Pernahkah kalian menyadari bahwa sarapan itu penting untuk memenuhi asupan harian kalian? Terutama untuk kalian yang saat ini duduk di bangku SMP dan SMA. Sarapan memiliki kedudukan penting dalam memenuhi asupan gizi harian seseorang karena sarapan dapat menjadi pemasok nutrisi dan energi yang diperlukan oleh tubuh. Sarapan menjadi langkah utama yang penting bagi siswa sebagai bekal kesiapan siswa saat hendak berangkat sekolah karena nantinya pada saat sekolah, siswa akan memerlukan energi dalam jumlah yang besar untuk melakukan aktivitasnya di sekolah, baik itu untuk belajar, bermain dan berolahraga. Saat itulah, sarapan menjadi penentu berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam melewati hari -- harinya. Sebagai remaja yang cenderung mengalami berbagai perubahan dan permasalahan gizi, seperti perubahan perilaku makan, kesalahan pola makan, kurangnya pengetahuan gizi, kelebihan dan kekurangan gizi, serta status gizi harian yang tidak normal, rutin melakukan sarapan adalah cara termudah yang dapat dilakukan setiap remaja dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk melewati hari.
Pengertian dari sarapan sendiri ialah kegiatan mengonsumsi makanan dan minuman yang dilakukan setelah bangun tidur hingga jam 09.00 yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian sekitar 15-30% (Kemenkes RI, 2014). Remaja atau anak dengan rentan usia 13 -- 19 tahun seringkali melewatkan sarapan, entah dengan alasan karena sengaja maupun tidak snegaja. Hal ini tentu saja didasari oleh berbagai macam faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti telat bangun sehingga tergesa -- gesa pergi ke sekolah, tidak adanya nafsu makan, bosan dengan menu masakan, anggapan bahwa sarapan membuat seseorang jadi mengantuk, dan keinginan untuk diet dapat menjadi alasan mengapa seorang remaja enggan sarapan sebelum sekolah. Ketidaktersediaan makanan maupun bahan makanan di rumah dan tidak adanya waktu yang cukup bagi orang tua untuk membuatkan bekal atau menyediakan sarapan bagi anaknya, membuat mereka kerap kali lebih memilih untuk memberikan uang saku kepada anaknya dengan maksud agar anak tersebut dapat membeli sarapan di sekolah juga menjadi alasan yang paling sering dijumpai apabila berkaitan dengan pertanyaan "mengapa seorang siswa tidak sarapan terlebih dahulu sbelum berangkat ke sekolah?"
Tahap remaja adalah tahap dimana individu sudah bisa memilah dan memilih sendiri apa yang sekiranya mereka sukai atau yang tidak mereka sukai, ini juga termasuk dalam memilah dan memilih maknan. Saat orang tua memberikan mereka uang saku yang tadinya untuk membeli sarapan, banyak remaja yang lebih memilih untuk menjajankan uang tersebut untuk keperluan lain, tak jarang para siswa malah menggunakan uang terseput untuk membeli jajanan ringan seperti siomay, cimol, batagor dan jajanan ringan atau minuman lainnya karena jajanan tersebut dinilai lebih menarik dan memiliki cita rasa yang lebih enak dibandingkan membeli makanan berat dengan kandungan yang lebih bergizi seperti nasi, buah dan sayur untuk dijadikan sebagai menu sarapan. Pemilihan jenis makanan atau jajanan yang akan dikonsumsi sebagai menu sarapan juga berkaitan dengan jumlah uang saku yang diberikan oleh orang tua. Remaja yang mendapatkan uang saku dalam jumlah besar, memiliki keleluasaan dalam memilih makanan apa yang akan dimakan, ia bisa membeli berbagai macam makanan yang dia inginkan sehingga cenderung membeli apa yang menurutnya lebih menarik. Remaja yang diberikan uang saku cukup, cendenrung memilih untuk membeli makanan yang dapat mengenyangkan perut. Namun kebanyakan dari mereka membeli makanan tanpa memperhatikan kandungan gizinya apakah sudah mencukupi atau belum, apakah diperlukan oleh tubuh atau tidak, hal ini tentu akan mempengaruhi status gizi mereka.
Tanpa disadari, kesalahan dalam pemilihan menu sarapan dapat berakibat pada ketidakseimbangan status gizi sesorang. Mengganti sarapan dengan mengonsumsi jajanan mungkin memang terdengar sederhana dan lebih praktis, namun jajanan yang dikonsumsi sebagai pengganti sarapan sebenarnya hanyalah seperti selingan. Seseorang akan tetap merasa lapar karena kandungan karbohidratnya belum terpenuhi, juga kandungan gizi yang ada dalam jajanan tidak lah dapat memenuhi kadar zat gizi dalam tubuh seperti yang seharusnya karena zat gizi yang terkandung dalam jajanan seperti jajanan ringan, atau minuman yang mengandung perasa memiliki kadar yang bermacam -- macam, tidak memenuhi seluruh kebutuhan gizi harian seseorang, Dan tak jarang jajanan seperti itu mengandung bahan-bahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi.
Melewatkan sarapan dengan alasan sedang melakukan diet kerap dijumpai di sekolah -- sekolah, terutama pada remaja putri. Anggapan bahwa dengan tidak melakukan sarapan atau  menggabungkan sarapan dengan makan siang dengan tujuan mengurangi porsi makan agar berat badan turun dan tubuh tetap ideal justru malah menimbulkan reaksi yang berkebalikan. Berdasarkan penelitian, remaja yang jarang melakukan sarapan atau sarapan dengan menu makanan yang kurang sehat memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami overweight dan obesitas daripada remaja yang rutin melakukan sarapan dengan makanan yang  sehat. Hal ini dikarenakan  orang yang melewatkan sarapan  akan terus merasa lapar dan menyebabkan orang tersebut memiliki kecenderungan untuk terus membeli jajanan lagi dan lagi dengan kadar kalori yang tidak diketahui. Ketika seorang siswa melewatkan sarapan berkali kali maka akan terbentuk pola makan yang tidak sehat. Hal ini apabila diteruskan tentu saja akan menyebabkan timbulnya kejadian overweight maupun obesitas. Jadi anggapan bahwa tidak sarapan dapat mempercepat proses diet adalah anggapan yang salah, justru dengan tidak sarapan orang akan cenderung mengalami overweight dan obesitas, sedangkan orang yang melakukan sarapan maka tubuhnya akan terjaga menjadi ideal.
Berdasarkan tinjauan di atas, sarapan memegang peranan penting dalam diri individu, baik bagi aktivitas, pola makan, kesehatan, status gizi, dan penentu kinerja seseorang dalam melakukan suatu hal. Dalam implementasinya, sarapan yang dilakukan secara rutin dapat menjadikan seorang siswa lebih siap menghadapi hari - harinya dengan penuh semangat ketimbang siswa yang tidak melakukan sarapan. Hal ini karena terpenuhinya kebutuhan gizi seseorang yang akan digunakan untuk beraktivitas. Sarapan juga berperan dalam peningkatan memori dan konsentrasi siswa dalam memahami pembelajaran di sekolah, meningkatkan fungsi kognitif, memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh tubuh, dan membantu menjaga berat badan ideal. Adanya aktivitas fisik dan jadwal siswa yang cukup padat dapat teratasi karena jumlah energi dalam tubuh dari hasil sarapan dapat menunjang siswa melakukan kegiatan sehari harinya.
Menjadi remaja yang cakap akan pengetahuan terkait sarapan sebagai pemenuhan kebutuhan gizi diri diharapkan menjadi sikap yang dapat dimiliki oleh tiap individu, sehingga nantinya dalam pemenuhan gizi remaja, mereka memegang peranan dan tanggung jawab, setidaknya terhadap diri mereka sendiri. Terlebih lagi akan menjadi jauh lebih baik apabila kesadaran tersebut dapat menjadi bekal mereka tumbuh di lingkungan masyarakat guna memberikan pemahaman pada individu lain terkait pentingnya sarapan sebagai bentuk pemenuhan asupan gizi harian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H