Mohon tunggu...
Jasman Rizal
Jasman Rizal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tunai Sudah Janji Bakti Seorang Irwan Prayitno

23 Oktober 2016   20:22 Diperbarui: 23 Oktober 2016   21:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa tak kenal Patih Gajah Mada? Seorang Panglima Perang yang gagah berani dari Kerajaan Majapahit yang mengumandangkan Sumpah Palapa. Gajah Mada berikrar tak akan makan palapa atau rempah-rempah sebelum menguasai nusantara. Pada abad ke 14 Masehi Majapahit menjadi kerajaan terbesar di nusantara dengan wilayah Sumatra, Singapura, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara.

Itu sedikit tentang sumpah seseorang yang mencintai Negara serta rakyatnya dan akhirnya berhasil diwujudkan berpuluh-puluh tahun kemudian. Dan banyak kisah-kisah heroik lainnya tentang orang-orang yang betul-betul mencintaih rakyatnya mengesampingkan kepentingan pribadi.

Ternyata dizaman kesekarangan, ada juga yang begitu mencintai rakyat dan negerinya, sehingga berani berjanji tentang sesuatu yang mungkin mustahil dan berat untuk dilakukan. Tatkala seseorang diangkat sebagai pejabat, tentu juga akan diikuti oleh fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh Negara dan itu sah. Namun ternyata, masih ada juga segelintir pribadi yang mungkin tenggelam oleh hiruk pikuknya dunia pada saat kesekarangan ini, juga berlaku mengurai sumpah dan janjinya. Mungkin disaat dia berikrar janji tersebut, tanpa rekayasa, namun keluar dari lubuk hati nan dalam, sehingga sumpah janjinya keluar tak sengaja, 

Ini sedikit cerita tentang sumpah janji seorang pejabat negeri yang mungkin luput dari publisitas dan kemungkinan beliau juga tidak ingin orang-orang tau, takut akan berujung ria. Namun saya dengan ketulusan jiwa, ingin berbagi dengan saudara-saudara semua, tentang hal-hal kecil yang menggugah jiwa.

Begini ceritanya:

Pada hari itu tanggal 15 Oktober 2016, terlihat kesibukan dari beberapa orang yang memasang tenda dan kursi-kursi untuk sebuah acara penyambutan tamu disebuah gedung baru di kompleks Gubernuran. Gedung berarsitektur Belanda, berwarna putih, anggun. Saya belum tahu itu gedung apa, sampai salah seorang dari pekerja tersebut berucap, bahwa gedung tersebut adalah rumah jabatan Gubernur Sumatera Barat yang baru, yang insyaa Allah akan diresmikan pemakaiannya hari Minggu tanggal 16 Oktober 2016. 

Menurut saya, acara peresmiannya sangat sederhana, jauh dari kesan bermewah-mewah. Tamu yang diundangpun menurut pengakuan fihak rumah tangga Gubernuran, terbatas. Anak-anak yatim dan kaum dhuafa, itu prioritas yang diundang.  

Esoknya, tanggal 16 Oktober 2016, saya berkesempatan hadir pada acara peresmian rumah jabatan Gubernur Sumatera Barat tersebut. Dalam sambutannya tatkala meresmikan gedung baru tersebut, Irwan Prayitno menyampaikan hal-hal yang selama ini mungkin jadi pertanyaan orang-orang, kenapa selama 5 tahun menjabat Gubernur sebelumnya (2010-2015), beliau tidak pernah berkantor di kantor Gubernur dan ruang kerjanya menumpang di salah satu ruangan kecil di Istana Gubernuran. Kenapa selama periode ke II kepemimpinannya, beliau tinggal di rumah pribadi. 

Ini tidak terlepas dari musibah gempa besar yang meluluhlantakkan Sumatera Barat tahun 2009 lalu. Ratusan ribu rumah-rumah rakyat hancur, ratusan perkantoran tumbang dan lain-lain. Padahal pada tahun 2010 lalu, telah dianggarkan dana dalam APBD untuk pembangunan rumah jabatan ini, namun beliau tidak mau, sehingga akhirnya dana tersebut menjadi Silpa tahun 2010. 

Semuanya  tak terlepas dari komitmen seorang Irwan Prayitno yang lebih mendahulukan membangun/memperbaiki rumah korban gempa dan membangun kantor yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik. Bila itu sudah selesai, barulah paling terakhir dibangun/diperbaiki kantor gubernur. 

Ibarat sebuah sumpah, bisa saya analogikan bahwa Gubernur Sumbar Irwan Prayitno saat itu bersumpah dan berikrar, “tidak akan menyelesaikan rumah jabatannya dan kantor Gubernur, sampai seluruh rumah-rumah rakyat dan perkantoran di luar kantor Gubernur selesai dibangun”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun