Indonesia dikenal dengan keragaman budaya yang kaya, salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah Sedekah Laut, sebuah tradisi yang dilakukan oleh komunitas nelayan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil laut yang diperoleh. Di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Suro pada hari Rabu Pon, dengan tujuan agar budaya leluhur tetap lestari dan sebagai bentuk permohonan keselamatan serta keberkahan dalam aktivitas melaut.
Sedekah Laut di Desa Sidorejo ini merupakan ritual tahunan yang mencerminkan rasa syukur masyarakat nelayan kepada Allah SWT atas rezeki hasil laut yang melimpah. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai upacara adat, tetapi juga mengandung nilai-nilai aqidah dan sosial yang penting.Â
Integrasi tradisi ini ke dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dapat menjadi media efektif untuk mengenalkan budaya lokal kepada siswa, menumbuhkan rasa cinta tanah air, serta memperkaya wawasan mereka tentang kearifan lokal. Melalui pembelajaran berbasis budaya ini, siswa diharapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Sedekah Laut, sehigga mereka bisa ikut serta dalam pelestariannya di masa depan.
Rangkaian Acara Dalam Sedekah Laut Â
1. Persiapan Sesaji dan Peralatan
Para nelayan biasanya mempersiapkan kebutuhan untuk ritual dengan cermat dan terencana. Persiapan dimulai jauh hari sebelum acara berlangsung, termasuk menghias perahu dengan berbagai buah-buahan dan jajanan tradisional, serta menyiapkan sesaji yang akan dilarung ke laut. Sesaji tersebut biasanya terdiri dari hasil bumi seperti padi, ketupat, buah-buahan, sayur-mayur, umbi-umbian, serta kepala kerbau atau kambing sebagai simbol penghilangan sifat buruk seperti kemalasan dan kebodohan.
2. Kirab Sesaji
Sesaji yang telah disiapkan kemudian diarak menuju lokasi pelarungan. Arak-arakan ini biasanya diiringi dengan berbagai kesenian tradisional, seperti pertunjukan wayang, tarian tradisional, dan hiburan rakyat lainnya, yang menambah kemeriahan suasana.
3. Doa Bersama dan Pengajian
Sebelum prosesi pelarungan, masyarakat mengadakan doa bersama dan pengajian (Malam Midodareni) sebagai wujud permohonan keselamatan dan keberkahan dalam aktivitas melaut. Kegiatan ini mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal dengan nilai-nilai keagamaan.