"Ibu adalah sebuah surat cinta dan pancaran cahaya pendikan tanpa batas yang tak terkalahkan oleh siapapun" Safri Sebastian Sihombing
Setiap orang di dunia pasti memiliki cerita khusus dan tersendiri yang pernah dialami oleh masing-masing dengan sosok ibu mereka. Ibu merupakan sosok yang selalu melekat dalam diri seseorang mulai dalam kandungan sampai pada masa dewasa. Ibu adalah orang pertama yang mengetahui keberadaan raga dan kondisi yang kita alami. Tidak heran bahwa seorang anak sangat menyayangi dan mengagumi ibunya. Demikian jugalah hal yang saya rasakan dalam kehidupan sehari-hari yang saya jalani. Menurut pribadi saya, ibu adalah seseorang yang tak akan terkalahkan.
Suatu hari saya berjumpa dengan seorang teman saya yang bekerja sebagai polisi. Kami berbincang-bincang yang mengarah pada pembahasan keluarga. Teman saya tersebut kemudian menceritakan kondisi ibunya yang kini memprihatinkan. Seperti yang kami ketahui sebelumnya bahwa ibu nya memiliki sedikit gangguan jiwa yang diakibatkan oleh kecelakaan enam bulan setelah menikah dengan ayahnya. Akan tetapi hal yang menjadi sorotan dan bernilai penting dari kehidupan teman saya ini adalah keberadaan seorang ibu yang dapat membesarkannya hingga kini bisa menjadi polisi. Dengan kondisi ibunya yang mengalami kekurangan berupa gangguan jiwa dapat mendidik, mencintai, dan memperjuangkannya hinga  saat ini menjadi anak yang berguna.
Beberapa bulan setelah saya lahir kondisi tubuh saya menunjukkan hal yang tidak normal. Kondisi semakin memburuk ketika saya jatuh sakit yang cukup parah dan memprihatinkan. Dikarenakan kondisi keuangan keluarga yang tidak mencukupi ibu saya setiap hari menangis tanpa henti dan mencari pertolongan agar saya dapat sembuh dari penyakit yang saya alami. Namun, tidak ada jalan keluar kala itu. Ibu hanya dapat berdoa dan terus menangis sambil mengendong dan membawa  saya berobat ke tempat yang sanggup untuk ia bayar. Akan tetapi tidak ada perubahan sama sekali. Hingga pada suatu hari ibu  membawa saya berobat ke sebuah tempat dan akhirnya kondisi kesehatan saya juga membaik. Ibu tiada menyerah untuk menyelamatkan nyawa saya.
Ibuku memang tidak lulus sekolah dasar (SD), tetapi ibuku adalah seorang pendidik  tangguh yang sukses meluluskan anak-anaknya hingga pendidikan tinggi. Ibuku rela mengorbankan segalanya untuk mengajariku banyak hal dan arti hidup yang sesungguhnya. Dengan keadaan ekonomi yang tidak mampu (miskin) ibu dan ayahku merelakan dirinya untuk pindah dari daerah perkotaan di Riau dan menetap pada daerah perkampungan di  Sumatera Utara agar kami anak-anaknya dapat bersekolah dan menempuh pendidikan yang tinggi.
Di perkotaan Riau sesungguhnya semua kebutuhan baik kebutuhan pokok dan non pokok haruslah serba beli. Demikian jugalah pendidikan di sana, untuk mencicipi pendidikan keluarga  kami harus menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dikarenakan sekolah negeri jauh dari rumah kami. Untuk itulah mengapa keluarga kami pindah ke kampung di Sumatera Utara.
Di dalam kekurangannya ibu selalu memancarkan cahaya pendidikan tanpa batas. Saat kuliah pun ibuku selalu berusaha mendukungku hingga saat nya diperkuliahaan sosok ibu selalu kuingat dan menjadi motivasiku untuk semakin berprestasi. Jika ingat wajah ibu maka semangatlah diriku untuk meraih impianku.
Pada masa kuliah saya selalu berusaha untuk terus meningkatkan potensi diri hingga pada akhirnya menjadi mahasiswa berprestasi di salah satu universitas negeri yang terdapat di Sumatera Utara. Berkat motivasi dan bimbingan dari seorang ibu, saya berhasil menjadi mahasiswa berprestasi di Universitas Negeri Medan (Unimed). Bukan hanya itu saja, pada saat kuliah saya penerima beberapa beasiswa dan aktif  dalam kegiatan di dalam maupun luar kampus. Saya aktif menjadi asisten riset dan mengajar dosen, penerima penghargaan lomba karya tulis dan debat. Saya juga kini menjadi salah satu inspirasi bagi teman-teman di sekeliling saya. Semua ini saya dapat dan peroleh dari keteladanan dan semangat berjuang dari ibuku. Ibu yang mendidik dan mengajarkan ku untuk terus berlari tanpa henti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H