NO. 28 Cuzzy Fitriyani
Aku masih ingat ketika pertama kali melihatnya dalam sebuah bus, ia memakai kaos merah dan celana jeans biru. Dia begitu cantik. Yah, itu adalah pertama kalinya aku merasa begitu tertarik pada seorang gadis. Tak dapat ku lukiskan, wajahnya begitu imut membuat perhatianku sontak tertuju padanya.
Hari berikutnya, ketika aku memasuki kelas disekolah, aku melihat dia duduk di bangku ketiga, barisan tengah. Aku terkejut melihat dia di ruang kelasku. Ternyata dia murid baru di sekolahku. Aku menatapnya, dia duduk sendirian sambil matanya tak lepas dari buku ditangannya. Saat aku melihatnya, tanpa sengaja mataku dan matanya beradu pandang, ah aku jadi gugup. Tiba-tiba terasa ada sebuah dorongan yang memaksaku agar pergi dan berbicara dengannya. Tapi, aku menahan diri melakukannya. Aku menunggu pak Guru saja. Ya, menunggu pak Guru memintanya memperkenalkan diri. Perkenalan singkat darinya di depan kelas, dan aku baru tahu namanya adalah Putri.
Beberapa hari kemudian, kami diberi tugas kelompok, dan untungnya kami berada pada kelompok yang sama. Dari situ, aku mulai berani menyapanya. Awalnya terdengar sangat lucu, aku ingin mendengar suaranya lagi dan lagi.
Suatu hari setelah kelas usai, ketika aku hendak menuju terminal bus, aku mendengar suara memanggilku.
"Fahmi, bolehkah aku minta no hpmu? Agar aku bisa menelpon atau kirim sms ke kamu. Aku takut nanti ada yang kurang aku pahami tentang PR yang tadi diberikan oleh pak Guru."
Aku tertegun sejenak, melihat mata yang indah yang dimiliki oleh gadis cantik itu. Tanpa menunggu lama, aku coba mengumpulkan keberanian untuk menjawabnya.
"Benar nih minta no hpku? 081***4547."
Dia tersenyum. Aih, manis sekali. Tangannya pelan dilambaikan ke arahku sebelum kakinya melangkah menjauh.
****
Aku menunggu dia mengirim sms, tapi tak satupun sms yang aku terima darinya. Hari berikutnya, sepulang sekolah, aku menerima sms. Hatiku bersorak. Sms dari Putri, seorang yang membuatku galau siang malam. Kami mulai mengobrol lewat pesan singkat itu. Dan, dari situlah pertemanan pun makin dekat.
Teman-teman di sekolah mulai bergosip ria tentang kami. Aku dan Putri menyadari hal itu, tapi kami cuek bebek dengan semua. Kadang bersikap cuek adalah sebuah pilihan.