Mohon tunggu...
Gian Nurpasa
Gian Nurpasa Mohon Tunggu... Guru - Hanya Guru Seni Budaya

FAKIR ILMU LUAR DALAM

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ekspresi Concoracao

13 Desember 2022   11:01 Diperbarui: 13 Desember 2022   11:05 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keroncong merupakan salah -- satu jenis  musik hasil dari alkulturasi antara musik Indonesia dan Portugis. Bronia Kornhauser dalam makalahnya  in defense of keroncong memulai uraiannya dengan pertanyaan keroncong -- "Adegenerate of hybrid ?," dan dengan demikian dia menuju pada kenyataan bahwa keroncong merupakan suatu contoh terbaik, dimana berbagai sumber budaya dapat dilebur menjadi suatu identitas tersendiri (Mack,2007,hlm.580). Sejarah musik keroncong memiliki keterkaitan dengan budaya Portugis. 

Di daerah Jakarta (waktu itu masih namanya Batavia) orang Portugis punya semacam cabang dengan populasi yang sangat beraneka ragam secara etnis. Kornhauser menyebutkannya merticos (campuran Portugis -- Indonesia, Kristen) serta mardjikers (Kebanyakan orang budak belian dari Afrika, India, dan Malaya yang telah dibebaskan serta pindah ke agama Kristen) (Mack, 2007,hlm.581). 

Hasil dari peleburan atau alkulturasi tersebut menghasilkan karakteristik gaya keroncong yang khas yaitu keroncong Tugu. Bentuk permainan  keroncong Tugu memiliki sebutan atau istilah -- istilah yang bersumber dari  Portugis salah -- satunya adalah concorao. Di dalam keroncong tugu bentuk ekspresi concorao lebih menekankan kepada ekspresi pembawaan vokal keroncong Tugu dengan tiga aspek penting yaitu Knowledge (Penguasaan wawasan), Ethics (penguasaan diri), dan attitude ( Penguasaan panggung).

Saya memiliki opini bahwa Ketiga aspek yang menjadi landasan dari ekspresi concorao dapat  pula digunakan pada pembawaan gaya vokal keroncong lainnya salah, satunya adalah pembawaan gaya vokal Surakarta pada lagu pakem keroncong asli. Sehingga secara khusus dapat dijadikan sebagai pembuka wawasan serta meningkatkan penampilan vokal keroncong saat menyajikan bentuk  pakem keroncong asli. Dan secara umum ekspresi concorao tersebut dapat diaplikasikan pada bidang seni lainnya.

Latar Belakang Ekspresi Concorao

Keroncong Tugu merupakan salah -- satu jenis musik keroncong yang memiliki keterikatan dengan penyebaran musik keroncong di Indonesia, letak dari basis jenis musik tersebut berada di daerah Tugu Jakarta Utara. Bentuk proses alkulturasi antara bentuk musik Indonesia dan Portugis sangat kental terasa pada jenis keroncong Tugu ini, baik dari segi permainan musiknya maupun bentuk repertoar lagu yang dibawakan. 

Terjadinya proses musik keroncong Tugu dapat ditemui berdasarkan sejarah  awal musik keroncong jenis ini. Dimulai dari datangnya bangsa portugis di Indonesia mereka membawa serta bentuk musik mereka bernama fado yaitu musik Portugis yang berasal dari Afrika Barat dengan meniti beratkan pada permainan improvisasi dan nuansa sair yang puitis. Pada abad  ke - 18 Belanda berhasil merebut tampuk kekuasaan Indonesia dari tangan Portugis sehingga sisa --sisa dari bangsa Portugis diasingkan pada suatu wilayah di daerah Cilincing Jakarta Utara  tepatnya di desa Tugu. Di tempat tersebut baik yang memiliki darah Portugis murni maupun campuran (mesticos dan madjikers) saling membaur satu sama lain lalu mereka membuat bentuk musik yang berasal  dari pengaruh  nenek moyangnya, bentuk musik yang tercipta dari mereka menjadi pondasi awal dari musik keroncong.(Ganap,2010,hlm.8).

Ke -- Portugisan dari orang -- orang mardika Tugu sangat kuat, didemonstrasikan dengan musik mereka yang sampai sekarang masih ada. Saat ini Tugu masih dihuni oleh keturunan orang -- orang  asli  mardyikers. Pembicaraan yang dibanggakan adalah musik tradisional keroncong. Mereka mempertunjukan musik keroncong di waktu malam secara beramai -- ramai di depan rumah dengan memasang tenda, dan hampir setiap kegiatan sosial selalu dirayakan dengan pertunjukan musik keroncong. Lagu -- lagunya antara lain : Kafrinyo kucing hitam, yan kagaleti dan lain -- lain (Harmunah,1996,hlm.8). Namun tidak semua yang menepati daerah Tugu merupakan keturunan asli dari bangsa Portugis, tetapi telah bercampur dengan bangsa Indonesia.  Apa yang nampak di Tugu tidak dapat dikatakan keturunan campuran eropa Portugis, tetapi sebagian besar mereka bernenek moyang budak -- budak dari Portugis sesudah tuan -- tuan mereka tersingkir oleh koloniallis belanda (Harmunah ,1996,hlm.8).Pada akhirnya komunitas dari masyarakat Tugu baik yang memiliki darah asli Portugis dan campuran, membuat suatu komunitas demi melestarikan bentuk musik keroncong Tugu.

Dalam melakukan berbagai aktivitas berkeroncong, keroncong Tugu selalu memegang teguh istilah yang menjadi ciri khas dalam  memainkan repertoar keroncong Tugu yaitu istilah concorao. Concorao merupakan salah -- satu  istilah ekspresi yang terdapat pada musik Portugis. Arti dari concorao sendiri adalah dari lubuk hati (Ganap, 2010,hlm.255) hal ini mengungkapkan bahwa vokal memiliki peranan penting dalam membawakan sebuah pertunjukan keroncong.

Posisi kunci dalam musik keroncong tetap berada di tangan vokalis melalui apa yang disebut sebagai ekspresi concorao yang sejak berabad -- abad diisyaratkan dalam menyanyikan fado (Portugis) (Ganap, 2006, hlm.6). Bentuk ekspresi seyogyanya tidak hanya mengacu kepada hal -- hal yang bersifat teknik, namun lebih mengendepankan kepada penjiwaan vokalnya maka dari itu  unsur utama pada ekspresi concorao adalah penyampaian makna atau pesan yang tersirat dalam sebuah lagu.(Sartje dalam pinta,2013).didalam ekspresi concorao,  terdapat tiga aspek pembentuk yang menjadi poin penting dalam pembawaan menyanyi keroncong berkaitan dengan concorao, yakni etika, attitude dan knowledge.Tiga hal utama tersebut dapat diwujudkan dengan penguasaan lagu, penguasaan diri, dan penguasaan panggung .(Sartje dalam pinta,2013,hlm.10). Maka dari itu bentuk ekspresi concorao keroncong tugu  dapat diaplikasikan pada Pembawaan vokal pakem keroncong asli merujuk pada ketiga aspek ekspresi concorao.       

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun