Pendidikan adalah tonggak kemajuan suatu bangsa. Menjadi bangsa maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang masih mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan.
Kita mempunyai tujuan bernegara “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang seharusnya menjadi sumbu perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa.
Namun yang kita rasakan sekarang adalah ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Banyak sekali variabel yang harus diperhatikan jika ingin meningkatkan mutu Pendidikan, tapi ada satu hal yang menarik. Jika kita mundur ke 20-60 tahun kebelakang, kondisi pendidikan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan sekarang. Apabila dibandingkan dengan bidang lain, bidang teknologi misalnya, jika ada suatu hal baru dalam kurun waktu 6 bulan saja sudah terjadi perubahan dan pembaharuan dalam hal tersebut.
Ini yang perlu dipertanyakan, mengapa bidang pendidikan setertinggal itu? Apakah Pendidikan sudah berada di bentuk sempurnanya sehingga tidak membutuhkan perubahan? Saya rasa tidak. Dengan melihat kondisi seperti ini dapat kita simpulkan bahwa pendidikan bukan merupakan jembatan perubahan.
Pandemi Covid-19 mengajarkan kita banyak hal urgen yang dapat direnungkan untuk pembelajaran bersama. Pelajaran dan hikmah berharga tentang makna hidup sekaligus impian-impian besar untuk memajukan bangsa. Semua pihak merasakan kesulitan dan perlu adanya penyesuaian dengan pola-pola baru.
Pola komunikasi antar manusia berubah, kompetisi menyesuaikan gerak zaman, sekaligus menciptakan peluang-peluang baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Kondisi ini seperti dua sisi mata uang, ada tantangan sekaligus ada peluang diwaktu yang bersamaan pada dua sisi yang berbeda.
Pendidikan sendiri mendapatkan tantangan besar dalam menghadapi pandemi. Sistem yang biasa berjalan dibuat pincang bahkan lumpuh sementara akibat serangan alam yang tidak diduga-duga seperti ini. Kegiatan belajar mengajar terhambat, SDM pengajar kepayahan beradaptasi, sampai anak didik pun terancam tidak mendapatkan pemahaman yang utuh dengan perubahan sistem dadakan.
Sungguh sebuah tantangan yang sangat masif bagi pendidikan. Atau malah sebaliknya? Pandemi membawa perubahan di sistem pendidikan, perubahan yang sangat besar.
Bukankah ini yang kita ingin capai? Sudah lama sekali semenjak sistem pendidikan terakhir mengalami perubahan. Barangkali kita merasa kesulitan karena sedang berada di masa adaptasi. Bisa jadi perubahan yang ditawarkan acara pandemi bagi pendidikan malah membuat pendidikan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tentu saja perubahan menjadi lebih baik atau lebih buruk kualitas pendidikan sedikit banyak tidak lepas dari kontribusi seorang guru. Tugas para guru bukan hanya menjejalkan pelajaran, melaikan guru harus bisa menghidupkan pengetahuan. Ilmu jangan hanya jadi objek hapalan, gunakan ilmu untuk memahami dan menyelesaikan persoalan.
Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan, dan guru jangan segan beradaptasi dengan pembaharuan, agar belajar menjadi proses yang menyenangkan dan kreativitas dapat terus ditumbuh kembangkan.
Dengan terbentuknya kondisi seperti ini siswa akan haus pengetahuan dan ijazah takkan mengakhiri proses pembelajaran. Kondisi seperti ini dinamakan pengajaran yang memanusiakan manusia bukan pendidikan yang malah mengkerdilkan siswa.
Tugas kita sebagai generasi muda mengharumkan nama Indonesia dengan karya. Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, dan tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H