Mohon tunggu...
muhammad hamzah
muhammad hamzah Mohon Tunggu... -

salam. saya pemuda 20 tahun asal aceh. saya lagi mempelajari dan juga mendalami dunia jurnalistik. harap semua kawan sudi berbagi. salam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perang Rakyat di Malam Lebaran

10 September 2011   03:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:05 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***
Sampai kini, banyak yang menilai permainan rakyat ini membuat banyak kerugian. Disamping menghamburkan uang, juga mengganggu masyarakat.

“Malam lebaran buang-buang uang. Kenapa tidak disumbangkan saja kepada fakir miskin,” kata Nur Asiah, orang tua di Kampoeng Mesjid Aree, Delima, Pidie.

Ia menyebutkan, perilaku menghambur-hamburkan uang untuk berpesta semalam suntuk tersebut merupakan perilaku jahiliyah. “Apa dengan itu kita menghebat-hebatkan diri? Kalau diambil semua sama Allah baru tahu,” lanjutnya dengan nada emosi.

Dalam sebuah wawancara kepada Lamp On Aceh Film Community beberapa waktu lalu, Kasat Bimas Polres Pidie, AKP Idris Idham, mengatakan, tahun lalu mereka memang pernah menyebarkan surat edaran untuk tidak memainkan karbit pada malam lebaran, karena mengganggu masyarakat. Tapi, tak ada sanksi tegas untuk menindak para pemain.

“Kita hanya menghimbau saja, agar mereka tidak memainkannya. Supaya jangan mengganggu masyarakat lain. Apalagi orang tua, yang bisa meninggal atau mati karena jantungan. Sanksi tegas tidak ada. Karena itu bukan kriminalitas yang sangat membahayakan orang lain. Namun membuat resah. Makanya kita menghimbau saja, tanpa menindak,” katanya.

Tapi, karena telah menjadi adat, tak ada larangan berarti untuk menghentikan rutinitas ini. “Saat konflik aja tentara yang nyumbang untuk buat seperti ni. Jadi masyarakat sekitar sudah paham. Cuma setahun sekali,” ungkap Iwan.

Iwan menyadari, permainan ini kadang membuat suasana malam menjadi riuh. “Banyak masyarakat yang ada bayi, bayinya diungsikan sementara. Tapi banyak juga yang menonton, malah bawa anak-anak. Jadi ini semacam hiburan juga bagi mereka.”

***
Malam seperti tak pernah berakhir. Suara dentuman tidak berhenti meski waktu telah mendekati pagi. Di atas kepala, bintang-bintang masih bertaburan indah, perang rakyat terus berlanjut di malam nan Fitri. []

www.acehkita.com/2 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun