Mohon tunggu...
03_Alexa Putri Marinda
03_Alexa Putri Marinda Mohon Tunggu... Lainnya - Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswi baru S1 Teknik Biomedis, Universitas Airlangga, melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dimana dalam pendaftaran tersebut saya mencantumkan 3 sertifikat yakni; (1) Juara 2 lomba film pendek tingkat provinsi yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Informatika yang diselenggrakan oleh PTN; (2) Peserta olimpiade biologi tingkat nasional yang di adakan oleh Olimpiade MIPA Indonesia x Bimbel Air-LANGGA dengan predikat B; (3)Menjadi Sekretaris Umum OSIS SMA Negeri 1 Dawarblandong selama 2 periode

MBTI saya ialah ENFJ-T. Memiliki kepribadian ekstrovet membuat saya suka berinteraksi dengan orang baru, selain, memiliki pemahaman emosional yang kuat dan mudah berempati,suka merencanakan, mengatur, dan mengambil keputusan secepat mungkin, lebih menekankan emosi mereka daripada fakta objektif. Hobi yang saya miliki yakni senang mencoba hal baru dan asing menurut saya, membaca buku self development, dan berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebab Anjloknya Harga Cabai Rawit di Dawarblandong Mojokerto, Kekhawatiran Para Petani

26 November 2024   11:32 Diperbarui: 26 November 2024   12:10 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alexa Putri Marinda, S1 Teknik Biomedis Universitas Airlangga

Apakah permasalahan ini akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan? Tentu, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengantisipasinya, antara lain: (1) mengurangi penjualan cabai rawit dalam bentuk mentah dengan cara mengolahnya terlebih dahulu, sehingga dapat meningkatkan nilai jual. 

Cabai bisa diolah menjadi produk-produk seperti tepung cabai, kripik cabai, bubuk cabai instan, atau manisan cabai; (2) menyediakan atau menyewa alat pertanian modern, seperti sensor untuk mendeteksi suhu dan kelembaban lingkungan yang dapat membantu memastikan kualitas hasil panen tetap baik meskipun kondisi iklim tidak menentu; (3) membuka akses pasar baru dan peluang kerja bagi petani, agar mereka tidak hanya bergantung pada penghasilan dari hasil panen yang bergantung pada musim, melainkan dapat memiliki pendapatan yang lebih stabil sepanjang tahun.

Beberapa langkah tersebut perlu diambil karena sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan sangat penting untuk masa depan. Pemanasan global dan krisis iklim mengancam sektor pertanian, dengan musim panas yang terlalu panjang menyebabkan tanah menjadi kering dan tandus. Padahal, pertanian merupakan sektor vital yang harus dilestarikan untuk keberlanjutan pangan. Bukan hanya petani yang berjuang untuk mendapatkan panen yang maksimal, tetapi kita juga memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan bumi yang lestari. 

Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi emisi karbon dan penggunaan bahan kimia dalam pertanian, sehingga kita dapat menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan produksi pangan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun