Mohon tunggu...
Atep Fauzi
Atep Fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ketimpangan Ekonomi di Indonesia : Ketika Dua Dunia Bertabrakan

5 Desember 2024   08:59 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:29 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebaliknya, kelas pekerja atau masyarakat miskin berjuang di dunia yang penuh ketidakpastian. Mereka terjebak dalam kemacetan, mengantri untuk layanan kesehatan yang minim, atau bahkan kehilangan pekerjaan karena otomatisasi yang semakin meluas.

Ketimpangan ini menciptakan polarisasi yang berbahaya. Di satu sisi, muncul kelompok yang merasa nyaman dan puas dengan status quo. Di sisi lain, ada kelompok yang frustrasi, merasa diabaikan, dan kehilangan harapan. Polarisasi ini adalah bom waktu yang, jika tidak diatasi, dapat meledak dalam bentuk konflik sosial atau ketidakstabilan politik.

Dari Polarisasi Menuju Integrasi: Harapan di Tengah Ketimpangan

Namun, situasi ini tidak sepenuhnya tanpa harapan. Indonesia memiliki peluang besar untuk memperbaiki kondisi ini jika semua pihak mau mengambil peran. Berikut adalah beberapa pendekatan unik untuk menjembatani jurang ini:

  1. Redistribusi Berbasis Teknologi
    Teknologi dapat menjadi alat untuk mendistribusikan kekayaan dengan lebih adil. Platform digital dapat membantu petani memotong peran tengkulak, memungkinkan mereka mendapatkan harga yang lebih baik. E-wallet dan pinjaman mikro berbasis aplikasi dapat memberikan akses keuangan kepada masyarakat miskin tanpa harus bergantung pada rentenir.

  2. Inklusi Budaya dalam Ekonomi
    Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi budaya dan pariwisata yang belum tergarap. Jika dikembangkan dengan baik, ini dapat membuka lapangan kerja lokal. Misalnya, menghidupkan kembali kerajinan tradisional dengan bantuan desain modern atau menciptakan desa wisata berbasis komunitas.

  3. Pendidikan Kreatif untuk Semua
    Pendidikan formal penting, tetapi pendidikan kreatif juga dapat membuka peluang baru. Program-program seperti pelatihan keterampilan berbasis digital, seni, atau kewirausahaan dapat membantu masyarakat miskin menciptakan peluang mereka sendiri.

  4. Revolusi Kesadaran Sosial
    Salah satu langkah paling mendasar adalah membangun kesadaran di kalangan orang kaya tentang pentingnya inklusivitas ekonomi. Jika kelompok elite memahami bahwa stabilitas sosial adalah kunci keberlanjutan bisnis mereka, mereka mungkin lebih termotivasi untuk mendukung kebijakan redistribusi yang adil.

Menutup Jurang: Sebuah Tugas Kolektif

Ketimpangan ekonomi adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan hanya dengan satu kebijakan atau satu generasi. Tetapi tugas ini tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Sektor swasta, masyarakat sipil, dan individu memiliki peran penting dalam menciptakan sistem yang lebih inklusif.

Indonesia bukan hanya tentang gedung pencakar langit atau sawah yang menghampar. Ia adalah tentang bagaimana semua orang, dari segala latar belakang, dapat bermimpi dan mewujudkan mimpi itu. Mungkin kita tidak bisa menghapus ketimpangan sepenuhnya, tetapi kita bisa memastikan bahwa dua dunia ini saling bertemu---bukan untuk bertabrakan, tetapi untuk berjalan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun