Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sudah Tua, Kering dan Jamuran, Masih Juga Menggoda

29 November 2014   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakan kata-kata mutiara tua-tua keladi makin tua makin menjadi. Nah, yang ini hampir serupa tapi mendingan yang ini karena dia artistik.

[caption id="attachment_379096" align="aligncenter" width="600" caption="Rumput kering/foto dok.pribadi DellaAnna"]

1417244087109926167
1417244087109926167
[/caption]

Pernah gak sih kamu berpikir kalau tanaman yang sudah mengering, membusuk, apalagi jamuran itu tidak lagi mengandung segi estetika fotogenic untuk di foto, pernahkah?

Kalau kamu masih melihat estetika fotographi itu melulu hanya berkisar disoal-soal warna hidup dari tanaman atau objek lain, maka saya katakan kamu terpenjara total hanya melulu pada teori hitam putih fotographi. Karena kamu hanya berputar-putar pada pemahaman bahwa setangkai bunga itu kalau harus di foto maka dia  harus dalam keadaan segar bugar dan tidak layu. Kalau kamu masih memiliki pemahaman demikian maka saya katakan kamu mati imaginasi, mati kreativitas.

Untuk mengenali sebuah objek foto, maka kamu harus mengenal dia minimal secara baik. Siapa dia sejak dia lahir sampai akhirnya dia musnah termasuk masa proses. Sama toh dengan kita manusia yang mengenal juga nota bene jati diri manusia. Dari sejak dia dilahirkan sampai akhirnya meninggal dunia.  Umum katakan kita mengenal A sampai Z - nya.

Contoh foto pertama di atas, setangkai/sejumput rumput kering. Mungkin tidak banyak fotographer yang memperhatikan betapa rumput kering ini mengandung nilai estetika fotogenic, kaya akan tekstur dan sarat inspirasi. Meskipun dia terinjak-injak, tua dan tidak lagi produktif dan akhirnya membusuk, dia tetap memperlihatkan proses yang menakjubkan. Saya jepret dia dengan teknik macro, agar terlihat betapa dia lebih memukau daripada lenggak lenggok seorang peragawati di catwalk. Peragawati masih harus disulap palsu agar cantik menawan, tetapi rumput kering ini, wah dia tampil dengan jati diri siapa dia yang sebenarnya. So mengapa saya tidak abadikan saja kecantikan murni ini?

[caption id="attachment_379121" align="aligncenter" width="600" caption="Bunga Rudbeckia kering /foto dok.pribadi DellaAnna"]

1417245691711806003
1417245691711806003
[/caption]

Foto selanjutnya bunga Rudbeckia yang sudah mengering dan menjamur. Meskipun keadaannya demikian saya masih menangkap tekstur kecantikan yang jempolan. Kelopak bunga yang mengering dan meliuk mempertontonkan segi artistik yang aduhai. Ditambah pupur jamurnya, komplit sudah peragawati alam ini.

O .. ya saya mau berbagi kisah juga. Di Belanda sini banyak galeri toko bunga yang menjual buket bunga kering. Bahkan bukan hanya bunga kering saja tetapi juga jenis bambu kering, dahan kayu yang kering. Semua disulap menjadi tampilan kreasi yang memukau. Pengaggumnya banyak juga untuk dipajang di depan jendela rumah mereka atau hiasan di atas meja atau meubel ruang tamu.

[caption id="attachment_379122" align="aligncenter" width="600" caption="Bunga Hydrangea kering /foto dok.pribadi DellaAnna"]

14172464521657576330
14172464521657576330
[/caption]

Dan foto yang ketiga adalah skeleton/kerangka dari salah satu kelopak bunga Hydrangea. Khusus untuk bunga yang terakhir ini adalah yang terbanyak dipakai sebagai hiasan bunga kering. Baik dia dibiarkan dalam bentuk utuh atau kena proses seperti disemprot warna bling-bling atau warna tertentu yang kemudian dibuatkan pigura untuk akhirnya dijadikan hiasan tembok pada dinding ruangan.

Tips saya untuk kamu yang punya hobi fotographi, kalau kamu mau sampai dapat tekstur dari bunga-bunga yang kering, maka kamu bisa menggunakan teknik macro dari kamera kamu.  Kamu tidak usah resah untuk macro harus pegang patokkan apa hingga suatu foto dikatakan macro. Ratio macro yang sebenarnya adalah 1:1.  Ketiga foto-foto diatas, saya tidak gunakan sampai ratio macro 1:1.  Tetapi masih masuk hitungan macro. Maksudnya adalah, karena saya masih ingin menyimpan keseluruhan kisah sebuah objek. Pada macro ratio1:1 maka focus hanya tertuju sekian persen dari objek dan tampilan lainnya akan diperlihatkan sebagai blur/berbayang. Jadi tidak semua objek harus totaly macro, bagaimanapun kita harus ingat akan kisah sebuah objek sebagai bagian estetika fotographi.

Kalau kamu pemegang kamera saku, maka setting saja untuk mode macro/close up. Kamu pemegang kamera dslr, maka dibutuhkan lensa khusus untuk macro atau filter macro. Jaman canggih saat ini berkeliaran filter macro yang murah meriah di pasaran bebas dari berbagai merk. Saya termasuk salah satu pengguna filter macro. Sebab saya orangnya tidak mau repot dengan boyongan macam-macam lensa, disamping riskan untuk keamanan lensa itu sendiri juga memberatkan isi tas punggung saya. Oleh karena itu, saya memilih segi praktis yaitu filter dan tripod lipat. Kemana saja saya berpergian maka kamera plus lensa standard Kitt plus filter-filternya, plus tripod dan baterai cadangan selalu siap sedia dan ikut serta. Mengabadikan sebuah moment adalah hobi saya, entah itu untuk kuliner, candid camera, festival  dan lain-lain peristiwa.

Saya termasuk orang yang paling tidak suka menggunakan flash/flits lampu. Alam ini sudah menyediakan cahaya natur yang sangat fantastis dan berharga, mengapa saya sia-siakan? Tidak semua objek foto harus pakai flash. Semua berpulang kepada kreativitas dan imaginasi fotographernya.

Tips saya yang paling tidak suka menggunakan Flash, agar gambar/foto terlihat hidup dengan cahaya secukupnya ;

> Sering-seringlah bermain dengan WB/White Balance. WB menyediakan banyak pilihan disesuaikan dengan keadaan sekitar objek.

Nah, saya mau berbagi untuk kamu, lagi-lagi jangan kamu terpenjara dengan apa yang WB sediakan. Seperti salah satu contoh WB-Cloudy . Dalam praktek ternyata WB ini justru menyulap foto menjadi lebih hidup sesuai dengan keinginan kita. Apapun yang kamu pilih untuk WB maka kamu  masih diberikan kesempatan untuk memainkan toningnya. So kreativitas berpulang lagi pada diri kamu bukan?

> Perhatikan sinar matahari yang jatuh pada objek. Saya acap menggunakan cahaya gratis ini dengan sebaik-baiknya.

> ISO dan Exposure.

Bila kamu menyukai hobi fotographi, maka otomatis kamu harus mempelajari hal-hal ringan untuk mendukung kamu mengenali kamera kamu sendiri. Jangan sampai punya kamera hanya untuk show kesana kemari, tetapi tidak pernah memahami kemampuan apa saja yang kamera kamu sediakan. Percuma kan. Jangan sampai kamu memiliki kamera tetapi langkah kamu hanya terhenti pada Auto. Wah gak seru dong! Ntar kamu kena stempel kamera -Auto. (da291114nl).

-- Selamat menikmati hari akhir pekan--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun