Berbicara tentang mahasiswa, pasti yang ada di benak kita adalah sekumpulan pemuda-pemudi dengan semangat yang membara yang bukan hanya berperan sebagai sekadar penuntut ilmu dari berbagai dosen dan pakar di kampus, tetapi juga pengamal ilmu yang telah mereka timba dengan berbagai cara yang bermanfaat sehingga bisa diaplikasikan tidak hanya bagi diri sendiri dan keluarga, tetapi juga masyarakat sekitar, bangsa, dan bahkan negara. Untuk itulah program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktimu Negeri diadakan.Â
Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan juga merupakan wadah bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menggali mengembangkan potensi diri sembari terjun ke masyarakat sehingga melalui kegiatan PMM ini, mahasiswa dapat memberi kontribusi kepada masyarakat sesuai bidangnya. Kegiatan PMM kali ini dilaksanakan oleh Kelompok 36 Gelombang 1 dengan koordinator Syahlaa Aqiila Najich dan beranggotakan empat orang yakni Amelia Putri Vionillah, Firstania Nazwa Assyifa, Muhammad Akbarrul Rahmadhani Seger Danuarto, dan Muhammad Akmal Ramadhan.
Belakangan ini banyak terjadi praktek pergaulan dan seks bebas oleh remaja yang berujung pada meningkatnya angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) dan seperti yang kita ketahui, bahwa perilaku seks bebas pada remaja disebabkan oleh banyak faktor terutama perkembangan IPTEK, globalisasi, dan westernisasi. Ironisnya, banyak remaja Indonesia kurang mampu untuk memfilter budaya asing ditambah lagi dengan kondisi mereka yang sangat labil dalam bertindak dan bersikap.Â
Maka dari itu pendidikan dan edukasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di sekolah belum bisa dikatakan cukup tanpa disertai bimbingan psikologis dan spiritual karena inti masalahnya selain terjadi secara biologis juga secara psiko-sosio-spiritual. Dengan diadakannya PMM ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kesadaran remaja tentang seks bebas dari perspektif psikologi dan spiritual bertambah bagus, sehingga kedepannya dapat meminimalisir kejadian seks bebas sekaligus Penyakit Menular Seksual (PMS) di Jawa Timur dan bahkan di seluruh Indonesia.
Kegiatan PMM ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2023 dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Hardianto Wibowo, S.Kom, M.T. Target dari kegiatan PMM ini yaitu siswa-siswi kelas 11 SMAN 1 Sampang. Kegiatan PMM ini dilakukan di SMAN 1 Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur
Pembukaan PMM dilaksanakan mulai pukul 8 pagi di ruang multimedia SMAN 1 Sampang oleh moderator diikuti dengan sambutan dari kepala sekolah SMAN 1 Sampang dan dari koordinator Kelompok 36 Gelombang 1 PMM Bhaktimu Negeri UMM. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan judul "PLEXUS: Psychological and Spiritual Lecture about Sex Education to Prevent Sexual Transmitted Diseases (STD)" oleh dr. Myra Edwina Sukamto, Sp.KJ kepada siswa-siswi SMAN 1 Sampang yang diikuti dengan FGD (Focus Group Discussion) agar pemikiran siswa-siswi sebagai audiens menjadi terstimulasi.Â
Penyampaian materi dan FGD dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, penyerahan sertifikat pemateri dan moderator oleh koordinator, ice breaking berhadiah, dan diakhiri penyerahan cinderamata berupa plakat, produk PMM, dan buket bunga kepada pihak sekolah serta foto bersama.
Setelah sesi istirahat dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan judul "Kesehatan Jiwa di Lingkungan Kerja" oleh dr. Myra Edwina Sukamto, Sp.KJ kepada ibu-ibu DWP (Dharma Wanita Persatuan) SMAN 1 Sampang yang diikuti dengan sesi tanya jawab berhadiah dan diakhiri penyerahan cinderamata berupa plakat dan buket bunga kepada DWP SMAN 1 Sampang serta foto bersama.
Mengingat kegiatan PMM yang dilakukan memiliki 2 audiens yaitu siswa-siswi dan ibu-ibu DWP, ada 2 pelajaran berharga yang dapat kita petik. Yang pertama adalah kita sebagai generasi muda Indonesia sudah semestinya berusaha menjadi khalifah di muka bumi yang baik dan amanah dengan salah satunya menjaga pergaulan dengan lawan jenis agar keberlangsungan keturunan kita terjaga dengan berkah dan penuh kesucian. Yang kedua adalah kita sebagai manusia diibaratkan sebagai kompor dan kehidupan kita sebagai kuali.Â
Ketika ada suatu masalah dalam kehidupan, kuali itu pun terisi dengan air, maka dari itu wajar saja kita menghadapi masalah/stress tersebut dengan memantik kompor. Lama kelamaan air yang ada di kuali tersebut akan mendidih. Berkonsultasi kepada psikiater pun hanya layaknya menambah es ke dalam kuali agar tidak mendidih, akan tetapi karena kompor terus menyala, akankah air tersebut berubah menjadi dingin?Â
Tentu tidak bisa karena kompor pada diri kita masih terus menyala, sehingga bagaimana cara kita mengubah air tersebut menjadi dingin? Tentu dengan mematikan kompor tersebut, karena kunci utama menghadapi stress dalam diri kita hanyalah kita sendiri. Bagaimana kita bisa menerima suatu masalah/stres tersebut dengan besar hati? Di Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 155 sudah dijelaskan bahwa setiap manusia akan diberi cobaan dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Segala cobaan tersebutlah yang dapat menaikkan derajat ketaqwaan manusia kepada Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H