Meskipun kelompok umumnya terbentuk dari sejumlah orang yang memiliki kepentingan atau tujuan yang sama, namun tidak dipungkiri latar belakang dari masing-masing individu yang tergabung dapat berbeda-beda bahkan kontras. Perbedaan perspektif, hambatan komunikasi, dan masalah lain dapat memunculkan konflik-konflik antar anggota.
Kualitas dalam suatu kelompok dapat dikuatkan melalui kohesi kelompok. Kohesivitas merupakan integritas, solidaritas, dan kesatuan dalam kelompok. Adanya kohesi (kekompakan) dalam kelompok dapat menjadi tolak ukur kualitas dan kesehatan suatu kelompok. Kohesivitas merupakan alat dalam mengurangi resiko kelompok untuk terpecah. Berdasarkan kompenen dalam kohesi, berikut kekuatan kelompok dalam menghadapi konflik.
- Kohesi sosial. Komponen ini berkaitan dengan ketertarikan terhadap sesama anggota kelompok. Tanpa sadar, individu yang tergabung dalam kelompok lebih tertarik pada individu-individu yang berada dalam kelompoknya, termasuk ketertarikan kuat pada kelompoknya sendiri daripada kelompok di luar. Lingkup daya tarik sosial ini berdasar pada kualitas individu yang melambangkan kelompok. Adanya kohesi sosial ini dapat membuat penyelesaian konflik lebih mudah karena adanya kefokusan pada anggota kelompok yang saling memiliki daya tarik sehingga ketertarikan pada kelompok secara keseluruhan lebih mudah dirasakan. Hal ini bisa membantu memunculkan rasa untuk mempertahankan kualitas kelompok.
- Kohesi tugas. Konflik dapat memiliki titik terang dengan adanya kemauan atau usaha dari kelompok untuk menangani masalah. Maka, kualitas kerja tim dan kepercayaan yang sama untuk menyelesaikan konflik berperan sangat besar. Dapat dikatakan kapasitas setiap anggota sebagai kelompok untuk menyelesaikan konflik membawa dampak positif bagi penyelesaiannya.
- Kohesi yang dirasakan. Perasaan yang dimaksud disini adalah perasaan sebagai bagian dan satu kesatuan dalam suatu kelompok, yang menunjukkan keunikan kelompok. Identifikasi diri sebagai "Kita" menunjukkan bahwa individu merasa bagian dari kelompok tersebut. Adanya perasaan bersama dapat meminimalisir berkembangnya konflik karena adanya perasaan bahwa kelompok tersebut merupakan bagian dari mereka sehingga dapat muncul kekuatan untuk menjaga kelompok.
- Kohesi emosional. Kebersamaan dan interaksi yang terjadi di suatu kelompok dapat memunculkan pengalaman emosional yang intens. Adanya reaksi emosional yang terekspresikan dalam kelompok dapat membangkitkan semangat atau emosi positif yang kolektif dalam kelompok. Konflik yang melanda dalam kelompok akan berbeda penyelesaiannya jika terdapat perasaan satu, komitmen, semangat, dan sebagainya pada setiap anggota kelompok. Emosi positif yang terbangun dalam kelompok dapat mengarahkan pada hasil penyelesaian masalah yang positif pula.
Dalam mempertahankan kelompok, diperlukan banyak usaha dari masing-masing anggota yang terlibat. Dengan adanya solidaritas yang tinggi dan kemauan untuk berkembang, kelompok dapat bertahan memiliki kekuatan untuk menyelesaikan berbagai konflik dan mempertahankan keutuhan kelompok menuju pencapaian tujuan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H