Mohon tunggu...
05 Beatrik Yohanna
05 Beatrik Yohanna Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Belajar filsafat, melukis, mendengar musik. Masih sma

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penghuni Rumah

21 November 2024   19:51 Diperbarui: 21 November 2024   20:33 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Evelyn, aku hanyalah gadis biasa yang duduk di bangku SMA, jujur aku sama sekali tidak memiliki kekuatan spiritual apapun seperti paranormal yang selalu mencari hal-hal mistis di hutan belantara, aku lebih tersanjung terhadap hal-hal yang berbau seni dan psikologi. 

Aku melihat apapun menggunakan akal sehat ku dan bahkan aku tidak percaya dengan perkataan orang-orang di sekolah ku mengenai hal mistis. Dan aku memiliki seribu pertanyaan yang selalu mengganjal di pikiranku. Apa yang membuat orang mempercayai hal mistis? Apakah itu benar-benar ada? Atau apakah semua ini hanyalah ilusi dan manipulasi yang dilakukan manusia agar manusia lain percaya dan ketakutan lalu mencari Tuhan? 

"Hah... sungguh membingungkan bukan?" Tanya diriku

Sepulang sekolah aku membanting diriku ke kasur disaat-saat ibuku sedang memasak didapur dan membuatkan makanan yang kusuka, kucing kecil ku mengeong padaku dan mengendus tanganku dengan penasaran. Aku tersenyum dan mengelus kucingku. Dari dapur Ibuku berteriak memanggilku "Nak, ayo makan, ibu sudah memasak makanan kesukaanmu" Aku bangun dan berlari ke arah dapur untuk makan. 

Aroma makanan tersebut sangat enak, mereka menari didalam hidungku, membuat ku lapar, dengan segera Aku menghabiskan makanan ku dengan cepat, hingga seribu piring yang ada di depan ku lenyap, setelah itu aku pergi ke kamar ku dan bermain ponsel ku, namun mataku terasa berat hingga akhirnya aku tertidur, meskipun masih banyak pertanyaan yang mengganggu ku aku membiarkan nya lenyap begitu saja. 

Hingga akhirnya aku terbangun, namun aku sangat kaget melihat sekeliling ruangan dan aku sadar aku terbangun di sebuah rumah tua yang yang bahkan tidak ku kenal, rumah itu tampak gelap dan kumuh. 

Aku berjalan menelusuri tiap sisi rumah ini, berusaha memanggil ibuku dan kucingku tapi aku tidak ada yang menanggapi dan aku juga tidak bisa menemukan jalan keluar hingga aku bertemu dengan seorang pria di sebuah ruangan yang kotor, wajahnya tampak pucat dan aku berusaha berbicara dengan pria itu, namun pria tersebut menggunakan bahasa asing yang tidak ku ketahui. 

Aku segera keluar dari ruangan tersebut dan terus melewati setiap ruangan hingga aku terjebak di sebuah lorong yang panjang dan berlumuran darah, disaat aku terus berjalan menelusuri lorong tersebut seketika aku mendengar suara langkah kaki dan bayangan yang cukup besar, tanpa pikir panjang aku berlari dan bersembunyi sambil membawa sebuah kayu untuk berjaga-jaga, aku terus bersembunyi tapi aku terkaget aku melihat sosok makhluk yang merangkak namun sesosok itu melihat ku dan merangkak ke arahku, matanya yang berdarah aku pun memukul makhluk itu menggunakan kayu tapi dia tampak ketakutan, aku merasa bingung dan mencoba mendekati makhluk tersebut dan dia namun dia malah tersenyum padaku. 

"Hei kenapa kau tersenyum padaku seperti itu, bukankah kau ingin melukai ku?" Tanya diriku pada makhluk tersebut. 

Namun makhluk tersebut mencoba berkomunikasi dengan tapi sayangnya aku tidak mengerti perkataannya. Sebenarnya semua ini tidak masuk akal, bagaimana semua ini bisa terjadi? Apakah Aku terlalu meremehkan mereka? Atau ini hanyalah balasan dari Tuhan? 

Aku melihat makhluk itu, dan dia terus tersenyum padaku, Aku berusaha menyentuhnya dan dia tersenyum sambil memeluk ku. Aku terkejut, bukankah orang-orang selalu mengatakan bahwa mahkluk seperti mereka itu jahat dan akan membunuh kita? Namun Aku memendam pertanyaan itu dan mengetahui bahwa tidak semua yang dikatakan manusia biasa itu selalu benar. 

Makhluk itu pun berusaha menarik ku dan memandu ku seakan dia ingin membawa ku keluar dari rumah ini, dan aku hanya mengikuti makhluk tersebut, anehnya makhluk ini selalu tersenyum dan ku beri nama dia Mr. Smiley. namun seketika ada sesosok makhluk lain yang berdiri di depan sebuah pintu, makhluk itu berbalik dan melihat ku, sosoknya yang berlumuran darah dan memegang sebuah kapak. 

Aku dengan kaget berlari dari makhluk itu namun ia malah mengejar ku dan mencoba menangkap ku, hingga akhirnya aku berhasil lolos. Seketika Mr. Smiley datang entah darimana, dia merangkak ke arah ku. Jujur sikap Mr. Smiley lebih baik dibandingkan makhluk lain yang ku temui disini, dia tidak berusaha menakut-nakuti ku atau mengejarku. 

Mr. Smiley tetap memandu ku, tapi kali ini setiap kami bertemu dengan makhluk lain, ia berusaha melindungi ku dari mereka hingga membuatku berpikir "apakah dia menyukai ku?" 

Kami terus berjalan untuk mencari jalan keluar, jujur untuk anak yang masih dalam bangku sma ini adalah hal yang tidak biasa untukku dan mungkin tidak biasa juga untuk orang dewasa. Aku terus memperhatikan Mr. Smiley, meskipun tampangnya lebih menyeramkan ketimbang makhluk lain, nyatanya berbeda dengan sikapnya yang baik. Dia tetap memandu ku pulang, hingga kami menemukan sebuah pintu keluar dari rumah ini.

 Aku berjalan ke arah pintu itu namun Mr. Smiley memegang tanganku seakan ia tak ingin aku pergi, sebenarnya aku juga tak ingin meninggalkan nya jadi aku berpikir untuk membawanya ke dunia ku, Mr. Smiley tersenyum lebar dan mengangguk dengan gembira, aku memegang tangannya dengan erat dan membuka pintu itu dan berjalan masuk. Hingga aku pulang kembali ke dunia ku bersama Mr. Smiley

Aku belajar dari semua ini, pertanyaan yang berada di pikiran ku terjawab semua. Bukan Tuhanlah yang membuat kita merasa takut dengan kekurangan orang lain, malahan kita yang terlalu berpikir berlebihan hingga merugikan orang lain. Terkadang iblis tidak sehitam yang kita bayangkan dan manusia tidak sesempurna yang kita pikirkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun