Mohon tunggu...
Tsalitsa Masud
Tsalitsa Masud Mohon Tunggu... Freelancer - Lisa

Kalau tidak bisa melakukan semua, jangan tinggalkan semua, yang bisa kita lakukan Do it your best.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangkitkan Keberanian Anak agar Mau Bertanya

12 Februari 2020   23:20 Diperbarui: 12 Februari 2020   23:27 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak dilahirkan dengan kemampuan dan kecerdasan masing-masing. Orang tua membiasakan anaknya agar berani bertanya untuk menumbuhkan kemampuan dalam diri anak. Karena aspek perkembangan anak meliputi aspek perkembangan kognitif, bahasa, sosial, prikomotorik, sosial supaya anak dapat berkembang secara optimal.

Salah satunya, anak memiliki rasa percaya diri karena rasa percaya diri yang tinggi akan membangkitkan keberanian pada anak , mengapa begitu? karena rasa percaya diri itu sendiri berasal dari diri anak masing-masing. Dan menjadikan anak merasa menjadi dirinya sendiri, tidak mudah cemas, dan selalu berfikir positif bahwa dia bisa.

Kemudian sebaliknya, apabila timbul ketidakpercayaan pada anak maka akan berdampak pada tumbuh dan kembangnya anak tersebut. Misalnya, guru mengajak anak untuk mewarnai, kemudian anak kurang percaya diri akan bingung memilih krayon warna apa yang akan dipakai untuk mewarnai gambar tersebut. Akhirnya, dia mencari orang tuanya karena takut dan menanyakan warna yang cocok.

Anak lebih menyukai pembelajaran yang menarik misalnya dengan media, karena dengan begitu anak tidak mudah bosan. dan seperti yang sering dikatakan , bahwa pada anak usia dini itu masa-masa anak bermain, ketika anak belajar harus diselingi dengan bermain, begitu juga sebaliknya, jika anak bermain maka harus diselingi belajar, agar mereka tidak mudah bosan dan jenuh. 

Kemudian, yang dapat membangkitkan keberanian anak agar mau bertanya adalah bercakap-cakap, dengan seperti kita tahu apa kelebihan dan kekurangan anak. Guru dapat berinteraksi dengan anak tersebuat, dan nantinya akan timbul pertanyaan, dan akan menjadikan guru lebih dekat dengan anak.

Karena anak itu unik, dia akan bercerita tentang apa yang baru saja dia alaminya. Misalnya, "bu guru, tadi aku habis jatuh dari sepeda". Dan guru yang mendengarkan, dengan begitu anak akan lebih mudah berkomunikasi dengan baik.

Selanjutnya, keterampilan pemecahan masalah itu juga perlu dimiliki oleh anak dalam sehari-hari, anak akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan,. Misalnya, anak bermain puzzle, anak akan berfikir dan belajar bagaimana cara agar puzzle itu bisa menjadi utuh lagi. Dan dia berusaha menyatukannya. 

Mendidik anak tanpa hukuman ini juga membangkitkan keberanian anak, karena disiplin seringkali identik dengan hukuman, yang harus diikuti supaya disiplin dapat ditegakkan.karena dianggap satu hal yang dapat mendisiplinkan anak.

Sebaliknya, pada anak yang sering menerima hukuman , ia tidak merasa salah dengan apa yang telah diperbuatnya, karena merasa kuat dari yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun