Mohon tunggu...
Raflyanto Akbar Syahputro
Raflyanto Akbar Syahputro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

@akbaraafly

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Sumadi, Warga Kota Batu Pembuat Layang-Layang Hias Kreatif

20 Juli 2022   12:23 Diperbarui: 20 Juli 2022   12:24 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Sumardi menekuni bisnis layang-layang sejak 1985. Awalnya ia hanya membuat layang-layang biasa yang kerap dimainkan anak-anak pada umumnya. Namun lima tahun berikutnya, Sumardi menjadi seniman layang-layang hias yang sangat terampil. Dia bisa membuat layang-layang naga sepanjang 150 meter. Bahannya bisa dari kertas, plastik, hingga kain.

Sumardi sudah sering membuat layang layang hias serupa. Keahliannya itu pun dia dapat secara otodidak. Diawali tahun 1985, saat dia berusia 33 tahun, Sumardi kembali menekuni hobi masa kecilnya membuat layang-layang sederhana. Hasilnya dijual ke para tetangga. Rutinitas harian itu berlangsung selama lima tahun.

Pada 1990, bapak tujuh anak itu mencoba membuat layang-layang hias. Pilihan pertamanya adalah sowangan. Bentuknya masih seperti layang-layang pada umumnya, namun ukurannya jauh lebih besar dan memiki corak warna beragam. "Kemudian saya melihat tayangan di televisi tentang layang-layang naga. Saya pun mencoba membuat kepala naganya dulu," ucap Sumardi.

Kala itu Sumardi benar-benar sebatas mencoba. Sebab, dia belum pernah membuat kepala naga untuk layang-layang hias. Juga tidak ada model atau pun sketsa. Sumardi hanya menerka-nerka bagaimana sebaiknya rautan-rautan pada bambu bisa seimbang dan ringan ketika nantinya berbentuk layanglayang kepala naga. "Alhamdulillah berhasil. Pertama potongan bambunya memang besar-besar. Lalu perlahan saya seimbangkan. Akhirnya ketemu ukuran yang pas," ucapnya.

Untuk membuat kepala naga berdiameter 35 cm, Sumardi membutuhkan bambu ukuran 3 mm hingga 3 cm. Kepala naga sebesar itu biasanya dihubungkan dengan 100 layang-layang biasa hingga membentuk tubuh dan ekor naga yang panjangnya 70 meter. Jarak ronce antar layang-layang yang menjadi tubuh dan ekor sekitar 70 cm. Selama ini, rekor panjang layang-layang naga yang dibuat Mardi mencapai 150 meter. Kepala naganya memiliki diameter 40 cm, tubuh dan ekornya tetap terdiri dari 100 layanglayang. Jarak ronce tiap keping layang-layang juga lebih panjang, yakni 150 cm.

Proses pembuatan layanglayang naga memakan waktu cukup lama. Tiga sampai empat minggu. Hampir semua layanglayang hias yang dia buat dijual ke para pembeli. "Sebelum layang-layang sampai ke pembeli, saya mencobanya lebih dulu sampai benar-benar imbang. Uji coba itu sekaligus makin merapatkan tali pada roncean tubuh layang-layang," ucapnya.

Uji coba layang-layang itu juga tidak mudah lantaran membutuhkan banyak orang. Biasanya Sumardi membawa anak dan cucu-cucunya. Minimal harus ada 5 orang dewasa untuk menerbangkan layanglayang tersebut. Kalau terbangnya tidak seimbang, Sumardi akan meraut lagi sebagian bambu pada layang-layang itu sampai bisa terbang dengan sempurna. Lokasi uji coba yang paling mendukung saat tes keseimbangan adalah lapangan luas.

Selama bertahun-tahun, pasar layang-layang hias produksi kakek 70 tahun itu lebih banyak di area Malang Raya. Namun sejak tiga tahun lalu sudah mulai bisa menembus wilayah di luar Jawa Timur. Itu setelah salah seorang anak Sumardi mencoba memasarkan layang-layang hias melalui media sosial.

"Anak saya memasarkan layangan hias melalui grup-grup pecinta layangan se-Indonesia. Sehingga penghobi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat banyak yang mengetahui produk saya," ujarnya. Sampai saat ini, penjualan terjauh masih di seputaran Tangerang, Banten.
Untuk penjualan ke luar Pulau Jawa hingga luar negeri masih terkendala pengiriman. Para pembeli biasanya membatalkan pesanan saat tahu ongkos kirim terlalu tinggi. Sebab pengiriman layangan hias memakan ruang yang cukup besar.

Kalau untuk konsumen lokal, Sumardi mengaku tidak ada masalah dalam pengiriman. Bahkan tak ada teknis khusus dalam pengemasan. Kepala naga hanya dibungkus dengan kain. Untuk kepingan ekornya dibuatkan tas khusus mengikuti bentuknya."Alhamdulillah selama ini tidak ada masalah dalam pengiriman. Tidak pernah ada barang yang rusak ketika sampai di tangan pembeli," tegasnya.

Untuk hasil karyanya itu, Mardi mematok harga Rp 80 ribu hingga Rp 7,5 juta. Harga tersebut bisa bertambah mengikuti bahan, lebar, hingga panjang layangan hias. Khusus layangan yang seluruhnya menggunakan bahan kain, harganya bisa mencapai Rp 7,5 juta. Sedangkan yang memakai plastik dipatok Rp 3,5 juta.

"Tapi rata-rata pemesan menghendaki penggunaan bahan plastik. Selain lebih murah juga lebih gampang terbang. Kalau layangan yang full kain rata-rata untuk lomba di pantai. Jadi pemesanan tidak begitu banyak," tutupnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun