Mohon tunggu...
Ayu Diah Imayanti
Ayu Diah Imayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang bermusik dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Pencegahan Bahaya Leptospirosis

15 Agustus 2024   22:09 Diperbarui: 15 Agustus 2024   22:10 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia yang ditandai dengan gelaja panas, pusing, demam, turunnya trombosit, dan lain sebagainya. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang yang dapat dengan mudah menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi dan menginfeksi tubuh manusia melalui luka di kulit, mata, hidung, serta mulut melalui kontak dengan banjir, genangan air sungai, hingga selokan dan lumpur. Umumnya, penyakit ini dibawa oleh hewan pengerat seperti tikus dan hewan lain seperti anjing, sapi, atau babi (Winarni, 2021).

Kasus leptospirosis banyak ditemukan pada daerah yang rawan banjir. Air banjir sangat berpotensi terkontaminasi air kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Mengingat sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang rawan banjir, maka penyakit ini sangat berpotensi menjangkiti masyarakat luas, terlebih lagi bagi yang hidup di daerah kumuh yang memungkinkan tikus untuk berkembang biak. Terlepas dari risiko tersebut, masyarakat masih awam terkait penyakit bersumber tikus dan leptospirosis sehingga upaya pencegahan yang dilakukan juga masih minim. Hal tersebut disebutkan oleh Isnani & Ikawati dalam penelitiannya (2011).

            Mengingat leptospirosis ditularkan melalui hewan terinfeksi, maka pencegahannya dapat dilakukan dengan cara memberikan vaksin kepada hewan yang berpotensi tertular leptospirosis dan menjaga kebersihan kandang hewan peliharaan tersebut. Untuk mencegah penularan, kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar supaya tidak menjadi habitat tikus untuk berkembang biak, contohnya dalah dengan menjaga kebersihan tempat penyimpanan air supaya terhindar dari kuncing tikus terinfeksi serta membersihkan sampah dengan benar sehingga tikus tidak bersarang di dalamnya. 

Selain itu, kebersihan individu juga tak kalah penting dilakukan untuk mencegah leptospirosis. Masyarakat dapat menjaga kebersihan individu dengan cara menerapkan perilaku PHBS serta menggunakan APD ketika berada di tempat yang berisiko leptospirosis (Isnaini, 2019). Oleh karena itu, peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya leptospirosis sangat diperlukan sehingga masyarakat dapat terhindar dari leptospirosis melalui pencegahan-pencegahan yang dilakukan.

REFERENSI

Isnani, T., & Ikawati, B. (2011). Leptospirosis Dalam Pandangan Masyarakat Daerah Endemis. Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 7(1), 58085.

Widjajanti, W. (2019). Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan Leptospirosis. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases, 5(2), 62-68.

Winarni. (2021). Buku Pintar Penanggulangan Wabah Penyakit Dunia dan Nasional. Yogyakarta: DIVA Press.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun