Mohon tunggu...
Damang Averroes Al-Khawarizmi
Damang Averroes Al-Khawarizmi Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya penulis biasa yang membiasakan diri belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nanda Dyani Amilla; Janganlah Plagiat Lagi!

24 Agustus 2016   17:03 Diperbarui: 24 Agustus 2016   17:20 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beranilah menulis dalam keadaan kosong, susunlah kata perkata, kalimat perkalimat yang saling berangkai, pragraf yang saling bertaut satu sama lain, sehingga pembaca tidak akan mengabaikan karyamu. Peringatan keras ini selalu saya utarakan juga kepada perempuan pujaanku (3RN4).

Tulisan Nanda (Hasil Plagiatnya di Tribun Bone, 24 Agustus 2016)

Rasulullah, Sebenar-Benarnya Idola

Salah satu fenomena anak muda yang paling menarik untuk diamati mungkin fenomena “idola”. Remaja-remaja modern pada umumnya mempunyai tokoh-tokoh idola yang mereka kagumi, panuti, cintai, dan mereka gilai. Gambar dan foto-foto mereka mungkin menghiasi dinding kamar sebagian remaja, atribut-atribut mereka ditiru dan dikenakan. Berita-berita soal mereka selalu diburu, bahkan tingkah laku mereka juga kerap diikuti. Biasanya idola para remaja berasal dari kalangan selebritis.

Kalau saja ingin dibuat survey tentang idola, barangkali bisa dipastikan bahwa lebih dari 80% orang yang diidolakan anak muda dari orang-orang yang berprofesi sebagai penghibur, entah itu artis dilm, penyanyi, pemain sepak bola, olahragawan, dan lain sebagainya. Jarang sekali ada yang mengidolakan tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, Isaac Newton, Mahatma Gandhi, Lao Tsu, Nelson Mandela, ata pun Luqman Al-Hakim.

Anak muda jaman sekarang ini lebih banyak mengidolakan Avril lavigne, Brad Pitt, Lionel Messi, Justin Bieber, atau tokoh-tokoh dunia hiburan lainnya. Memang ada juga anak muda yang mengagumi tokoh-tokoh agama, politik, dan budaya, tapi jumlahnya tentu tidak sebanding dengan yang telah penulis sebutkan di atas. Jika ditelaah lebih dalam, apa sih yang diidolakan dari orang-orang seperti itu? Dari yang penulis tanyai kepada beberapa remaja, mereka mengidolakan selebritis tersebut karena tampilan fisik yang enak dipandang mata, entah itu ganteng, cantik, keren, dan lain sebagainya.

Sebagian lain mengatakan mereka tertarik dan suka denga artis yang kaya raya dan mempunyai gaya hidup mewah. Ada pula yang mengidolakan penyanyi karena suaranya bagus dan jenis lagunya enak didengarkan. Penulis menarik kesimpulan, bahwa para remaja ini mengidolakan sesuatu karena sebuah popularitas. Di era informasi seperti ini, yang namanya popularitas memang segalanya. Biar jelek, kusut, dan berantakan, tidak menjadi sebuah masalah asalkan populer. Popularitas itu seolah dilihat sebagai bukti keberadaan seseorang.

Jika kita membedah makna dari kata idola itu sendiri, barangkali kita semua tahu bahwa kata idola itu berasal dari bahasa inggris “idol”. Jika dirujuk ke Oxford Advanced Learner’s Dictionary, kata “idol” dalam bahasa Inggris ternyata memiliki dua arti: Pertama, a person or thing that is greatly loved or admirer. Yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah “seseorang atau sesuatu yang sangat dicintai dan dikagumi. “Dalam konteks ini, para remaja mencintai dan memuja seseorang itu karena popularitasnya. Oleh sebab itu, muncul istilah a fallen idol atau berarti seseorang (bintang) yang telah kehilangan popularitasnya. Seperti mantan selebritis yang sudah tidak ngetop lagi.

Kata “idol” yang dalam pengertian kedua lumayan menakutkan; an image of a God, often carved in stone or wood and used as an object of worship. Yang artinya “Suatu citra Tuhan, seringkali dipahat di atas batu atau kayu dan digunakan sebagai objek penyembahan. “Oleh karena itu, seorang pemuja atau dalam bahasa Inggrisnya idolater, didefinisikan sebagai seseorang yang menyembah (mengibadahi) suatu idol (a person who worship an idol).

Menurut hemat penulis, jika sudah sampai sejauh ini bisa dinamakan musyrik atau menyekutukan (menduakan) Allah SWT. Bukankah inti dari ajaran adalah tauhid, yang berarti pengesaan Allah. Rukun Islam yang pertama yaitu syahadat juga terkait dengan persoalan ini, yakni Laa Ilaaha Illallah, tiada Tuhan yang disembah selain Allah. Jadi, kalau para remaja sampai memuja sesuatu seperti Tuhan dan menyembah-nyembahnya, berarti mereka telah syirik atau menyekutukan Allah. Syirik sendiri merupakan salah satu dosa besar yang tiada ampunannya di sisi Allah.

Islam mengajarkan konsep tauhid, pengesaan Allah. Allah itu satu dan kita semua mengakui itu. Akan tetapi, masalahnya ternyata tidak semua dari kita mengesakan Allah dalam ibadah dan sikap hidup kita. Sebagai dosa yang paling besar, seharusnya kita mengetahui bahwa syirik itu mudah dikenali. Boleh jadi ada perbuatan syirik yang kita kerjakan namun kita tidak menyadarinya. Itulah sebabnya diajari sebuah doa oleh Rasulullah SAW.: Allahumma inna na’udzubika min annusyrika bika syaian na’lamuh, wa nastaghfiruka lima laa na’lamuh (Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari amalan yang menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami meminta ampun kepada-Mu atas apa-apa yang tidak kami ketahui).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun