Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aset Ekonomi yang ke 'Coel'

3 Januari 2015   23:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420270520963382947

[caption id="attachment_388064" align="aligncenter" width="600" caption="foto dok. Kompas.com"][/caption]

Pagi ini waktu lokal Eropa saya membaca pemberitaan dari tanah air untuk mengikuti berita tertulis seputar peristiwa AirAsia QZ8501. Saya terhenyak.

Tidak mengurangi rasa hormat saya untuk ikut berdukacita bagi seluruh korban baik yang telah dan belum diketemukan. Ternyata  peristiwa transportasi udara ini mengkais banyak spekulasi pemikiran umum pada jejaring sosial seperti facebook, twitter dan media sosial. Bukan hanya ditujukan pada pengelola AirAsia sendiri tetapi juga ke arah Direktorat Jendral Perhubungan Udara alias pemerintah.

Effek  pada perekonomian

''Penutupan untuk sementara jalur penerbangan dari Surabaya - Singapore dan keluhan penumpang yang sudah memesan ticket tetapi belum tahu berita yang jelas dengan pesawat apa dan lewat jalur mana mereka akan ke Singapore dari Surabaya.'' Demikian yang saya baca.

Penutupan untuk sementara jalur penerbangan Surabaya - Singapore pesawat AirAsia bukan merupakan opsi yang tepat bila dilihat dari segi aset ekonomi. Karena penerbangan ini tentunya bukan hanya memberi plesir para penumpang, akan tetapi merupakan mata rantai jalur perekonomian untuk tetap bernafas atau aktive tanpa terhenti karena kendala.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada peristiwa tersebut, maka dimata saya penutupan jalur sementara penerbangan AirAsia dari Surabaya ke Singapore akan berdampak macetnya nafas aktivitas perekonomian, baik macro dan micro. Saya tidak melihat bahwa opsi penutupan sementara ini merupakan solusi tepat apapun maksudnya.

Perekonomian harus tidak boleh terputus. Kita jangan melihat dan berpikir bahwa jalur penerbangan ini hanya khusus untuk para penumpang yang ingin berplesiran ke Singapore, jangan!.  Itu pemikiran yang keliru karena kita hanya menimbang kesoal-soal prive kemanusiaan.  Kita harus melihat sisi lain, yaitu dalam penerbangan itu akan terjadi nantinya tranksaksi jual beli atau kontrak kerja sama antar dua perusahaan atau multi nasional dalam bidang perekomian.

Kita tetap berduka, kita tetap meratap dengan tragedi ini namun jalur perekonomian jangan sampai gegabah dihentikan, itu namanya blunder perekonomian. Peristiwa  kecelakaan transportasi bukan hanya terjadi sekali ini saja oleh karena sudah sekian kali kita mengalami bukan? dan itu menjadi bahan pembelajaran kita semua untuk bagaimana kedepannya meminimalisasi kecelakaan dengan memperhatikan situasi geografis jalur penerbangan transportasi. Bukan hanya transportasi udara saja tetapi juga laut dan darat.

Pemikiran akan sama bila kita tilik pada salah contoh bagaimana effek kerugian finansial bila sebuah pesawat penumpang menyita waktu parkir pada airport melebihi jadwal waktu yang telah ditentukan, Tempat parkir logikanya harus juga dibayar bukan? Nah, bisa kita bayangkan, berapa kerugian perusahaan harus menanggung resiko ini bila sebuah pesawat penumpang diluar kendala tekniks ternyata berleha-leha di tempat parkir dengan tujuan yang tidak jelas. Menurut saya, sangat merugi bila ditilik secara finansial pengeluaran biaya tempat parkir pesawat pada airport baik domestik apalagi internasional.

Membandingkan kecelakaan ini dengan pesawat penumpang MH17 yang tahun lalu - 2014 jatuh ditembak di atas area genting pertikaian antara Ukraina dan Russia, memang tidak bisa kita samakan. Namun kedua perusahaan baik KLM dan Malaysia Airways yang bekerja sama  ketika itu harus secepat mungkin ditengah-tengah kesedihan dan kesibukan proses negosiasi penyelesaian para korban, mengambil keputusan untuk mengalihkan jalur penerbangan yaitu untuk tidak lagi mencoba terbang di atas war area, apapun maksudnya. Seperti bukan rahasia umum lagi kita ketahui bahwa jalur penerbangan yang kritis ditempuh itu hanya semata '' kepentingan finansial saja.'' Lebih murah ambil jalan bypass meskipun izin ketinggian di atas sepuluhribu kilometer itu aman. Ternyata kisahnya berlangsung naas.

Jadi memang misi dari transportasi udara, darat dan laut semuanya berpusat pada pengelolaan segi perekonomian. Dan memang itu tujuan perusahaan tersebut, mana ada sih transportasi umum hanya untuk plesir.

Kita jangan spekulasi politik yang tidak sehat, dengan menilai penghentian sementara jalur ini hanyalah soal ''meng-kambing hitam''  Itu namanya kita memang tidak pernah bangun dan sadar untuk melihat porsi yang sebenarnya. Kita terpancing sekelompok tertentu yang hanya senang menyebarkan keluhan tidak puasnya lewat jalur media sosial dengan spekulasi politik yang murahan. Kapan kita akan mulai untuk belajar bagaimana menggunakan nalar yang sehat, tanpa harus berperang ideologi perang dingin kepentingan kelompok parpol tertentu yang tidak bermutu? Sebuah tantangan yang masuk akal bagi kita, untuk ke depannya tidak lagi mudah terpancing cara berpikir politik kue pancong. Mari kita melihat skala yang benar, ke arah mana sebuah kendala bisa kita cari solusi yang tepat tanpa harus mengorbankan generasi muda terhasut cara pikir ideologi parpol yang tidak sehat. Itu kata saya loh? (da030115nl)

Senang berbagi hal-hal yang sederhana dan berguna

Advis saya wake up!

-©DellaAnna2015-

Referensi bacaan tanah air Tribunews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun