Semua Berubah Sejak "Saat Itu"
Banyak sekali hal yang bisa membuat kepribadian seseorang menjadi berubah secara signifikan. Salah satunya kecelakaan yang menyebabkan kerusakan otak. Dimana hal ini bisa megubah kepribadian seseorang secara signifikan. Pengalaman membentuk kehidupan seseorang dimana pada kemudian hari hal tersebut mempengaruhi anatomi pada otak.Â
Kerusakan otak dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang antara lainnya adalah benturan keras, di sekitar otak terjadi penyumbatan peredaran darah, dan pembuluh darah yang ada di sekitar otak mengalami kebocoran (Timotius, 2018). Oleh karena itu, kerusakan pada otak dapat kita katakan akan mengubah anatomi dalam otak seseorang yang dimana pengalaman yang sudah terbentuk sebelumnya bisa saja menjadi pudar atau menghilang seutuhnya. Sehingga kerusakan pada otak bisa saja membuat seseorang menjadi berbeda setelah mengalami kerusakan pada otak.
Apa saja yang membuat kerusakan pada otak ini dapat menimbulkan hal yang seperti itu?
Ada kemungkinan orang-orang yang mengalami hal ini mengalami perubahan akibat kerusakan pada otaknya ini tidak dipengaruhi oleh hal-hal seperti umur, kelamin, maupun kecerdasan. Melainkan kepribadian mereka yang sebelumnya normal, sebagai contoh mereka cepat dalam menangkap sesuatu ketika diajak berbicara, yang kemudian hal ini bertemu dengan sebuah pola yang tertentu dalam kerusakan otak merubah kepribadian dan perilaku seseorang.
Mau bagaimanapun bukanlah hal yang asing jika pilihan atau pertimbangan mengenai operasi otak kadang merupakan sebuah pilihan terakhir dalam mengatasi kasus psikologi modern. Biasanya al ini biasanya banyak terjadi bagi orang-orang yang biasa hidup dengan berolahraga sering mengalami yang namanya risiko dalam berolahraga yang dimana orang menyebutnya sebagai cedera kepala atau trauma capitis.
Cedera yang dialami pada kepala ini merupakan kerusakan yang bersifat teknis atau mekanik yang bisa saja terjadi dengan langsung ataupun tidak membentur kepala yang berakibat pada kerusakan di kepala seperti robek pada selaput otak atau luka pada fraktur tulang tengkorak (Kalat, 2004) .Â
Dengan begini, hal ini tidak saja akan terjadi ketika seseorang sering melakukan aktivitas olahraga, namun bisa saja disebabkan oleh benturan di kepala oleh hal lain, salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas.
Seperti apa yang terjadi kepada adik dari ibu saya beberapa waktu lalu, kendati hal tersebut menimpa paman saya hingga dirinya bisa dikatakan sebagai "bukan dirinya lagi" sejak saat itu, keluarga saya tetap memaklumi karena mengetahui apa yang telah menimpanya. Kecelakaan yang dialaminya tersebut menimbulkan gangguang pada otaknya yang membuatnya saat ini menjadi "aneh" saat berbicara dengan semua orang.
Gejala kognitif yang dialaminya ini adalah seperti gangguan atau kelainan pada otak ketika memproses informasi, susah dalam mengekspresikan sesuatu, tidak bisa memahami apa yang dikatakan orang lain, susahuntuk berfokus pada suatu hal, tidak bisa mengonsepsikan hal-hal yang abstrak, dan kadang kala mereka bisa hilangan ingatan secara tiba-tiba. Gejala-gejala ini yang menyebabkan dirinya didiagnosis oleh dokter mengalami penyakit gegar otak.
Kondisi yang seperti ini akan menyebabkan gejala seperti kehilangan kesadaran dan juga sakit kepala. Disamping itu, penderita yang mengalami hal ini juga akan mengalami masalah pada ingatan, konsentrasi, keseimbangan, dan koordinasi. Sebuah hal yang umum jika gegar otak ini ada pada penderita tanpa diketahui terlebih dahulu sebelumnya, karena pada sebagian kasus, gejalanya tidak terlihat hingga beberapa hari setelah kecelakaan yang dialaminya terjadi.
Hal yang menyebabkan gangguan ini berpengaruh pada ingatan dan perilakunya adalah karena pusat terjadinya memori atau ingatan ini sendiri adalah dalam hippocampus. Dengan demikian jika Hippocampus dalam otak ini mengalami kerusakan, maka itu akan menyebabkan adanya gangguan pada memori seperti amnesia, Korsakoff, dan Alzheimer. Oleh karena itu, jika hal ini terjadi, maka itu menunjukkan bahwa dalam otak terjadi degeneration, ageing, disfunction brain atau diseae yang ada kaitannya dengan brain plasticity (Hobb, 1949).
Kemudian bagaimana dengan pemulihannya?
Pemulihan secara seutuhnya pada kerusakan pada otak ini sangat jarang terjadi saat ini, bahkan ketika kita mengira orang yang menderita ini tidak memiliki masalah apapun, mereka memiliki kemungkinan mengalaminya dan memiliki sebuah tantangan yang tak bisa mereka selesaikan, contohnya mungkin mereka sedang mengalami kesulitan dalam memproses suatu informasi yang baru. Bisa dikatakan bahwa pemulihan pada otak  setelah mengalami kerusakan memang dapat dilakukan, namun secara terbatas.Â
Sebagai contoh, restorasi neuron yang tidak mengalami kerusakan hingga memiliki aktivitas penuh atau agar bisa digunakan secara maksimal dan penyesuaian pada sinaps yang tidak mempengaruhi atau merusak penyesuaian terhadap perilaku (Timotius, 2018). Artinya walaupun hal tersebut dapat dilakukan, tetapi akan sulit untuk mengembalikan keadaan seperti semula karena otak merupakan bagian tubuh yang sangat kompleks.
Hal ini juga yang membuat paman saya ini walaupun sudah memeriksa keadaannya dengan CT scan atau MRI dengan tujuan memastikan bahwa ia mengalami pendarahan atau ia sedang mengalami cedera otak serius lainnya, masih tetap susah untuk kembali normal.Â
Akibatnya itu berpengaruh terhadap bagaimana perilakunya sehari-hari yang susah untuk diajak berbicara karena lambatnya respon yang terjadi di otaknya tersebut akibat kecelakaan lalu lintas yang sebelumnya ia alami.
Daftar Pustaka
Hobb, D. (1949). The organization of Behavior. A Neuropsychological Theory. New york : John Wiley
Kalat, J. W. (2004). Biological psychology edisi 8 jilid 1. (R. L. Atkinson, Penyunt.) Jakarta: Interaksara.
Timotius, K. H. (2018). Otak dan perilaku. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H