Apakah kamu pernah melihat seorang anak memiliki wajah yang mirip dengan ayah atau ibunya? Apakah kamu pernah melihat dua orang bersaudara memiliki suara yang hampir bahkan sangat mirip? Apakah kamu juga pernah menyadari bahwa perilakumu sama dengan orang tuamu. Pernahkah terlintas dipikiranmu mengapa kalian berbeda dengan teman sebaya dari segi fisik maupun sifat? Apakah kalian juga pernah berpikir mengapa kamu lebih tinggi daripada tetanggamu yang memiliki umur yang lebih besar daripada kamu?
Tentu kemiripan dan perbedaan yang dialami anak dan orang tuanya sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Hal nyata yang bisa saya tulis adalah ketika saya melihat kesamaan sifat yang saya miliki dengan ibu saya. Bukan hanya saya yang menyadari hal ini namun kerabat dekat yang melihatnya, juga mengatakan bahwa saya memiliki kesamaan sifat yang hampir sama dengan ibu saya. Selain itu seringkali saya menjumpai beberapa orang bersaudara yang memiliki wajah yang sama padahal mereka tidak terlahir kembar. Meskipun wajah mereka sama, namun beberapa diantara mereka tidak memiliki sifat yang sama.
Dari beberapa pertanyaan dan kasus diatas mari kita memperjelas penyebab kesamaan dan perbedaan ini. Seorang anak yang lahir dari penyatuan sel sperma dan sel telur kedua orang tuanya pasti akan mengalami kemiripan bentuk fisiologis, sifat maupun sikapnya. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan gen yang diturunkan kedua orang tua kepada anaknya. Sebelum lebih jauh membahas genetika, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari gen. Menurut Toegino (a)(1992: 2) dalam Ambarwati & Rahayu(2005) genetika adalah ilmu yang mempelajari cara-cara mewariskan sifat induk kepada keturunannya. Dalam ilmu genetika ada yang namanya fenotip dan genotip. Fenotip adalah sifat keturunan yang dapat kita lihat dan genotip adalah sifat yang tidak terlihat dan bersifat tetap. Sehingga bisa kita simpulkan bahwa kemiripan anak yang nampak oleh mata diturunkan oleh kedua orang tua bersifat berasal dari gen yang bersifat fenotip. Namun, tidak semua yang berasal dari ayah atau ibu akan turun kepada anaknya. Bisa jadi hanya salah satu saja yang akan menurun ke anak, contohnya faktor fisiologi ibu yang akan sama dengan anak atau faktor sifat ayah yang akan menurun ke anak ataupun sebaliknya. Hal ini bergantung dari dominasi yang terjadi pada saat proses pembelahan sel.
Dalam pembentukan genetika juga bisa terjadi kegagalan. Kegagalan genetika ini akan menyebabkan syndrome atau kelainan yang terjadi kepada anak. Menurut (Dzihnii, n.d.) kelainan genetika terjadi karena adanya gen-gen resesif dari orang tua. Mari kita ambil contoh anak yang terlahir dengan gen albino. Gen albino ini tentu tidak asing lagi ditelinga kita dan sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Saya pun pernah menemui orang-orang yang bergen albino ini. Jika kalian belum mengetahui apa gen albino, albino adalah kelainan genetik yang disebabkan karena seseorang kekurangan bahkan tidak memiliki pigmen melanin pada kulit mereka sehingga hal ini menyebabkan kulit dan rambut mereka menjadi warna putih susu.
Juga dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-fatir ayat 11 yang berbunyi
وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ اَزْوَاجًاۗ وَمَا
تَحْمِلُ مِنْ اُنْثٰى وَلَا تَضَعُ اِلَّا بِعِلْمِهٖۗ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُّعَمَّرٍ وَّلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهٖٓ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ
Arti surah Al-fatir ini mengatakan bahwa Allah sudah menciptakan manusia dari air mani. Kemudia Allah sudah menjadikan manusia berpasang antara laki-laki dan perempuan. Dalam surah ini juga di Allah mengatakan tak seorang perempuan yang mengandung dan melahirkan, tanpa sepengetahuan-Nya. Bisa kita katakan bahwa arti surah ini adalah segala kehendak berada di tangan Allah. Sebagaimana ayat di atas Allah SWT bisa menciptakan manusia yang normal dan Allah SWT bisa pula menciptakan manusia yang mengalami ketidak normalan atau kelainan genetik. Kelainan genetik ini juga menyebabkan perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya.
Dalam islam kita dianjurkan untuk mencari pasangan dengan akhlak yang baik. Sebagaimana hadist riwayat Attirmidzi dan Ahmad yang menjelaskan bahwa hal utama dalam mencari pasangan adalah agama sedangkan faktor lain seperti paras, kekayaan dan lainnya adalah nomor kesekian. Diharapkan dengan agama yang baik maka orang tersebut memiliki akhlak yang baik, yang akan melahirkan keturunan yang baik pula.
Setiap manusia memang terlahir dari gen yang berasal dari Ayah dan Ibu mereka. Perbedaan dan persamaan sifat antara satu dan yang lain menjadi ciri khas seorang Individu tersebut. Kita sebagai makhluk sosial yang sangat saling membutuhkan tidak boleh asal mengkritik sesuatu yang berada dalam diri seorang individu yang lainnya, karena itulah diri mereka dengan segala keunikan di dalamnya. Untuk sebagian orang tua yang menganggap dan menyalahkan anaknya adalah seorang yang tidak bermanfaat, pembuat onar, memiliki sifat tidak baik dan sebagainya, cobalah bercermin kediri sendiri mungkin saja itu bukan sepenuhnya salah anak tetapi bawaan lahir yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Cukup didik mereka agar menjadi orang yang lebih baik untuk dirinya dan orang lain. Karena sifat dan sikap seseorang dapat berubah dengan seiiring berjalannya waktu, itu semua hanya tentang bagaimana lingkungan dan dukungan yang merubahnya. Seperti kata pepatah, sebongkah batu jika terkana air terus menerus akan terkikis juga. Itulah sifat dan sikap seseorang, jika dibentuk perlahan-lahan dia akan membentuk suatu yang baik.
DAFTAR PUSTAKA