“Peunayong sebagai Cina Townnya Banda Aceh, yang didesain oleh Belanda. Dulunya dihuni suku Khek, Cheng Ho, dan beberapa suku lainnya. Melalui festival ini kami ingin mensosialisasikan sejarah kota Peunayong. Kita ingin kota tua ini menjadi pusat wisata Banda Aceh, dan wisatawan mau berkunjung kemari,” ujarnya. Ia mengatakan, acara seperti ini menjadi penguat dua budaya, yaitu budaya Aceh dan Tionghoa.
Pengamat kebudayaan A Rani Usman mengatakan, Peunayong adalah pusat kebudayaan Tionghoa. Bukti persahabatan antara Cina dan Aceh adalah lonceng Cakradonya yang dihadiahi Laksamana Chengho.
"Kenapa diberi nama Peunayong? Maknanya dulu adalah peumayong, yaitu memayungi. Di sini dulu hidup secara berdampingan bangsa yang berbeda seperti Cina, Persia dan India, dengan agama yang berbeda juga," sebut Rani.
Pada akhirnya, ribuan pengunjung membubarkan diri, ketika secara bersama-sama belasan anak Tionghoa kembali memasuki tengah arena. Mereka memperagakan kungfu ala shaolin secara serentak. Usia mereka beragam. Malahan kata Riski, ada yang kelas satu Sekolah Dasar. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H