Mohon tunggu...
Serly Khoirunnisa123
Serly Khoirunnisa123 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profesi saya sebagai Mahasiswi di Uin Gusdur Pekalongan tahun 2022

Saya memiliki hobi menulis dan membaca, kepribadian saya, jika tidak diajak berbicara maka saya akan diam

Selanjutnya

Tutup

Film

Mencari Hilal: Meneropong Realitas Ekonomi Melalui Lensa Sinema

30 September 2024   07:15 Diperbarui: 30 September 2024   07:20 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Film "Mencari Hilal" yang dirilis pada tahun 2015, tidak hanya menawarkan cerita religi biasa, tetapi juga menyuguhkan realitas kehidupan sosial dan ekonomi di kalangan masyarakat Indonesia. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Ismail Basbeth, yang berhasil mengemas cerita ini melebihi ekspektasi penonton.

1. Latar Belakang dan Tokoh Utama
Film ini berlatar suasana bulan puasa yang bersamaan dengan krisis ekonomi. Tokoh utama, Mahmud (Deddy Sutomo), adalah seorang lelaki tua pedagang kios sembako di sebuah pasar. Segala aspek dalam hidupnya selalu diniatkan untuk ibadah, termasuk berdagang. Baginya, untung kecil tidak masalah asal pembeli dan penjual sama-sama ridho. Namun, prinsip-prinsip ini seringkali menimbulkan konflik dengan pedagang lain yang berbeda prinsip.

2. Konflik dan Isu Ekonomi
Konflik utama dalam film ini muncul ketika Mahmud menolak memborong stok beras sebanyak 50 kg karena stok beras yang dimilikinya tinggal sedikit. Pembeli yang ingin memborong beras tersebut mengatakan, “Gimana sih pak nggak mau untung ya dagangannya?” dan Mahmud menjawab, “Saya beribadah bukan berdagang.” Dialog ini menunjukkan perbedaan prinsip antara Mahmud dan pedagang lain, serta menyoroti isu ekonomi yang sedang berlangsung.

3.Penentuan Sidang Isbat dan Krisis Ekonomi
Isu penentuan sidang isbat untuk awal bulan Syawal atau penentuan Lebaran yang ditaksir menelan dana sebesar 9 miliar, menjadi salah satu tema utama dalam film ini. Sidang isbat yang menelan biaya miliaran rupiah menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Mahmud, yang merasa bisa melihat hilal sendiri tanpa menelan biaya besar, membulatkan tekad untuk pergi sendiri mencari hilal. Ia ingin menapaktilasi tradisi mencari hilal yang dulu pernah dilakukan sewaktu masih belajar di pesantren.

4. Hubungan Ayah-Anak dan Perjalanan Mencari Hilal
Dalam perjalanan mencari hilal, Mahmud dan putranya, Heli, yang merupakan aktivis lingkungan, berinteraksi dalam suasana yang kompleks. Heli merayu sang kakak untuk mau membantu mengurus paspornya agar selesai lebih cepat karena dia benar-benar dikejar waktu. Hal ini menunjukkan perbedaan generasi dan pandangan hidup yang berbeda. Selama perjalanan, mereka bertemu banyak orang dan menghadapi berbagai peristiwa yang menumbuhkan rasa saling pengertian di antara dua generasi yang berbeda.

5. Pesan Moral dan Realitas Sosial
Film "Mencari Hilal" tidak hanya menawarkan cerita religi, tetapi juga menyentil isu-isu sosial dan ekonomi. Film ini berpotensi memunculkan sudut pandang lain tentang keberagaman dan pentingnya membangun kesholehan secara sosial. Meskipun Mahmud memiliki prinsip yang konservatif, film ini menunjukkan bahwa kebebasan dan keberagaman juga penting dalam masyarakat. Dengan kata lain, film ini berpotensi menjelaskan bahwa yang terpenting adalah fokus untuk membangun kesholehan secara sosial dan tidak masalah tidak sholeh secara ritual.

Dengan demikian, "Mencari Hilal" bukan hanya film religi biasa, tetapi juga film yang meneropong realitas ekonomi dan sosial melalui lensa sinema. Film ini menawarkan cerita yang kompleks dan relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia, serta berpotensi memunculkan refleksi yang mendalam tentang keberagaman dan kesholehan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun