Mohon tunggu...
salsabil rojwa difitama
salsabil rojwa difitama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Statistika Tahun pertama di Universitas Airlangga

Saya merupakan Mahasiswa statistika S1 tahun pertama di Universitas Airlangga. Sebagai seseorang yang gemar bergelud di dunia data dan mempunyai rasa penasaran yang tinggi akan suatu hal saya selalu ingin mencoba hal baru dan berdedikasi di dunia tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Selamatkan Dunia dengan Tumbler dan Bag Smart

24 November 2024   10:35 Diperbarui: 24 November 2024   11:42 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.etsy.com/market/studded_tumbler_svg?ref=market_content&utm_campaign=faq_pills

 Hingga saat ini, komunitas Bring Your Tumbler memiliki kurang lebih 30 relawan dan lebih dari 500 Eco Warrior di seluruh Indonesia. Mereka sudah diberikan sosialisasi untuk membantu kampanye. Meskipun dinilai sederhana namun hal tersebut berdampak besar bagi bumi. Dan diharapkan bahwa program selamatkan dunia dengan tumbler dapat terus berjalan sehingga dapat mendukung keberlangsungan SDGs bagi anak cucu kita di kemudian hari.

Indonesia sebenarnya telah merespon pengurangan sampah dengan mengeluarkan Perpres 97/2017 yang memasang target pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebesar 30% pada 2025.

sumber: Instagram komunitas bring your tumbler
sumber: Instagram komunitas bring your tumbler

Mekanisme

Pemerintah Indonesia telah mengatur pengelolaan sampah secara umum melalui UU 18/2008. Namun, masalah sampah plastik yang banyak disebabkan oleh aktivitas konsumsi menunjukkan bahwa hanya bergantung pada pemerintah saja tidak cukup. Sebaliknya, hanya menekankan peran masyarakat sebagai konsumen juga tidak adil, karena industri sebagai produsen juga memiliki tanggung jawab.

Pengurangan sampah plastik dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: akulturasi, persuasif, dan koersif. Akulturasi menggunakan kebiasaan untuk membentuk pemahaman kognitif. Contohnya, Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep yang dikenal dengan budaya anti-sampah plastik, menerapkan kebiasaan menyajikan minuman dengan gelas daripada air kemasan plastik, yang sering ditemui dalam acara keagamaan di pedesaan. Sayangnya, sekarang acara sosial seperti PKK, ulang tahun, tedak sinten, tahlilan, dan pengajian sering kali masih menggunakan air kemasan plastik.

Mekanisme persuasif dapat diterapkan dengan menciptakan rasa malu, seperti yang dilakukan East West Market di Vancouver, Kanada, yang memberikan kantong belanja dengan pesan besar yang memalukan, meskipun dikenakan biaya. Ini mendorong pembeli untuk membawa kantong sendiri. Pola ini dapat diterapkan dengan mengajak masyarakat untuk mengidentifikasi dan mempublikasikan merek kemasan plastik di lingkungan mereka, yang akan memberi tekanan pada produsen untuk bertanggung jawab atas kemasan produknya, sesuai dengan Pasal 15 UU 18/2008 yang mengharuskan produsen mengelola kemasan yang sulit terurai oleh alam.

Mekanisme koersif menggunakan paksaan untuk mencapai kepatuhan. Contohnya, Peraturan Gubernur Bali No. 97/2018 tentang Pembatasan Sampah Plastik Sekali Pakai yang telah berhasil menurunkan penggunaan plastik sebesar 40% di Bali. Pemberlakuan ketiga mekanisme ini harus dilakukan secara komprehensif, karena meskipun menggunakan instrumen yang berbeda, hasilnya tetap saling terkait. Dengan demikian, sampah plastik yang semakin mengancam dapat dikurangi secara signifikan untuk mendukung pencapaian SDGs.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun