Mohon tunggu...
Annisa Sinta Dewi
Annisa Sinta Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Qutub dan Kiblat: Produk UMKM Penggerak Ekonomi Kerakyatan Butuh Literasi Bisnis Online

9 September 2021   19:24 Diperbarui: 9 September 2021   19:27 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sasaran pasar seri ‘tiga kunci’ dan ‘Qutub’ adalah pasar lokal, dan pemasarannya di wilayah jawa timur, khususnya di Lamongan, Sidoarjo, Mojokerto, Tuban, Jombang dan Kediri. Namun dengan startegi yang dibuat yaitu membuat produk yang sama dengan kualitas standar yang sama dengan harapan merebut pasar lebih luas tetapi kenyataanya tidak sesuai dengan harapan, “ternyata pelanggan setia songkok cap tiga kunci kurang berkenan, karena kebingungan terhadap harga yang berbeda, dengan pilihan kualitas produk  yang sama. Maka akhirnya cap Qutub dirubah sebagai seri tersendiri, dan cap tiga kunci berlanjut

Dokpri
Dokpri

Dari pengalaman tersebut, maka Bpk. Zainal berupaya tetap merebut pasar yang sudah memiliki fanatismenya sendiri terhadap kualitas produk yang dibuat, maka dengan berbekal pengalaman usaha, memahami pasar dan tetap konsiten dengan produk berkualitas dan nyaman, serta harga terjangkau, maka dimunculkan seri songkok cap ‘kompas kiblat’ dengan kualitas dan harga diatas seri produk cap tiga kunci dan qutub. Selisih harga yang tidak terlalu jauh dari produk yang sudah ada, membuat ‘kompas kiblat’ diterima dengan baik dipasar hingga sekarang. “Jadi menjaga citra produk dan kepercayaan pasar terhadap suatu produk itu sangat penting. Konsumen yang sudah fanatik tidak tertarik dengan seri produk yang membingungkan, tapi memilih yang disukai dan cocok, itu yang katanya orang pinter sebagai branded’, sambung Bapak Zainal.

Tantangan ‘Qutub dan Kiblat’

Saat ini, pasar teradisional banyak terkoreksi oleh usaha online, konsumen mulai menyukai pembelian online, meskipun bersifat sementara atau pragmatis. Beralihnya konsumen tersebut bisa karena alasan keterbatasan, kesukaan, atau pembatasan-pembatasan seperti PPKM Covid-19 dan sebagainya. Namun perkembangan demikian tidak bisa diabaikan. Kecenderungan ekonomi berbasis online menjadi hal yang sudah pasti, meskipun tidak secara mendadak, namun alur perubahan perekonomian terus menuju ekonomi berbasis online. Maka tantangan bagi usaha UMKM adalah penyesuaian terhadap perubahan tersebut.

Namun dari hasil wawancara dengan Bpk. Zainal, dapat disimpulkan bahwa bagi pengusaha UMKM pasar lokal dan tradisional merupakan tumpuhan dan harapan yang bersifat pasti. Sementara pasar online terkandung tingkat ketidakpastian yang tinggi, cepat berubah dan pangsa pasar yang sulit perkirakan oleh cara-cara tradisional. “melakukan cara online tentu suatu yang berat bagi pengusaha lokal dan kecil yang konvensional”, kata Bapak Zainal, sambil menarik nafas. Lebih lanjut beliau menyampaikan, “Jika masuk pasar online sekarang, maka kecenderungan pasar tradisional terbebani, karena persaingan harga cenderung dimenangkan pasar online, dan pedagang eceran akan dirugikan dengan kondisi demikian”. Sementara untuk kebutuhan jangka menengah dan panjang pasar online akan terus mengurai pasar tradisional dan akan memecah pangsa pasar tersebut, sehingga mau tidak kedepan pasar tradisional akan terkoreksi tingkat penjualannya.

Umumnya cara berfikir pengusaha tradisioal yang sama dengan Bapak Zainal masih sangat kuat, ragu-ragu masuk ke pasar online menjadi hal yang nyata dan merupakan tantangan bagi usaha UMKM ke depan. Maka seperti kasus usaha tiga kunci perlu memperoleh pendampingan dan pengetahuan sehingga secara bertahap dapat menerima pasar online. Literasi tentang pasar online sangat dibutuhkan, baik oleh pemerintah, kelompok UMKM, kelomok penggerak dan unit-unit pendorong pengembangan ekonomi rakyat jelata. Wallahua’lam bisshawab.

Malang, 07-09-2021.

Annisa Sinta Dewi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun