Mohon tunggu...
Nabilah Auerella putri
Nabilah Auerella putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Airlangga

mahasiswa jurusan statistika

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kontroversi Tentang Candaan Gus Miftah Yang Viral

5 Januari 2025   16:41 Diperbarui: 5 Januari 2025   16:41 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.viva.co.id/amp/showbiz/gosip/1777889-kronologi-gus-miftah-dihujat-usai-berkata-kasar-ke-penjual-es-teh-manis

Gus adalah gelar dengan menggunakan nama Jawa bagi anak kiai yang pintar dan cerdas dalam ilmu apapun layaknya sang ayah. Gelar ini dikhususkan bagi keturunan ulama atau kiai di pesantren. Arti dari Gus sendiri merupakan mas atau abang yang biasanya diberikan kepada anak laki-laki.
gelar Gus dapat menjadi beban moral bagi sebagian orang karena harus menjaga nama besar orang tuanya. Hal tersebut membuat seorang Gus hendaknya memiliki sifat, adab, dan akhlak yang mulia.


Gaya Dakwah Gus Miftah
Gus Miftah dikenal sebagai pendakwah yang berbeda, sering menggunakan gaya santai dan candaan untuk menarik perhatian jamaah. Kini kembali menjadi sorotan publik karena Gus Miftah dianggap melontarkan candaan yang menyinggung seorang penjual es teh saat acara pengajian. Peristiwa ini memancing reaksi dari masyarakat, terutama karena gaya bercandanya yang dinilai tidak pantas.
Namun, kontroversi ini menunjukkan bahwa humor dalam berdakwah memiliki batasan, terutama jika menyangkut martabat orang lain. Gaya ini mendapat dukungan dari sebagian masyarakat, tetapi juga tidak lepas dari kritik, terutama ketika dianggap melewati batas.
di Dalam video yang viral, Gus Miftah bercanda dengan menyebut penjual es teh "goblok" saat memberikan contoh dalam ceramahnya. Candaan ini memicu banyak kritik dari warganet yang menilai bahwa seorang ulama harusnya dapat menjaga adab dan tutur kata, terutama di depan umum. Reaksi netizen bermacam-macam, mulai dari rasa empati terhadap penjual es tersebut hingga terhadap kritikan untuk Gus Miftah. Beberapa komentar menyebut bahwa tindakan tersebut sebagai penghinaan terhadap orang yang mencari rezeki halal.


Tantangan Ulama Modern
Kontroversi ini menunjukkan betapa sulitnya peran ulama modern yang harus menghadapi ekspektasi tinggi dari masyarakat. Di satu sisi, mereka dituntut untuk menjadi penyampai agama yang relevan dan mampu menjangkau semua kalangan. Di sisi lain, mereka juga harus menjaga nilai-nilai tradisional yang menekankan kehormatan dan kesopanan. Kombinasi ini seringkali menjadi medan yang sulit untuk diseimbangkan.
Gus Miftah sendiri adalah contoh ulama yang mencoba menjembatani kesenjangan antara nilai tradisional dan kebutuhan masyarakat modern. Namun, insiden ini menunjukkan bahwa pendekatan inovatif pun memerlukan batasan yang jelas. Candaan, jika tidak dikelola dengan baik, dapat merusak esensi dakwah itu sendiri.


Permintaan Maaf Gus Miftah
Setelah mendapat ancaman luas, Gus Miftah segera meminta maaf melalui video dan secara langsung mendatangi rumah penjual es teh, Sunhaji, untuk meminta maaf secara pribadi. Ia menjelaskan bahwa ucapannya murni bercanda dan tidak bermaksud merendahkan siapa pun. Sunhaji menerima permintaan maaf tersebut, bahkan Gus Miftah berjanji untuk mengadakan acara pengajian di kampung tempat tinggal Sunhaji sebagai bentuk itikad baiknya.
Kasus ini juga membuat Gus Miftah mendapat teguran dari berbagai pihak, termasuk dari Sekretaris Kabinet, yang mengingatkan pentingnya menjaga ucapan di ruang publik. Dalam pernyataannya, Gus Miftah mengaku akan lebih berhati-hati ke depannya dan menjadikan kejadian ini sebagai bahan introspeksi dirinya sendiri.


Refleksi untuk Masyarakat
Menurut saya, kita juga harus melihat kasus ini dari perspektif yang lebih luas. Mengkritik kesalahan ulama memang penting, tetapi kritik tersebut harus disampaikan dengan cara yang konstruktif. Media sosial, meskipun merupakan platform yang efektif untuk menyuarakan pendapat, seringkali menjadi alat untuk menyerang individu tanpa memberikan ruang untuk perbaikan.
Sebaliknya, kita juga harus belajar dari respon positif Sunhaji, penjual es teh yang menerima permintaan maaf Gus Miftah dengan lapang dada. Sikap ini mencerminkan kebesaran hati dan menunjukkan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan dialog dan saling pengertian.


Kesimpulan

Kontroversi ini menjadi pelajaran bagi para pendakwah tentang pentingnya menjaga adab dan kepekaan terhadap konteks dalam menyampaikan pesan agama. Gus Miftah, yang telah meminta maaf, berharap agar masyarakat tidak memotong-motong videonya untuk menghindari salah paham lebih lanjut. Kejadian ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat.
Yang terpenting adalah bagaimana setiap pihak belajar dari insiden ini untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis antara tokoh agama dan masyarakat. Semoga kontroversi ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua. Dengan perkembangan ini, Gus Miftah tetap mendapat dukungan dari sebagian jamaah yang mengenalnya sebagai sosok yang sering membantu masyarakat, termasuk dengan membeli dagangan mereka di berbagai acara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun