“Iya Rim, Ci,” kata Nara.
Kritik negatif itu merayap seperti bayangan gelap, mencoba merampas semangat yang telah dibangun dengan susah payah. Hal itu menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran mewarnai latihan-latihan berikutnya.
Di keesokan harinya saat di sekolah, Nara, Rima, dan Cici mengadakan evaluasi bersama dengan teman-teman sekelasnya.
“Teman-teman, aku mohon pengertian kalian. Buka hati dan pikiran kalian tentang suatu kabar yang akan aku sampaikan,” ucap Cici di depan teman-temannya.
Semua siswa tampak kebingungan. Suasana sunyi senyap membuat ketegangan semakin terasa. Akhirnya Cici menceritakan semuanya kepada teman-temannya. Setelah mendengarkan kabar yang Cici sampaikan, teman-teman kelas mereka pun tampak sedih dan kehilangan semangat mereka. Mereka merasa bahwa usaha mereka selama ini sia-sia, dan tak ada harapan lagi untuk bisa tampil menarik di depan audiens.
Meskipun awalnya terpukul, Nara, penuh semangat dan tekad, muncul sebagai penyemangat. "Kita harus membuktikan bahwa keberagaman Kalimantan adalah keindahan yang tak ternilai. Jangan biarkan kata-kata negatif menghentikan kita. Mungkin kita memang membuat mereka 'nggak ngerti ceritanya' karena cerita kita begitu mendalam," kata Nara sambil tersenyum.
“Guys… aku tahu kalian pasti sedih, kecewa, ataupun patah semangat. Tapi bukan berarti kita tidak bisa menampilkan yang terbaik bukan? Kritik itu seperti angin topan yang seolah ingin menjatuhkan semangat kita, tetapi kita harus tahan sekuat mungkin. Penampilan kita… ya itu ide kita semua. Apa kalian mau nyerah disini? Apa kalian mau membuktikan memang benar yang mereka katakan?” kata Rima.
“Tidak, kita semua tidak mau nyerah sampai disini. Kita mau membuktikan bahwa kita itu adalah kelas yang solid. Yang dinilai terlebih dahulu itu bukan hasil, namun proses yang dilalui. Seperti sayap yang menyatu membentuk keharmonisan burung, kita pun bersatu membentuk harmoni dalam pertunjukan ini. Kita nggak usah dengar gibahan atau perkataan orang yang membuat kita down, oke? Aku yakin kita semua pasti bisa,” ucap Nara.
Cici, yang selalu penuh kepercayaan diri, menambahkan, "Fokus pada persiapan dan percayalah pada kemampuan kita. Kita akan menunjukkan kepada mereka bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dihargai,”
"Ayuk teman-teman, kita bisa! Semangat..!!" seru salah satu teman mereka.
Setelah evaluasi selesai, tibalah waktu mereka untuk latihan. Nara dan teman-temannya memutuskan untuk tidak terpengaruh oleh komentar negatif tersebut. Dengan tekad yang semakin kuat, mereka terus bersatu dalam persiapan drama yang akan menampilkan kekayaan budaya Kalimantan.