Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Beli 1 + 1 Gratis atau Beli 2 Dapat 1 gratis, Iklan Bernapas Konsumerisme

11 Januari 2016   17:33 Diperbarui: 11 Januari 2016   21:06 3502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, menurut saya konsumen yang hari itu membeli produk puding Mona ini 1 + 1 gratis adalah konsumen yang benar-benar senang kena tipu. Salah sendiri! Waktu lain konsumen berteriak harga kebutuhan primer sembako mahal tetapi waktu yang lain lagi konsumen seperti kena hipnotis dengan bunyi iklan 1 + 1 gratis tanpa mau mengakui bahwa konsumen sendiri seperti ''tong kosong bunyinya nyaring’’.

Itu salah satu contoh sederhana yang saya coba sampaikan. Terkadang konsumen baru menyadari kalau sudah di rumah ketika kena tegur anggota keluarga bahwa produk yang dibelinya itu sama sekali bukan gratis alias produk diskon-an. Kalau pembeli kembali kepada pengakuan diri ‘’ya sudahlah, hitung-hitung diskon.’’ Saya tetap saja dengan argumen bahwa pembeli sebenarnya tidak berdaya sudah kena tipu. Mending kalau masih menyimpan kuitansi pembayaran, kalau tidak ya gigit jari saja menelan kejengkelan kena tipu.

Peristiwanya sama dengan tawaran iklan seperti beli 2 + 1 gratis. Atau iklan beli 3 + 1 gratis. Bahkan ada yang lebih gila lagi beli 8 + 2 gratis. Seperti contoh foto di bawah ini dari iklan sebuah supermarket di Belanda tentang produk makanan untuk bayi usia 1 tahun.

Sekilas konsumen akan terjebak dengan foto iklan bahwa makanan bayi dalam kemasan botol ukuran besar. Konsumen luput membaca dengan teliti bahwa botol ukuran yang 250g yang di iklankan. Sampai di supermarket konsumen langsung saja menyambar botol ukuran besar seperti contoh foto dalam iklan. Khawatir kena serobot pembeli lain, jadi ceritanya berlomba cepat-cepat beli takut kehabisan. Mana sudah harus berbaris menunggu giliran di depan loket belum lagi lelah menggotong tas yang penuh dengan botol makanan bayi, ternyata sampai di depan kasa terjadi lagi kekeliruan.

Masih mending kalau petugas kasa mau mengingatkan bahwa bukan produk dengan ukuran botol besar yang dimaksud beli 8 + 2 gratis tetapi yang ukuran 250g. Kalau petugas kasa termasuk orang yang tidak mau susah-susah dan langsung menghitung harga asli botol besar makanan bayi, hmm … ditanggung akan terjadi perang mulut antara konsumen dan petugas kasa. Prihatin!

Iklan beli 1 + 1 gratis ternyata menjebak dan tidak hemat

Masyarakat konsumen selalu mendapat perlindungan dari lembaga konsumen. Namun tidak seluruhnya konsumen mau berbagi permasalahannya dengan lembaga konsumen. Hal ini menurut pengamatan saya dipengaruhi oleh faktor yang lebih mengarah kepada privasi. Kritik yang diangkat oleh media terhadap gaya hidup seseorang sebagai konsumen tentunya tidak akan mempengaruhi teknik marketing suatu perusahaan.

Bagi mereka berlaku moto ''kami menjual dan anda membeli, dan bukan anda mau beli kami menjual.’’ Beda pemahamannya oleh karena yang pertama berisi paksaan seperti beli 1 + 1 gratis dengan demikian gaya hidup konsumen cenderung berkelebihan dan bila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama akan menjadikan seseorang mengidap ''sakit beli atau koopziek (red;Belanda) yang artinya orang yang gemar shopping daripada paham apa yang dibutuhkannya. Jadilah yang bersangkutan kolektor produk yang berkelebihan. Dan misi hidup hemat itu sebenarnya hanya untaian kata dalam pidato seorang pejabat birokrasi.

Akibat krisis ekonomi yang pemerintah peringatkan agar masyarakat konsumen waspada dan pandai mengatur keuangannya dengan bijak, ternyata hanyalah sebuah paradigma marketing yang gagal. Justru keangkuhan ekonomi dipertahankan atau dibentuk untuk mempertahankan kelas kaum borjuis. Oleh karena kaum ini secara tak langsung dan bukan rahasia umum lagi memang masuk kategori malaikat penolong devisa negara.

Prestise itu ternyata memang diperlukan, lepas kita suka atau tidak suka. Apabila iklan beli 1 + 1 gratis kita anggap telah memanipulasi kepercayaan kita sebagai konsumen secara legal, maka berpulang kepada diri kita sebagai konsumen untuk memilah; mana lebih jujur diskon atau 1 + 1 gratis tetapi menipu? Sekedar mengingatkan animo belanja anda. Moga bermanfaat. (da110116nl)

--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun