Mulai tahun ini, 2018 dan seterusnya, buku panduan telepon ini tidak lagi ditemukan baik di toko buku, atau dibagikan secara gratis kepada warga yang menginginkan, atau dicetak. Perusahaan yang khusus mencetak dan menyebarkan buku ini yaitu Percetakan DTG (De Telefoongids BV), secara resmi mengumumkan bahwa perusahaan tidak lagi mencetak si yellow peges.
Berita ini bagi sebagian masyarakat Belanda sangat mengejutkan, terutama bagi pencari informasi telepon nomor berusia lanjut (lansia) atau mereka yang tidak terbiasa menggunakan kemajuan teknologi seperti internet. Bagi mereka yang terbiasa, informasi ini bukanlah hal yang penting.Â
Hampir selama 140 tahun, buku panduan telepon ini menjadi satu-satunya opsi penolong yang sangat penting bagi siapa saja di Belanda untuk mencari tahu dengan cepat nomor telepon yang dicari. Meskipun tersedia telepon nomor khusus sebagai opsi lain jika nomor yang dicari tidak ditemukan pada daftar telepon dalam buku. Â Â
Belanda mencetak buku panduan telepon untuk pertamakalinya tahun 1881, lima tahun setelah Allexander Graham Bell 1876Â (menurut sejarah Antonio Meucci lebih awal mengajukan hak patent serupa)Â menemukan dan mengembangkan buku panduan telepon yang pertama di dunia ini. Ketika itu, buku panduan telepon hanya memuat 49 nomor telepon. Dan tercatat, jaringan publik yang menjadi pelanggan pertama hanya 49 pelanggan. Jaringan untuk publik ini dikelola oleh Perusahaan Nederlandsche Bell-Telephoon Maatschappij (NBTM) dari Amsterdam.Â
Setelah saat itu, buku panduan telepon ini berkembang pesat berdasarkan permintaan. Sirkulasi cetakpun dari tahun ke tahun semakin meningkat. Buku panduan telepon akhirnya bukan hanya berisi nomor telepon saja, tetapi juga petunjuk alamat tempat tinggal seseorang.Â
Demikian tinggi minat menggunakan buku panduan telepon ini, akhirnya meluas menjadi wahana pemasangan iklan dari banyak perusahaan. Pengguna buku panduan telepon akhirnya tidak saja dengan mudah mencari nomor telepon, tetapi juga alamat tempat tinggal dan informasi lengkap dari perusahaan yang memasangkan iklan perusahaan mereka pada buku panduan telepon.
Namun, dimulai tahun 1996, informasi dapat juga dicari secara online. Sejak saat itulah, pengguna buku panduan telepon lebih suka menggunakan cara daring melalui komputer atau telepon sentral bila mereka ingin mengetahui secara cepat dan tepat tentang informasi yang mereka cari. Sejak saat itulah peminat untuk membuka buku panduan buku telepon akhirnya semakin berkurang.Â
Tahun 2008 sebenarnya sudah dimulai diskusi dan petisi tentang manfaat buku panduan telepon di masa depan yang dikaitkan dengan kesadaran menjaga lingkungan seperti memelihara ekosistem hutan. Tidak lagi menebang kayu di hutan bila tak perlu, menghemat biaya, dan ikut partisipasi dalam kemajuan teknologi dengan memanfaatkan online informasi, serta melindungi hak privasi seseorang.
Di samping itu, berdasarkan hasil penyelidikan, ternyata hanya 2% yang menggunakan buku panduan telepon. Kenyataan ini memang akhirnya mempercepat keputusan berakhirnya keberadaan buku paduan telepon di Belanda. Tahun 2014, Perusahaan DTG telah memberitahuk kepada Menteri Ekonomi bahwa buku panduan telepon hanya dicetak sampai tahun 2017.Â
Efek lain dari berakhirnya Buku Panduan Telepon di Belanda
Penghematan biaya,
Partisipasi memelihara ekosistem hutan dan ramah lingkungan dari sampah kertas,
Perlindungan hak privasi seseorang, baik nomor telepon dan alamat rumah,
Partisipasi kemajuan teknologi.
Di masa yang akan datang, orang-orang yang hendak mengetahui dan mendapat informasi tentang nomor telepon, alamat temoat tinggal, dan nama perusahaan akan menggunakan jasa daring. Petunjuk yang lengkap akan membimbing pengguna untuk memudahkan menemukan informasi ini. (da130118nl)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H