Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pilih 1 Ons =100 Gram atau 1 Ons = 28,35 Gram?

14 Februari 2015   15:03 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 92242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_396869" align="aligncenter" width="400" caption="Timbangan/foto www.Bol.com.nl"][/caption]

Kebetulan dan beruntung sekali teman Facebook saya kompasianer Widianto Didiet berbagi dalam statusnya tentang sebuah artikel yang berasal dari blog wordpress seseorang yang mengulas soal ' 1 ons bukan 100 gram-Pendidikan yang menjadi boomerang.'

Saya tidak akan mengulas kisah yang ada dalam blog wordpress. Tetapi lebih akan fokus kepada apakah benar '1 ons bukan 100 gram.' Hal ini penting agar kita mendapat pengarahan meskipun tidak secara detail tetapi bermanfaat untuk meng-antisipasi kepanikan. Dampak skalanya pasti akan besar terkait sektor perekonomian. Kita akan berurusan dengan ' bagaimana dengan cara hitung untuk jenis timbangan benda padat seperti gram, kilogram dan ton?'

Masih mending kalau yang panik itu ibu rumah tangga yang senang buat kue, nah kalau yang panik itu pabrik yang sehari harus memproduksi kue-kue kering dalam jumlah  ratusan atau ribuan kilogram atau ton-an. Wah pasti kisahnya jadi panjang jatuh pada media massa dan audio visual. Belum lagi terkait birokrasi. Coba saja kalau kita ekspor produk keluar negeri dan kita memakai sistem timbangan yang disinyalir  salah besar. Bisa kita tebak kisah ramainya itu seperti apa. Karena kita sebagai negara pengekspor pasti dapat gugatan karena melakukan perhitungan yang keliru dan merugikan mereka, atau sebaliknya. Harap saja tidak terjadi.

Ukuran kuno yang unik tetapi merugikan

Mungkin kita masih ingat bagaimana orang jaman baheula menggunakan sistim ukur yang unik dan kuno untuk mengukur 100 cm. Yaitu dengan merentangkan sebelah tangan (kiri atau kanan) kemudian mengukur dari titik tengah leher bagian depan sampai ujung jaring tengah sebagai ukuran rentang yang paling panjang. Dan ini diadopsipada ukuran kuno yang unik sebagai 100 cm atau 1 meter. Siapa bilang kalau itu benar 100 cm atau 1 meter. Kalau tangan ternyata ukurannya pendek, gimana?

Atau kita masih ingat bagaimana orang dijaman baheula mengukur luas hectare are tanahnya pada transaksi jual beli tanah yaitu dengan menggunakan ukuran langkah kaki untuk mendapatkan berapa meter persegi dan berapa are. Atau masihkah kita mengingat bagaimana cara kuno mengukur timbangan untuk berat, yaitu menggunakan genggam tangan saja, Misalnya 1 genggam dihitung sebagai 100 gram dan seterusnya.

Tepatkah cara menghitung kuno ini? Dahulu memang kehidupan masih sederhana dan belum modern. Dan manusia memiliki sarana sederhana sebagai alat komunikasi.

Satu hal yang akhirnya dianggap tidak tepat dari cara mengukur kuno yang unik ini adalah, manusia itu sadar bahwa tiap-tiap orang itu memiliki bentuk atau struktur tubuh yang berbeda. Seperti ukuran kaki dan tangan itu pasti ada yang panjang dan yang pendek. Jadi, sangat menguntungkan bila orang yang struktur tubuhnya pendek belum lagi mencapai 150 cm ( 1 meter 50 cm) melakukan transaksi jual beli, baik menjual bahan pakaian atau mengukur luas persil tanah. Dan mereka yang struktur tubuh tinggi dan organ tangan atau kaki lebih panjang akan merugi.

Sekilas sejarahnya

Sistim perhitungan untuk timbangan berat seperti miligram, gram, kilogram dan ton memang ada peraturannya. Dan yang harus kita tidak lupakan adalah bahwa setiap elemen itu memiliki peraturan hitung yang berbeda. Ya, anda tidak salah baca; bahwa setiap elemen itu memiliki satuan perhitungan berat yang berbeda. Ukuran berat untuk elemen seperti beras, gula pasir itu tidak akan sama dengan hitungan ukuran yang dilakukan oleh seorang Apoteker untuk menimbang berat obat-obatan atau penjual emas atau logam mulia.

Kita ingin tahu sekilas, bagaimana sih asal muasal perhitungan satuan ukuran ini berasal?

Kita ini ( Indonesia ) ikut sistim yang mana? Begitukan pertanyaan kita.

Yang paling pegang peranan besar dalam  hal ini adalah sistim British- Amerika atau yang kita kenal sebagai Imperial Standard System. Ukuran ini ternyata masih dipakai oleh negara-negara koloni Great Britain sejak tahun 1824 sampai memasuki abad ke 20, bahkan disinyalir  beberapa tempat di Great Britain sendiri masih menggunakan sistim ukuran yang klasik.

Sekali lagi Inggris menggunakan Anglo -Saxon System, demikian pula Amerika.

Bagaimana dengan negara-negara koloni yang pernah mereka jajah dulu, apakah mereka menggunakan sistim penghitungan kesatuan yang sama? Jawabannya, belum tentu!  Jadi bisa saja Malaysia tidak lagi menganut system Anglo Saxon, atau jutsru India masih menganut. Demikian pula untuk Australia. Untuk mengetahuinya kita bisa mengecheck sistim perhitungan kesatuan mereka untuk mengetahui sistim yang mana yang negara itu pakai.

Nah untuk sektor perdagangan internasional seperti ekspor barang-barang komoditi maka Indonesia mau tidak mau harus menentukan sistim perhitungan kesatuan yang mana yang akan dipakai. Jangan lupa, bahwa kita disejarah masa lalu pernah menjadi koloni dari Belanda. Nah, disinilah peran sejarah itu merambah.

Gak salah kan kalau 'nasi goreng' diadopsi oleh Belanda sebagai menu lezat ala Holland. Dan gak salah kan kalau kata 'verboden' diadopsi kental oleh rakyat Indonesia sebagai kata baku yang tidak bisa diganti lagi daripada pakai kata 'dilarang.'

Tiap-tiap negara memiliki sistim yang berbeda-beda. Dan Belanda sejak tahun 1978 menerapkan  International System of Units ( atau lebih dikenal dengan inisial SI-system). Baik untuk pendidikan dan perdagangannya. SI system menjadi ukuran standard untuk EU / European Union.  Penerapannya bukan hanya untuk skala perdagangan internasional saja tetapi juga untuk dunia pendidikan baik sekolah dasar sampai tingkat universitas. Demikian pun untuk sektor industri atau pabrik apalagi perdagangan yang skalanya sudah masuk hitungan ekspor dan impor.

Tengah kata, bila kita membicarakan sejarah bagaimana sistim unit ini muncul memang akan sangat panjang. Dimulai ketika untuk pertama kalinya metric system dilakukan ketika revolusi di Perancis terjadi sekitar 1790. Ketika itu hanya meter dan kilogram saja sebagai standard perhitungan untuk panjang dan berat massa. Setelah itu metric system berkembang mencakup pelbagai elemen termasuk logam mulia, kimia, benda padat, cair, temperatur, kecepatan dan seterusnya.

Jadi 1 ons bukan 100 gram, ah masak iya!

Kepanikan akan terjadi bila kita keliru mencomot dengan begitu saja sebuah kata dan menentukan bahwa ukuran untuk semua elemen itu sama.

Kita fokuskan sekarang kepada ukuran berat' pond' dan ' ons ' dimana sampai  detik ini masih berlaku pada sistim pendidikan di Indonesia dan juga sektor industri, perdagangan serta ekspor dan impor.

Seperti yang kita ketahui, pemahaman 1 pond = 500 gram  dan 1 ons = 100 gram. 1 kilogram = 1000 gram atau 2 ponds.

Menurut saya, setelah saya membaca pelbagai referensi informasi pembagian cara perhitungan berat ini ternyata 'tidak ada yang salah' alias benar.

Oleh karena pada International System of Units (SI-system) dikenal juga perhitungan 1 pond = 500 gram dan 1 ons = 100 gram dan 1 kilogram = 1000 gram atau 2 ponds.

Sebab demikian sistim yang dipakai oleh banyak negara di Eropa termasuk negara-negara EU dengan SI -systemnya. Kecuali untuk negara penganut Anglo-Saxon system seperti Great Britain dan Amerika serta negara-negara koloni dari kedua negara ini. Maka pond dan ons memang  ' tidak dikenal' dalam perhitungan metric system dan konversinya.

Sekarang kita terarah bukan untuk menebak kemana arah sistim yang negara Indonesia pakai.

Lalu salahnya dimana? ' Salahnya tuh di sini!'

Jawabannya, salahnya yaitu pada diri kita sendiri yang tidak meneliti untuk melihat sistim apakah yang kita pakai atau sistim pengukuran mana yang kita jadikan basis pengukuran sebagai perbandingan. Kita hanya menggelar cerita tidak puas dan teori keliru tetapi kita melupakan satu hal yaitu sistim penghitungan kesatuan ukuran yang negara kita anut.

Anglo-Saxon system tidak mengenal 'pond dan ons'

Anglo-Saxon System tidak mengenal ' pond dan ons.'   Pada sistim ini hanya dikenal ' pound dan ounce.' Pound dan Ounce bukan pond atau ons. Jadi jelas kita tidak bisa langsung men-judge bahwa pound itu sama dengan pond, dan ounce itu ons. Nah, disinilah kita keliru memahaminya. Sistim Avoirdupoids bukan sistim internasional untuk perhitungan kesatuan unit. Sistim ini hanya dipakai oleh Amerika dan Great Britain dan itupun masih harus dipisahkan lagi penggunaannya karena di Amerika Avoirdupois system dipakai dalam bentuk yang 'short' sedangkan Great Britain memakai yang ' long.' Pemakaian short dan long ini ada kaitannya dengan penyederhanaan penghitungan desimal di belakang koma.

Kesimpulannya

Anglo-Saxon System => penganutnya Great Britain dan Amerika plus negara-negara koloninya;

1 pound atau lb = 453,6 gram

1 ounce atau  oz -   28,35 gram

International System of Units (SI-system )=> penganutnya internasioanal termasuk negara-negara EU dan negara-negara di Asia. Saya tidak fokus untuk negara Timur Tengah, jadi anda bisa mencari informasi sendiri.

1 pond = 500 gram

1 ons    = 100 gram

Ketentuan ini sama dengan apa yang negara Indonesia pakai. Dan ketentuan ini bukan hanya berlaku untuk dunia pendidikan saja tetapi juga untuk sektor industri, perdagangan dan aktifitas ekspor impornya.

Dengan demikian memang 1 pound itu bukan 1 pond. Dan 1 ounce itu bukan 1 ons. Jelas berat gramnya berbeda oleh karena sistim penghitungan kesatuan unitnya pun berbeda.

Nah, pertanyaan kita pasti akan lebih seru lagi kalau sudah mengarah, ' loh gimana dong dengan ekspor kita yang kita terapkan cara hitungnya dengan 1 pond = 500 gram, nanti negara penerima produk atau import akan beruntung dan kita merugi atau sebaliknya kita beruntung dan negara lain merugi  oleh karena kita mengirim 3 pond sedangkan perhitungan mereka justru melebihi 3 pond?' Ramaikan?

Transaksi terjadi tidak senaif seperti apa yang kita pikiran. Oleh karena kedua negara yang menjalin kontrak kerja sama perdagangan baik itu ekspor dan impor akan terlebih dahulu menentukan dengan sistim yang manakah mereka akan pakai sebagai kesepakatan transaksi? Logis bukan.

Akhir kata, tidak ada yang salah pada sistim pendidikan di negara Indonesia terkait perhitungan kesatuan unit pond dan ons. Sepanjang Indonesia dalam hal ini Kamar Dagang dan Departemen Pendidikan menentukan pond dan ons, maka sistim yang dipakai adalah International System of Units (SI-system). (da140215nl)

Referensi 1 2 3

Ini tulisan pada blog Wordpress

Semoga bermanfaat

Salam merayakan hari kasih sayang - Valentine

-©DellaAnna2015-



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun