Mohon tunggu...
muhamad ikhsan
muhamad ikhsan Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang ingin terbiasa hidup sederhana,tetapi sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Nyata, Tasrip si Penjual Ikan, Penderita Kanker Hati

21 Juni 2010   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasrip (50 Th),Warga desa Gandaria,Kecamatan Mekar Baru,Kabupaten Tangerang,Sehari-hari sebagai penjual ikan.Hampir setiap Pukul 03'00 WIB dini hari dia harus segera bergegas menuju tempat pelelangan ikan untuk mendapatkan ikan segar dari para Nelayan di daerah Kronjo,yang akan dijual kembai di pasar pagi harinya.Jarak yang ditempuh dari rumah ke tempat pelelangan ikan berjarak belasan kilometer dengan sepeda motor,yang memaksa Tasrip bergadang setiap malamnya agar dia tepat waktu ke lokasi.Bertahun-tahun tasrip lakukan itu untuk menghidupi istri dan ke empat anaknya.Hanya anak pertamanya yang berhasil lolos dari bangku SMA,yang sekarang menjadi buruh pabrik di kawasan industri legok tangerang.sedang anak ke duanya putus di bangku SMP,dan anak ke tiga duduk di sekolah dasar,dan yang ke empat belum sekolah.

Tasrip,kesehariannya adalah orang yang kocak dan periang,yang membuatnya kelihatan tegar,namun kesemuanya itu tak mampu menutupi rasa sakitnya,ia pun pasrah dan menyerah dengan penyakitnya.Kini ia hanya bisa berbaring,walaupun sesekali berkelakar,aku sehat dan mampu berlari kalau ada yang menantang adu lari.Dia divonis RSUD Tangerang mengidap kanker Hati.Dan harus segera dilarikan ke RSCM atau ke Singapura untuk menjalani cangkok Hati,Dan betapa kagetnya pihak keluarga saat Dokter mengatakan biaya operasinya Rp 100 juta.

Pihak keluarga kini hanya bisa pasrah,merawat tasrip hanya di rumah dengan pengobatan seadanya,karena untuk membawa ke RSUD pun harus susah payah pontang,panting mengurus prosedur jaminan kesehatan yang berbelit.Air mata keluarga pun sudah mengering dan berganti dengan senyuman walau itu hanya dibibir saja untuk lebih meringankan penderitaannya.Karena pihak keluarga sengaja merahasiakan penyakitnya kepada tasrip.Kedua anaknya yang masih kecil hanya bisa menemani ayahnya yang bernafas di hujung hela.

Benarkah orang miskin seperti Tasrip hanya bisa menunggu ajal,karena hanya persoalan klasik,Keuangan?.

Jika para kompasioner terketuk hatinya untuk sedikit meringankan penderitaan Bapak Tasrip,bisa berdonasi di sini.

BCA:5410261806 a/n Bahroni

Muhamad bahroni,E-Mail langlang_randhawa@yahoo.com

Hp:081513682943/085220876934

sumber berita,

http://us.mg4.mail.yahoo.com/dc/launch?.gx=1&.rand=35ofu1ad1ie5v

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun