Belakangan ini penggunaan ChatGPT atau AI Text Based meningkat pesat dalam dunia pendidikan. Banyak siswa yang menggunakan ChatGPT dalam mengerjakan tugas dan proyek sekolah. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) pada bulan Agustus -- September 2023, Indonesia ternyata menempati posisi empat dalam pengguna ChatGPT terbanyak di dunia yang jumlah penggunanya ada di angkat 32%. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi AI sangat dibutuhkan dan diandalkan, khususnya oleh generasi muda
Siswa yang ketergantungan AI
ChatGPT mulai ramai digunakan oleh siswa sejak tahun 2023, awalnya ChatGPT hanya digunakan untuk mencari informasi-informasi yang sulit dicari menggunakan search engine biasa. Namun, penggunaannya mulai berkembang menjadi digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Banyak siswa yang mencari informasi di ChatGPT ketimbang mencari di buku paket atau mencari di artikel-artikel yang ada ketika mengerjakan tugas.
Mengerjakan tugas menggunakan AI
Kasus yang paling sering yaitu menggunakan ChatGPT untuk mengerjakan tugas sekolah. Ketika pertama kali ramai digunakan banyak siswa yang hanya menggunakan ChatGPT untuk pertanyaan yang sulit, untuk pertanyaan yang mudah mereka biasanya akan mencari di artikel atau buku paket yang mereka miliki. Namun, kini semakin banyak siswa yang mengandalkan ChatGPT bahkan untuk tugas-tugas sederhana, tanpa perlu mencari jawaban melalui sumber-sumber lain seperti buku teks atau literatur akademis.
Ketergantungan ini dapat mengurangi kualitas pembelajaran karena siswa hanya ingin jawaban instan tanpa peduli tentang pemahaman pelajaran yang mereka kerjakan. Padahal, tugas-tugas yang diberikan untuk melatih berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah secara mandiri. Bahkan sekarang siswa tidak malu ketika mengerjakan tugas tanpa memahami apa yang mereka kerjakan. Ini merupakan hal yang memprihatinkan karena seharusnya siswa yang terbiasa berpikir dan menulis apa yang mereka pikirkan menjadi lebih malas.
Selain mengerjakan tugas siswa juga menggunakan AI untuk presentasi tugas. Mereka menggunakan AI untuk membuat semua materi presentasi sehingga siswa hanya perlu memasukkannya ke dalam Power Point atau Canva. Setelah mereka presentasi, dalam sesi tanya jawab siswa juga menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh audiens. Parahnya lagi siswa yang presentasi hanya membaca hasil yang diberikan ChatGPT tanpa mengolahnya menjadi kata yang mudah dipahami. Siswa lain yang mendengar sudah pasti tahu kalau jawaban tersebut dihasilkan oleh AI, namun mereka tidak peduli karena bertanya hanya untuk mendapatkan nilai.
Guru tidak peduli dengan siswa yang menggunakan ChatGPT
Di tengah maraknya penggunaan AI, guru-guru seringkali tidak peduli tentang siswanya yang menggunakan AI ketika mengerjakan tugas yang diberikan. Tidak sedikit guru pasti sudah tahu bahwa siswanya menggunakan ChatGPT atau AI text based lainnya untuk mengerjakan tugas dengan instan.
Siswa yang dibiarkan akan membentuk kebiasaan untuk selalu mencari jawaban dengan instan tanpa perlu berpikir apa yang mereka kerjakan. Siswa-siswa Indonesia yang memiliki literasi rendah menjadi lebih buruk karena adanya AI ini.
Ketidakpedulian ini mungkin disebabkan karena beberapa hal, yaitu guru yang kurang paham mengenai teknologi AI dan dampaknya bagi siswa. Beberapa guru mungkin kesulitan mengikuti perkembangan teknologi yang ada sehingga tidak tahu dampak buruk bagi siswanya, karena hal ini pula beberapa guru memilih untuk diam dan tidak memberi arahan untuk siswanya.
Dampak siswa yang ketergantungan AI dalam pembelajaran
Siswa yang ketergantungan AI ini dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk. Salah satunya yaitu menurunnya kemampuan siswa untuk membaca dan meniliti suatu hal. Kemampuan mengingat dan memori juga berkurang karena model pembelajaran yang sekarang mengharuskan siswa untuk lebih banyak berbicara.
Hal yang tidak kalah penting adalah menurunnya motivasi siswa untuk belajar dan memahami suatu hal. Mudahnya akses untuk mendapatkan jawaban dengan cepat, siswa menjadi terbiasa untuk tidak memahami pelajaran. Hal ini pula menyebabkan banyak siswa yang sering menunda-nunda mengerjakan tugas karena dirasa sangat mudah dengan bantuan AI. Siswa menjadi tidak khawatir lagi jika tenggat pengumpulan sudah dekat karena dapat mengerjakan tugas dengan cepat.
Peran guru untuk mengatasi ketergantungan
Peran guru disini sangat penting untuk mengarahkan siswa agar tidak bergantung pada AI. Guru seharusnya memberi batasan kepada siswa dalam penggunaan ChatGPT agar kemampuan siswa untuk membaca dan memahami suatu bacaan tidak menurun. Guru sekali-sekali bisa menyuruh siswa untuk tidak menggunakan perangkat digitalnya dan hanya mencari jawaban menggunakan buku paket yang sudah dimiliki siswa.
Penggunaan AI yang baik juga bisa diajarkan agar siswa tidak terlalu ketergantungan, ChatGPT bisa dijadikan bahan referensi untuk mencari informasi, atau juga bisa digunakan untuk memberikan pendapat. Siswa tidak akan menerima dampak buruk penggunaan AI, justru akan memiliki dampak baik penggunaan teknologi terbaru ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H