Manusia menggunakan gula acap untuk karbohidrat, untuk menambah energi. Kita salahkan gula, oleh karena gula kita jadi pasien diabet, kolesterol, jantung dan kanker.
Kita lupa, bahwa kita sendiri, manusia dapat memproduksi gula yang sangat berlebihan dalam tubuh kita melalui lemak'.
Ya, sekali lagi saya tulis, lemak! Padahal kita menganggap lemak urutan nomor dua untuk mematikan manusia.Â
Semakin banyak lemak yang kita timbun dalam tubuh, semakin banyak lemak yang memenuhi pembuluh darah, dan arus darah ke arah jantung dan otakpun terhambat. Lemak berlebihan ini akan menghambat pencernaan gula yang masuk dalam tubuh. Terjadilah penimbunan gula dalam darah, hingga insuline pun tak sanggup melakukan tugasnya dengan baik.
Ganti Gula dengan Pemanis Buatan Apakah Sehat?
Pemahaman adalah apa saja yang kita makan dan minum harus memakai takaran yang tepat.Â
Satu (1) kilogram gula pasir akan berbeda kualitasnya dengan 1 Kg pemanis buatan. Perhatikan dengan baik susunan bahan yang digunakan pada etiket produk.
Universitas Amsterdam melakukan penyelidikan pemakaian gula biasa dan pemanis buatan pada anak-anak lewat minuman kaleng seperti soft drink selama satu setengah (1,5 ) tahun. Hasil penyelidikan, anak-anak yang minum soft drink dengan gula biasa menjadi gemuk satu setengah (1,5 ) kilo dari anak yang minum soft drink dengan pemanis buatan. Ternyata gula biasa yang larut dalam soft drink tidak langsung berkompensasi dengan tubuh, terjadi penimbunan gula dalam darah, belum lagi lemak dari makanan lain.
Pemanis buatan terbuat dari bahan yang rendah kalori dan protein yang rasanya lebih manis dari gula biasa. Pemanis buatan memang dilihat sebagai opsi paling baik bagi penderita diabet. Meskipun pemanis buatan pengganti gula ini dianggap sebagai penemuan optimal saat ini, masih saja bermunculan kisah negatif tentangnya, seperti pemanis buatan justru pemicu rasa haus, rasa lapar.
Menurut ahli biologi Tom Middelburg di Belanda, "Rasa lapar atau haus ini disebabkan ketika tubuh menerima asupan pemanis buatan, maka insuline mulai bekerja. Oleh karena asupan pemanis buatan lain dengan gula asli, maka kerja insuline lamban dan kadar gula dalam darah rendah. Dari situasi seperti inilah orang masih merasakan haus atau lapar kalau menggunakan produk dengan pemanis buatan."
Profesor Edith Feskens, Guru Besar pada Universitas Wageningen Belanda menjelaskan tentang isu bahwa pemanis buatan bisa menjadi penyebab kanker;
"Ketakutan menggunakan pemanis buatan sebenarnya disebabkan kisah temuan pertama : sakarin (saccharin) pada saat penyelidikan pada tikus. Tikus-tikus ini diberikan sakarin dalam jumlah besar. Hasilnya ditemukan, sakarin berubah menjadi kristal pada kandung kemih dan mengiritasi selaput lendir. Hal inilah yang menyebabkan kanker kandung kemih pada tikus-tikus tersebut. Jadi ketakutan itu tidak tepat, dan sakarin (saccharin) masih digunakan sampai saat ini."