Sebelumnya , pada teks terakhir bagian ke 8,
''Masih juga dalam suasana terkejut, Elona belum sanggup memahami dua peristiwa yang baru saja terjadi. ''
***
Sudah dua hari ini cuaca buruk, hujan seharian dan angin kencang. Payung dan sandal rupanya sangat membantu sepatu Elona agar tak cepat rusak. Sedikit membereskan letak tata rambut, Elona mengambil jepit rambut yang sengaja ia bawa.
Hari ini, tempat perpustakaan tempat ia bekerja khusus buka hanya sampai pukul duabelas siang. Jadi, Elona sudah berangan-angan akan menghabiskan beberapa jam ke tempat arah pusat pertokoan tidak jauh dari situ, sekitar lima menit berjalan kaki.
''Elona, tolong sisa buku yang di atas meja sana dikembalikan ke rak buku, sudah saya periksa semua.'' Terdengar suara teman koleganya.
Ketika Elona sibuk mengembalikan buku-buku sesuai dengan tema dan daftar abjadnya, terlihat seseorang menghampirinya dan bertanya tentang judul sebuah buku.
Keduanya sama-sama terperanjat. Tanpa disengaja untuk keduakalinya Elona melihat pria yang pernah menabraknya tempohari. Pria itu pun seakan-akan masih mengingat peristiwa ketika itu.
Mulut Elona melongo ingin mengucapkan sesuatu tetapi ia menutupinya dengan beberapa jari tangan. Si pria langsung merona wajahnya.
''Eh, yang waktu itu yah?'' sapa pria itu.
Elona mengangguk sambil tetap membisu, akhirnya mereka saling tertawa.
''Buku dengan judul yang sama semua belum kembali,'' timpal Elona.
''Oh ya, lain waktu aja, lagian hari ini perpustakaan cepat tutup sih,'' pria menambahkan, sambil matanya sesekali melirik melihat Elona.
Elona mengangguk mengiyakan, sambil tersenyum.
''Pulangnya arah mana?'' tanya si pria sambil melihat judul sebuah buku di atas rak.
''Pakai bus, agak jauh dari sini,'' jawab Elona.
Pria tersenyum ke arah Elona, melambaikan tangannya serta melangkah keluar pintu perpustakaan. Baru saja Elona kembali ke meja resepsionis untuk melayani para peminjam buku, si pria berlari-lari kecil masuk kembali gedung perpustakaan.
''Eh lupa nanya, ntar langsung pulang gak?'' pria memberanikan diri bertanya.
''Gak, mau sebentar ke toko.''
''Boleh ikutan!'' tanya pria tanpa malu menunggu jawaban.
Elona hanya tersenyum melihat tingkah pria yang bolak balik keluar masuk pintu perpustakaan. Terakhir, Elona melihat pria duduk dekat meja dan rak buku sambil baca sebuah buku. Elona menebak, pasti si pria ini menunggu dirinya sampai jam kerja usai.
Ketika pintu perpustakaan ditutup, keduanya berjalan santai menuju arah pusat pertokoan tak jauh dari gedung perpustakaan.
''Sudah lama kerja di situ?'' tanya pria.
''Sekitar hampir duabulan setengah.''
''O,... baru ya. Dulunya kerja di mana?'' kembali pria bertanya.
Tiba-tiba saja Elona merasa panik menyerang dirinya, berusaha mencari jawaban yang tepat tetapi tak mampu. Denging di telinga sebelah kanan membuat ia merasa risih. Elona mencoba menyumpal ujung jarinya untuk menekan denging suara.
Pria langsung memegang pundaknya, ''ada apa?''
Elona menggelengkan kepalanya dan tetap menekan teling sebelah kanannya. Wajahnya terlihat pucat.
''Mari kita duduk di dalam sana,'' pria mengajak.
Tidak jauh dari tempat mereka memang ada sebuah toko yang juga menyediakan restoran kecil di dalamnya, untuk sekedar memesan kopi, teh, sup dan makanan kecil. Elona mengikuti langkah pria.
Susu coklat untuk keduanya dan dua potong apel cake. Pria tangkas menyelesaikan pembayaran pada kasir.
''Cerita, ada apa, sakitkah kamu? tanya pria.
Elona menjelaskan bahwa telinga sebelah kanannya berdenging demikian hebat dan sakit. Tetapi kini agak berkurang. Namun desis denging masih terdengar.
''Kalau ada sempat, periksa tensi darah kamu,'' ucap pria mencoba memberi advis.
Tak sengaja empat mata kini memandang sedikit lama, dan tak sengaja keduanya mengalami perasaan yang aneh, yang tak mereka pahami. Detak jantung mereka bertalu keras hingga terasa di kepala.
Tak sengaja keduanya berpikir tentang suatu pertanyaan, ''dimanakah ketika itu, siapakah kamu, aku, apa yang terjadi?''
Misteri itu menyeret mereka berdua ke alam yang juga misteri. Pertemuan tak sengaja ini seakan-akan menghanyutkan pikiran mereka pada suatu ketika, dalam relung ingatan yang penuh rahasia.
Entah itu di mana, ...
Bersambung
(da011217nl)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI