Mohon tunggu...
Moh Rifai M Hadi
Moh Rifai M Hadi Mohon Tunggu... -

Hanya Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nita, "Pembuka" Hati dan Pikiranku

2 September 2012   10:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang kedua yang kubanggakan dalam hidup, selain ibuku, adalah Nita. Nita, dengan sosok yang anggun, cantik, cerdas, dan berpendirian yang tinggi, kini membawaku menuju inspiratif yang tinggi. Kebanggaan tersendiri buat Nita untuk menjalani hidup ini.

Yaahhh…!!! Tidak seperti biasanya. Hari-hariku kini menjalani aktifitas, lebih semangat ketika memikirkannya, ketika bertegur-sapa dengan Nita.

Lalu bagaimana dengan perasaanku?

Beberapa tahun yang lalu, aku sempat sakit hati. “Sakit hati?” tanya Nita dalam obrolan Facebook, disuatu ketika. “kamu tau juga sakit hati yahh…?”

“Maksud pertanyaanmu itu apa Nit..??” “Tapi sudahlah, aku tak perlu menjawab pertanyaanmu itu. Itu hanya mengingatkan dimasa laluku yang buruk.”

“Heiii…!!! Bangkitlah, bukalah pintu hatimu untuk orang lain, jangan selalu menutup pintu itu, berilah kesempatan pada wanita disekitarmu, San…?” Perintah Nita.

“Maksud kamu, Nit..?” tanyaku, dalam suasana yang penasaran.

“Iya.., sepertinya kamu telah menutup rapat-rapat pintu hatimu, Sandy. Berikan kesempatan setiap wanita yang ingin menyentuh hatimu. Wanita disekitarmu banyak yang melirikmu, namun kamu tak pernah mengetahui akan hak itu.” Balas Nita.

Sungguh…!!! Aku sungguh terperangah dibuat Nita. Ini bukan hal yang wajar menurutku. Selama ini tak ada wanita yang berani mengatakan kalimat itu terhadap ku. Tak bisa menyembunyikan, bahwa, memang selama ini aku sangat membanggakan sosok Nita. Tak ada alasan buatku untuk tidak mengaguminya. Hatiku LULUH dibuatnya.

Akhir-akhir ini memang perasaanku semakin hari semakin aneh, sepertinya aku jatuh cinta lagi. Aahhh…!!!! Bukannya aku sudah trauma dengan yang namanya “jatuh cinta” itu! Lalu mengapa aku tak bisa mengontrol perasaanku terhadap wanita, yang selama ini banyak menyakitiku? Kondisi ini yang kadang membawaku dalam bayang-bayang semu, suram, gelap gulita, bahkan sering menemukan tembok yang tinggi. Buntuh.

Aduuhh..!! tapi ini kan berbeda dengan wanita lainnya. Yaahh..!! wanita itu seakan menjadi sebuah “alat penerang” jalanku.

Dia wanita yang baik, cerdas, dan berpendirian yang tinggi.

Sekali tidak, pasti dia bilang tidak. Prinsipnya seperti itu.

Hal itu cukup membuatku bangga, terkagum, dan kadang memikirkannya dalam setiap aktifitasku.

Dapatkah aku memilikinya..??? hhmmm..,. sepertinya “hayalan tingkat tinggi.”

Eetttsss……!!! Biar Tuhan yang urus itu, semoga Tuhan mengerti dengan perasaanku pada wanita itu. Hahahaiii….!!!

Terkadang ku duduk seorang diri, dikesunyian malam, memandang indahnya langit ditaburi oleh bintang-bintang nan cantik dilangit sana. Malam itu, adalah kejadian yang langkah. Biasanya aku memandangi ciptaan Tuhan itu dengan membawa beberapa teman. Namun, saat itu aku ingin menyendiri, dan ingin memastikan besarnya bangga-ku terhadap Nita. Yang pasti, Nita tak pernah luput dari kesendirian itu. Pikiranku selalu terarah kepadanya.

“Nit, aku heran akhir-akhir ini..” pernyataanku dalam pesan singkat melalui Handphone.

“Heran..!!!”

“Mengapa kamu heran, Sandy?”

“Iya…, Aku juga heran dengan ke-heran-nan ku ini, Nit. Akhir-akhir ini aku selalu memikirkanmu. Aku tak memiliki argumentasi yang kuat untuk meruntuhkan “heranku” ini.

“Memikirkan dalam hal apa, San?”

“Banyak hal, termasuk tentang perasaanku ini. Jujur, selama ini  aku sangat membanggakanmu, mendambakanmu, juga ingin memilikimu, Nit.”

“Ahhh..!!! Kamu jangan ngawur, bukankah kamu masih menutup pintu hatimu, terhadap wanita?”

“Kamu sudah salah kaprah, Nit, semenjak kamu berpesan padaku melalui obrolan Facebook itu, kamu telah lulus menjadi wanita yang bisa menginspirasiku selama ini.”

Nita seketika terdiam, beberapa menit tak membalas pesan singkat dariku. Kemudian memalingkan bahan diskusi tentang hati itu, menjadi diskusi yang jauh tentang cinta. Sepertinya Nita tak mempercayai kata-kataku.

Aahhhhhh…!!! Mengapa aku berpikir terlalu jauh kesana. Mengharapkan sosok Nita menjadi milikku. Bukankah Nita sudah punya kekasih pujaan hatinya? San..sadar San.. bukankah diri ini hanya membanggakan Nita. Membanggakannya saja itu sudah lebih dari cukup, biar Tuhan yang atur segalanya. Pikirkku saat itu.

Melewati hati berdebar aku tak sanggup. Sungguh hati ini menjadi tenang, harum, seakan dibumbui oleh bunga Edelweis nan eloktis. Kunci hati, seakan sudah milik Nita. Karena hanya dia yang bisa membukanya. Kuntum-kuntum rindu, ingin jumpa dengannya, ingin berbincang dengannya, akan menambah inspirasi. Yahh..!! itu menurut hati dan pikiranku.

Segala aspek kehidupanku pun harus mengaitkan Nita. Bukan hal yang wajar, bukan pula terlalu berlebihan. Semoga Nita tetap menjadi Insipirasi antara Pikiran dan Hatiku.

Moh. Rifai M. Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun