Mendidik Anak: Tugas Orang tua atau Guru?
Â
(M.Ali Shodiqin & Rifqi Nazahah Noor)
Â
Pendidikan merupakan hal yang paling utama dalam kemajuan sebuah negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya berita yang dilansir dari situs I Can Education Consultant yaitu  Human Development Index PBB tahun 2008 menyatakan bahwa Selandia Baru , Denmark, Finlandia, dan Australia menempati peringkat tertinggi. salah satu kunci suksesnya karena di negara-negara tersebut terdapat pendidikan wajib yang diberikan secara gratis untuk anak usia 6-16 tahun.Â
Di kalangan masyarakat, tidak sedikit orang tua yang menganggap bahwa ketika anak sudah masuk sekolah, maka yang paling bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah guru. Orang tua hanya menegtahui bahwa anak mereka telah mendapatkan pembelajaran yang baik di sekolah. Orang tua juga hanya akan mempedulikan saat anaknya berprestasi dan mendapat nilai yang bagus di kelas. Mereka tentu akan membangga-banggakan anaknya yang berprestasi di kelas. Akan tetapi ketika anaknya bermasalah dan dianggap nakal, siapa yang paling disalahkan? Mayoritas orang tua akan menuntut dan menyalahkan gurunya.
Dewasa ini, orang tua telah disadarkan akan sulitnya mendidik anak. Selama pandemi covid-19, orang tua dituntut untuk membimbing tugas anak di sekolah. Memang inilah kenyataan yang perlu disadari oleh setiap masyarakat. Betapa berat beban seorang guru untuk mendidik anak tanpa ada dukungan yang baik dari pihak orang tua. Pada dasarnya, pendidikan merupakan tugas orang tua. John Locke mengemukakan, keluarga merupakan tempat pertama dimana individu mulai belajar.Â
Melalui konsep "tabula rasa", John Locke menjelaskan, seorang anak diibaratkan kertas yang masih kosong yang harus diisi oleh orang tua. Orang tua bisa melakukan pengasuhan dan pengawasan untuk membentuk kepribadian sang anak (Syahraeni, 2015). Orang tua memberikan peran yang cukup besar ketika anak memasuki usia 3-5 tahun. Pada dasarnya anak itu lemah dalam memahami dirinya, maka orang tualah yang memelihara dan menguatkan anak baik dalam karakter, spiritual maupun pendidikan anak. (Syahraeni, 2015).
Kontribusi orang tua dalam pendidikan anaknya merupakan komponen yang sangat fundamental terhadap kesuksesan belajar anak. Namun tidak sedikit orang tua yang sadar akan pentingnya posisi mereka dalam dunia pendidikan anak. Orang tua yang kurang perhatian terhadap pendidikan anaknya disebabkan banyak faktor, seperti terlalu sibuk dengan urusanya sendiri, tidak paham cara mendidik anak dan masih banyak lagi (Fane & Sugito, 2019). Padahal orang tua menjadi tali pengendali yang utama ketika anak memainkan peran nantinya.Â
Orang tua yang paham akan pengasuhan anak, pasti akan memperhatikan pendidikan anaknya (Syahraeni, 2015). Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab orang tua terhadap anaknya menurut Fane & Sugito (2019) adalah sebagai berikut: (1) memelihara dan membesarkannya; (2) melindungi dan menjamin kesehatannya; (3) mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan; (4) menuntun akan akan kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.
Selain orang tua, yang menjadi komponen proses belajar anak adalah seorang guru. Anak membutuhkan seorang pengajar yang paham akan kepribadian anak. Dunia pendidikan anak yang dipimpin oleh guru, menyebabkan peran guru juga tidak kalah penting. Sehingga perilaku guru dalam proses pendidikan sangat berpengaruh terhadap suksesnya belajar anak (Fane & Sugito, 2019).
Pada hakikatnya orang tua dan guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan anak, yaitu mendidik, membina, membimbing, serta memimpin anak-anaknya untuk memperoleh kebahagiaan hidupnya. Demi terwujudnya harapan tersebut, diperlukan kerja sama yang apik antara orang tua dan guru. Ketika kerja sama antara orang tua dan guru kurang maka pendidikan anak sulit untuk berjalan dengan baik, bahkan merusak kepribadian anak. Nazarudin (2018) mengatakan bahwa kerja sama antara guru dan orang tua akan mendorong siswa agar senantiasa menunaikan tugasnya sebagai seorang pelajar, yaitu belajar dengan semangat dan tekun.
Bentuk kerja sama orang tua dan lembaga pendidikan bisa dilakukan melalui beberapa hal, seperti parenting, komunikasi, volunteer, kontribusi orang tua ketika pembelajaran anak di rumah, kolaborasi dengan kelompok masyarakat serta pengambilan keputusan. Kerja sama ini perlu dilakukan keduanya, agar orang tua mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, guru juga dapat memperoleh informasi dari orang tua mengenai kehidupan dan karakter siswanya. Jalinan kerja sama guru dan orang tua inilah diharapkan dapat mampu mencapai kesuksesan anak dalam pendidikannya (Nazarudin, 2018). Oleh karena itu, orang tua dan guru harus mampu berjalan beriringan untuk mensukseskan anak.
Referensi:
Fane, A., & Sugito, S. (2019). Pengaruh keterlibatan orang tua, perilaku guru, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 6(1), 53–61. https://doi.org/10.21831/jrpm.v6i1.15246
Nazarudin, M. (2018). Pola Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN 2 Kota Palembang. Intizar, 24(2), 9–16. https://doi.org/10.19109/intizar.v24i2.3259
Syahraeni, A. (2015). Tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 2(1), 27–45.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H