Mohon tunggu...
032_Yudha Hino Hasaputra
032_Yudha Hino Hasaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi membuat artikel dan lain lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Anis Baswedan dalam Menciptakan Perubahan

9 Mei 2024   21:45 Diperbarui: 10 Mei 2024   04:23 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pemimpin harus dapat menghadapi berbagai tuntutan perubahan seiring berjalannya waktu. Untuk menghadapi berbagai tuntutan perubahan yang ada, seorang pemimpin harus mampu menciptakan terobosan baru dengan menerapkan kepemimpinan yang inovatif. 

Kepemimpinan yang inovatif bukan hanya sebatas tentang menciptakan ide-ide baru semata, tetapi juga bagaimana ide-ide tersebut dapat diimplementasikan ke dalam suatu program atau kebijakan yang dapat menjadi sebuah terobosan baru untuk dapat menghadapi berbagai tuntutan perubahan dan menyelesaikan berbagai masalah yang ada.

Anies Rasyid Baswedan atau kerap dikenal dengan Anies Baswedan merupakan seorang mantan gubernur DKI Jakarta. Beliau menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta pada periode 2017-2022. 

Di bawah kepemimpinan Anies Baswedan, beliau sukses membangun DKI Jakarta menjadi sebuah kota maju yang mengadopsi proyek pembagunan dari kota-kota besar di negara lain. Sebelum memasuki dunia politik, Anies Baswedan memiliki pengalaman yang kuat di bidang pendidikan. 

Sebagai rektor Universitas Paramadina, ia dikenal sebagai seorang dengan pemikiran yang inovatif dan telah menerbitkan beberapa buku tentang pendidikan, pluralisme, dan perubahan sosial. Dengan pengalaman yang kuat sebagai akademisi dan intelektual ini Anies Baswedan telah membawa perspektif baru yang berbeda dalam dunia politik dan membentuk landasan penting bagi kepemimpinan politiknya di masa mendatang.

Karena prinsipnya yang kuat dan kepemimpinannya yang bijaksana, Anies Baswedan menjadi sosok yang dihormati di berbagai komunitas. Ia juga dikenal sebagai pemimpin transformasioal dalam dunia pendidikan di Indonesia. 

Selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menerapkan kepemimpinan yang efektif dan inovatif dalam membangun kota Jakarta yang memliki beragam permasalahan dan tuntutan perubahan yang harus dihadapi. Kepemimpinan transformasional Anies dalam membangun kota Jakarta dapat tercermin dari program, kebijakan, produk, dan layanan inovatif yang telah dihasilkan oleh Anies selama dirinya memegang jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Gaya kepemimpinan Anies Baswedan dipersonifikasikan oleh kemampuannya untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk bekerja menuju tujuan bersama, yang menjadi ciri khas kepemimpinan transformasional. 

Ia memiliki kemampuan untuk memberdayakan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaan mereka dan untuk berusaha mencapai kesempurnaan, membangun rasa tanggung jawab dan akuntabilitas di antara anggota timnya. Visi Anies Baswedan untuk Jakarta yang lebih baik jelas dan menarik, dan ia dapat mengartikulasi dengan cara yang mempengaruhi audiensnya untuk bekerja menuju tujuan bersama. 

Kepemimpinan Anies Baswedan juga ditandai oleh kesediaannya untuk mendengar dan mempertimbangkan ide dan saran bawahannya, yang menjadi aspek kunci dari kepemimpinan transformasional. Pendekatan ini telah menjadi kunci keberhasilan berbagai program dan inisiatif di Jakarta, terutama di sektor transportasi.

Dalam hal ini, Anies Baswedan mampu mengubah budaya kerja di DKI Jakarta dengan cara yang lebih efektif dan efisien, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Ia juga mampu mengembangkan strategi yang lebih inovatif dan efektif untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh warga Jakarta, seperti masalah transportasi dan lingkungan. Dengan demikian, Anies Baswedan telah menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda dan menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik di Jakarta.

Dikenal sebagai pemimpin transformasional dalam dunia pendidikan di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana Anies Baswedan menerapkan kepemimpinan transformasional:

1. Visi dan misi yang kuat

Anis Baswedan memiliki visi dan misi yang jelas untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Ia ingin menciptakan sistem pendidikan yang lebih merata dan berkualitas bagi semua kalangan masyarakat.

2. Memberdayakan dan memotivasi bawahan

Sebagai pemimpin, Anis Baswedan dikenal mampu memberdayakan dan memotivasi bawahannya. Ia memberikan kebebasan kepada staf dan guru untuk berinovasi dan mengembangkan metode pengajaran yang lebih efektif.

3. Mendorong perubahan dan inovasi

Anis Baswedan mendorong perubahan dan inovasi dalam sistem pendidikan. Ia memperkenalkan konsep sekolah inklusi, di mana semua siswa tanpa memandang latar belakang dapat belajar bersama. Ia juga mendorong penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

4. Membangun hubungan dan kerjasama

Anis Baswedan membangun hubungan dan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Ia menyadari bahwa perubahan dalam pendidikan membutuhkan dukungan dari semua pihak.

5. Menjadi panutan dan teladan

Anis Baswedan dikenal sebagai pemimpin yang menjadi panutan dan teladan. Ia dikenal sebagai sosok yang jujur, berintegritas, dan berdedikasi dalam memperjuangkan pendidikan yang lebih baik.

Dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, Anis Baswedan mampu memberikan pengaruh positif dan mendorong perubahan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan contoh penerapan gaya kepemimpinan transformasional Anis Baswedan di dunia pendidikan, dapat diidentifikasi kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Visi yang kuat dan inspiratif: Anis Baswedan memiliki visi yang jelas untuk memperbaiki kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Visi ini menjadi pemicu perubahan dan memberikan inspirasi bagi bawahannya.

2. Memberdayakan dan memotivasi bawahan: Dengan memberikan kebebasan berinovasi dan ruang untuk berkembang, Anis mampu memberdayakan dan memotivasi para guru serta staf untuk berkontribusi dalam transformasi pendidikan.

3. Mendorong inovasi dan kreativitas: Anis mendorong perubahan dan inovasi seperti sekolah inklusi serta penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini mendorong kreativitas dan pemikiran baru dalam sistem pendidikan.

4. Membangun kerjasama dan sinergi: Anis membangun hubungan dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti pemerintah daerah dan masyarakat. Ini menciptakan sinergi untuk memperluas dampak positif perubahan.

5. Menjadi teladan: Integritas, kejujuran, dan dedikasi Anis menjadikannya panutan bagi bawahannya. Ini memperkuat pengaruhnya sebagai pemimpin transformasional.

Kekurangan:

1. Resistensi terhadap perubahan: Meskipun tidak disebutkan secara spesifik, perubahan besar yang didorong Anis kemungkinan menghadapi resistensi dari pihak-pihak yang enggan berubah atau terancam oleh perubahan tersebut.

2. Keterbatasan sumber daya: Untuk melakukan transformasi besar-besaran dalam sistem pendidikan nasional, dibutuhkan sumber daya yang besar, baik finansial maupun sumber daya manusia. Hal ini bisa menjadi kendala jika tidak dikelola dengan baik.

3. Keberlanjutan program: Meskipun Anis memiliki visi jangka panjang, program dan kebijakan transformasionalnya bisa terancam keberlanjutannya saat terjadi pergantian pimpinan atau pemerintahan.

4. Kebutuhan waktu: Proses transformasi dalam sistem pendidikan membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan hasil yang signifikan. Ini bisa menjadi tantangan dalam mempertahankan semangat dan momentum perubahan.

Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan transformasional Anis Baswedan memiliki kelebihan yang signifikan dalam mendorong perubahan positif di dunia pendidikan. Namun, beberapa kekurangan perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik untuk memastikan keberhasilan transformasi tersebut.

Dengan model kepemimpinan yang efektif yang telah diterapkan oleh Anies Baswedan, selaku Gubernur DKI Jakarta dalam model kepemimpinannya yang transformasional, beliau menggunakan strategi blusukan atau appeal to the people (Salman 2013) yang merupakan cara aktor politik untuk menarik perhatian rakyatnya dengan menunjukkan kepedulian, keberpihakan mereka pada rakyat yang ditunjukkan secara langsung melalui tatap muka, mendengar aspirasi rakyat, melakukan kegiatan bersama maupun tinjauan secara langsung melalui kerja bakti atau gotong royong, membersihkan sisa-sisa banjir.

Dalam kepemimpinannya, Anies Baswedan memiliki gaya komunikasi tersendiri. Anies berbicara dengan menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal, dengan menggunakan topi terbalik dan terkesan santai dan merakyat karena ikut bergotong royong bersama rakyat. Disamping itu, citra positif Anies dapatkan sebagai pemimpin pelindung rakyat, bersedia mendatangi rakyat yang terkena musibah.

Dalam kepemimpinannya, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta mampu menyelesaikan krisis dalam penangan pandemic Covid-19 di DKI Jakarta dengan menggunakan lima strategi komunikasi yaitu penjelasan, permintaan maaf, kompetisi, integrasi, dan kekhawatiran. Disamping itu sikap Anies dalam keberhasilannya menjalankan komunikasi krisis mengambil tanggung jawab, terbuka dan mendengarkan pendapat para ahli epidemiology (Daerah et al. 2022) merupakan bagian dari kepemimpinan transformasional.

Dalam kasus Covid-19, yang dimana ekonomi dan sektor usaha mengalami dampak yang besar. Anies mengatakan, saat itu ia mengeluarkan arahan bahwa para pengusaha yang memang terdampak Covid tidak diwajibkan menaikkan upah dan ambil jalan duduk bersama dengan para pekerja untuk mengatasi masalah ekonomi karena covid tersebut. Bagi sektor usaha yang tidak terkena dampak, melainkan mendapatkan keuntungan seperti usaha masker yang pada saat itu naik permintaannya serta usaha sejenisnya, maka mereka harus tetap menaikkan upah sesuai dengan arahan yang diberikan. “Sektor yang terdampak negatif maka UMP nya tidak perlu naik bahkan bisa dibicarakan oleh buruh. Tapi sektor yang terdampak positif harus berbagi dengan buruhnya, itu pabrik masker dll booming saat itu, nggak fair kalau dia bilang hadapi Covid,” jelas Anies. Anies juga mengungkapkan bahwa pengusaha adalah mitra atau partner pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karenanya, perlu adanya kolaborasi dengan fasilitas dan regulasi yang sama-sama bisa saling menguntungkan dan beri dampak positif untuk masyarakat

Dengan efektivitas model kepemimpinan yang dianut oleh Anies Baswedan dalam hal komunikasi, meninggalkan kepercayaan di hati rakyat. Hal ini dikarenakan Anies memiliki gaya bicara yang lemah lembut sehingga masyarakat beranggapan bahwa seorang Anies bukanlah orang yang terburu-buru dalam melakukan atau membuat suatu keputusan.

Menurut teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan Anis Baswedan dapat dijelaskan melalui berbagai teori kepemimpinan. Berikut merupakan penjelesannya:

1. Teori Otokratis: Teori ini menekankan pentingnya wewenang, paksaan, dan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan seorang pemimpin.

Dalam gaya kepemimpinan Anies Baswedan ia digambarkan otoriter yang sejalan dengan teori tersebut.

2. Teori Psikologi: Teori ini berfokus pada peran seorang pemimpin dalam memotivasi pengikut dan mengembangkan sistem motivasi terbaik.

Dalam teori tersebut, gaya kepemimpinan Anies Baswedan dipuji karena mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat Jakarta.

3. Teori Sosiologis: Teori ini menekankan pentingnya hubungan interpersonal dalam suatu organisasi dan penyelesaian konflik organisasi.

Dalam kenyataannya, gaya kepemimpinan Anies Baswedan banyak dikritik karena penanganan konflik dan hubungannya dengan berbagai kalangan.

4. Teori Pendukung: Teori ini menekankan pada peran seorang pemimpin dalam mendukung dan memberdayakan pengikutnya.

Gaya kepemimpinan Anies Baswedan dipuji karena kemampuannya dalam mendukung dan memberdayakan masyarakat Jakarta.

5. Teori Deliberatif: Teori ini menekankan pentingnya komunikasi dan dialog dalam kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan Anies Baswedan dikritik karena ternyata kurang transparan dan tidak adanya komunikasi dengan publik.

6. Teori Kearifan Budaya: Teori ini menekankan pentingnya pemahaman dan penghormatan terhadap budaya lokal dalam kepemimpinan.

Dalam gaya kepemimpinan, Anies Baswedan dipuji karena kemampuannya memahami dan menghormati budaya lokal Jakarta.

Jadi, dalam berbagai teori kepemimpinan gaya kepemimpinan Anies Baswedan dapat dijelaskan melalui beberapa teori, antara lain teori otoriter, teori psikologis, teori sosiologis, teori suportif, teori deliberatif, dan teori kearifan budaya.

Gaya kepemimpinannya dipuji karena kemampuannya menginspirasi dan memotivasi masyarakat Jakarta, namun juga dikritik karena penanganan konflik dan hubungannya dengan berbagai kelompok.

Ada kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan Anies Baswedan. Dia membangun Jakarta dengan gaya kepemimpinan yang inovatif, transformasional, dan mendukung. Melalui teknik komunikasi yang efektif, Anies dapat menginspirasi, memotivasi, dan memberdayakan masyarakat untuk mengatasi krisis Covid-19. Meskipun demikian, Anies memiliki beberapa kelemahan, termasuk resistensi terhadap perubahan dan keterbatasan sumber daya.

Saran untuk pengembangan kepemimpinan di masa depan adalah:

1. Transparansi dan Komunikasi yang Lebih Baik: Pemimpin publik harus lebih transparan dan berkomunikasi dengan publik untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar dan mengurangi kritik karena kurangnya informasi.

2. Meningkatkan Kemampuan Adaptasi: Untuk mencapai keberhasilan dalam kepemimpinan mereka, para pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengatasi resistensi terhadap perubahan.

3. Pengelolaan Sumber Daya yang Efisien: Pemimpin harus mengelola sumber daya mereka dengan cara yang bijaksana dan efektif agar mereka dapat mengatasi potensi kekurangan.

4. Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat: Untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, para pemimpin harus terus mendorong masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Diharapkan pemimpin publik di masa depan akan menerapkan saran-saran ini untuk meningkatkan kinerja kepemimpinannya dan memiliki dampak positif yang lebih besar pada masyarakat yang mereka pimpin.

Disusun oleh:

1. Gita Dara Tambora

2. Sa’idatus Shafa Nuzulia

3. Rivani Anggraini Putri

4. Yudha Hino Hasaputra

Daftar Pustaka:

https://www.researchgate.net/publication/361408848_Gaya_Kepemimpinan_Anies_Rasyid_Baswedan

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SWATANTRA/article/download/18564/9206

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun