah apa yang dilihatnya. Selain itu, cerpen berjudul "Rambut Berapi-api Pamela Paganini" menceritakan tentang  seorang pemuda menawan Alessandro Rolla. Permainan anak laki-laki itu membuatnya tertarik meskipun anak laki-laki itu tidak memamerkan bakatnya di sebuah konser. Antonia Bianchi melepas tutup kepalanya. Antonia Bianchi mengambil biola dan  keluar rumah untuk bermain. Paganini mengingatkannya pada biola dan api. Paganini adalah seorang gadis kecil yang, dalam mimpi semua orang, menyisir rambutnya saat badai datang. Kelemahan dari  kumpulan cerpen ini adalah banyak cerita yang menggunakan alur terbalik sehingga sulit untuk dipahami. Keistimewaannya sendiri, buku ini menyajikan cerita yang menarik dan mengejutkan, di setiap cerita selalu ada kejutan yang  muncul, sehingga buku ini  sangat menarik dan direkomendasikan bagi  pembaca  yang suka membaca cerita fantasi  atau bahkan memilikinya
Oleh: Inggar Cahya Wahyu Putri, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H