Mohon tunggu...
ferry ferdiansyah
ferry ferdiansyah Mohon Tunggu... -

pengemar sepeda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aok dan Jus Kotak

21 September 2012   03:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesta demokrasi di Ibu Kota Jakarta telah berakhir. Ada sebuah kisah menarik, yang penulis ingin sampaikan dibalik meriahnya pesta demokrasi di kota yang menjadikan tugu monas sebagai ikon.

Untuk memeriahkan pesta ini, beragam latar belakang kandidat turut meramaikan, baik dari karier militer, birokrat, pengusaha, sampai mereka yang masih memiliki jabatan didaerahnya. Pada putaran pertama pilkada DKI tercatat ada enam kandidat, yakni Jokowi, Fauzi Bowo, Hidayat Nurwahid, Alex Nurdin, tak ketinggalan Faisal Basri dan Hendarji.

Terkait dengan pilkada ini, menulis mencoba berbagi cerita tentang seorang putra betawi asli yang biasa disapa Aok. Pria bertubuh tambun bernama asli Mahfud dikalangan sekitar warga kelurahan Gelora tepatnya di belakang pasar Palmerah, dikenal sebagai lelaki yang memiliki selera humor tinggi. Meski dirinya memiliki wajah yang sangar bagi mereka yang kali pertama melihatnya, sejujurnya Aok pangilan sehari-hari Mahfud, memiliki jiwa luhur dan sikap santun terhadap orang tua.

Seperti diberitakan, hasil hitung cepat beberapa lembaga menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki unggul dibanding pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara). Jokowi-Basuki meski hanya didukung dua parpol, yakni PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, terbukti mampu mematahkan pasangan Foke-Nara didukung banyak parpol, yakni Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan DPD I DKI Jakarta Partai Golkar, Partai Hanura, dan partai-partai non parlemen.

Hasil hitung cepat Litbang Kompas, Jokowi-Basuki unggul dengan total suara 53,26 persen dari jumlah suara sah. Adapun pasangan Foke-Nara mengantongi 46,74 persen dari suara sah. Sedangkan hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang disiarkan TV One, Jokowi-Basuki mendapat suara sebanyak 63,68 persen dan Foke-Nara sebanyak 46,32 persen.

Penulis menilai, kemenangan ini bukanlah kemenangan partai politik pendukung pasangan tersebut. Hasil kemenangan ini, sebagai kemenangan warga Jakarta yang mengiginkan perubahan agar kota tercinta menjadi lebih baik. Seperti yang diperjuangkan pria kelahiran Jakarta, 21 juni 1971, bersama tim relawan jus kotak selama pilkada DKI dimulai.

Cerita jus kotak, merupakan sebuah cerita simpatisan yang tak menginginkan dikenal, ataupun mendapat pujian. Ketidakpuasan Aok terhadap birokrasi di ibu kota menjadikan dirinya menelurkan sebuah ide untuk membangun simpatik ditengah-tengah warga kelurahan Gelora. Meski hanya dilingkup kelurahan Gelora, terbukti langkah putra dari pasangan Royani dan Salmeh ini mendapat simpatik yang begitu luas. Rasa simpatik ini, bukan hanya dari lingkungan setempat, tetapi dari berbagai wilayah baik yang sekedar menikmati jus gratis maupun sekdar dalam memberikan dukungan.

Pemberian jus secara cuma-cuma yang awalnya setiap rabu malam dan bagi mereka yang menggunakan kemeja kotak-kotak ini mulai merambah menjadi ajang kekuatan dalam memberikan dukungan terhadap pasangan yang berlogo Jakarta Baru.

Bisa kita bayangkan, berapa keuntungan yang didapat dari seorang penjual jus. Namun, ide iseng ini sekaligus mematahkan adanya isu politik uang terhadap simpatisan Jokowi. Kontribusi Aok untuk kemenangan Jokowi memang tidak besar, namun perjuangan tanpa pamrih ini, setidaknya menjadikan sebuah momentum bagi negeri ini. Tanpa kita sadari demokrasi di negeri ini sudah berjalan. Meski banyaknya tawaran terhadap Aok untuk bergabung dan menjadi bagian tim sukses kandidat lain, dengan iming-iming tertentu, tetap dirinya menolak.

Baginya, menjadikan Jakarta lebih baik merupakan modal utama untuk masa depan ibu kota tercinta ini. Dirinya yang bertempat tinggal sekaligus membuka usaha dibelakang Pasar Palmerah, sejak dari kecil meratapi penataan pasar yang tidak tersusun rapi, kemacetan bagaikan hiasan yang tak terpisahkan, semprautan pedagang bagaikan bintang dimalam hari.

Bentuk kekecewaan ini lah yang mendasari sebuah ide membagikan jus secara gratis, yang jika dihargai Rp 7000 pergelas, dalam meraih dukungan. Ide yang mungkin tidak dimiliki tim sukses lainnya. Sudah menjadi cerita umum, tim sukses cenderung meraih keuntungan dibalik pilkada maupun pesta demokrasi lainnya mengatas namakan rakyat pendukung. Namun, berbeda 180 derajat bagi Aok. Dirinya merasa sebuah kebahagian yang tak dapat terukir, begitu pasangan yang dijagokan dirinya meraih kemenangan, meski baru sekedar penghitungan cepat. Bisa kita bayangkan kerugian pun akan menyertai dirinya.

Kerugian bagi dirinya sudah dapat dipastikan, namun senyuman keceriaan terus terlegitimasi dalam dirinya. Sebuah rasa bangga bagi diri penulis, seorang Aok mampu menjadi inspirasi bagi tim sukses nantinya dalam upaya meraih dukungan. Kekuatan, kekuasaan, maupun materil yang besar, ternyata tak bisa mempengaruhi seorang Aok pedagang kecil dalam menentukan pilihannya. Apa lagi selama ini beredar isu SARA.

Apa yang Aok lakukan, menjadi sebuah pembelajaran bagi kita semua terutama kandidat lainnya yang ingin menjadi pemimpin dinegeri ini, kedekatan dan mengefektifkan komunikasi merupakan cara yang murah dalam meraih simpatik pemilih.

Selama pilkada berlangsung, terlihat bagaimana jago yang dicalonkan Mahfud ini meraih simpatik pemilih. Kesederhanaan, tampil apa adanya menjadi modal utama. Penulis patut mengaris bawahi dibalik kesangaran wajah Aok, ternyata dirinya tak berbeda jauh dengan apa yang dimiliki Jokowi, rasa santun terhadap orang tua menjadi bagian dari dirinya.

Aok selama ini yang dikenal dengan kemanjaan terhadap ibunya, ternyata mampu mengemparkan warga Gelora pada khususnya dengan gebrakan jus kotak-kotak. Dirinya tak memerlukan media untuk berkampanye, tak ada namanya rapat secara formil selama pilkada berlangsung, tak ada iming-iming dalam bentuk apapun, tak ada janji manis yang diucapkan. Aok hanya tampil apa adanya dalam meraih dukungan terhadap wali kota Solo.

Langkah yang ditempuh Aok dan Jokowi terbukti mampu mematahkan kekuatan besar selama pilkada berlangsung. Rasa bangga yang tak terhingga penulis apresiasikan terhadap Aok yang mampu menjadi panutan relawan dan simpatisan jus kotak, semoga apa yang Aok impikan bersama tim relawan dan simpatisan jus kotak, menjadikan Jakarta lebih baik dapat di wujudkan Jokowi dalam memimpin Jakarta lima tahun kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun