Mohon tunggu...
Miya Kolida Az zakkiyah
Miya Kolida Az zakkiyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Menuju Keikhlasan dan Pengampunan

2 Desember 2024   19:53 Diperbarui: 2 Desember 2024   23:11 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan pengampunan. Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci ini dengan penuh harapan dan semangat untuk mendapatkan pahala yang berlimpah. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang meningkatkan ketakwaan, memperbaiki akhlak, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu hadis yang sangat terkenal dan menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam menyikapi Ramadhan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, yang berbunyi:

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang betapa besar manfaat yang dapat diperoleh dari puasa Ramadhan. Selain sebagai ibadah wajib yang mendekatkan diri kepada Allah, puasa juga menjadi kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak hanya menjalankan ibadah puasa dengan rutin, tetapi dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, serta niat yang benar.

Pada suatu hari, di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Fadil. Sejak kecil, ia selalu mendengar tentang keutamaan bulan Ramadhan dan bagaimana bulan ini menjadi waktu yang tepat untuk memperbaiki diri. Namun, Fadil sering merasa bahwa dirinya tidak cukup baik untuk mendapatkan pengampunan Allah. Setiap tahun, ia menjalani Ramadhan dengan rutinitas yang biasa---puasa, shalat tarawih, dan membaca Al-Qur'an---tetapi sering kali ia merasa ada yang kurang dalam hatinya.

Pada suatu malam, Fadil duduk di teras rumahnya, merenung tentang dirinya. Di luar sana, suara takbir dari masjid terdengar, menandakan kedatangan bulan Ramadhan. Fadil merasa ragu, apakah dirinya benar-benar dapat meraih keutamaan yang dijanjikan dalam hadis tersebut. Ia teringat akan hadis yang sering didengar dari sang guru di masjid: "Barangsiapa yang berpuasa dengan penuh iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosanya akan diampuni."

Fadil menyadari bahwa selama ini ia menjalani ibadah puasa dan shalat hanya sebatas kewajiban, tanpa benar-benar memahami esensi dari ibadah itu sendiri. Ia merasa bahwa ia perlu memperbaiki niat dan menyikapi Ramadhan dengan cara yang lebih baik. Ia memutuskan untuk menjadikan Ramadhan kali ini sebagai momentum perubahan. Fadil ingin menjalani puasa dengan penuh kesadaran, bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari segala perbuatan buruk yang dapat mengurangi pahala.

Hari pertama Ramadhan tiba, dan Fadil merasa berbeda. Ia tidak hanya berfokus pada menahan lapar dan dahaga, tetapi juga berusaha mengendalikan emosinya, menjaga lisannya, serta memperbanyak amal ibadah. Setiap hari, ia membaca Al-Qur'an lebih banyak, berdoa lebih khusyuk, dan menyisihkan waktu untuk bersedekah kepada yang membutuhkan. Fadil merasa bahwa puasa bukan sekadar menahan diri dari makanan, tetapi juga membersihkan hati dan meningkatkan kualitas hidup.

Suatu malam, ketika Fadil sedang melaksanakan shalat tarawih, ia teringat akan hadis yang dia dengar sebelumnya. Ia merenung, apakah ia sudah cukup ikhlas dan penuh iman dalam menjalani Ramadhan kali ini. Fadil merasa bahwa ia telah berusaha maksimal, tetapi ia tahu bahwa hanya Allah yang bisa menilai keikhlasan dan amalannya.

Malam itu, ketika selesai shalat, Fadil duduk sejenak di atas sajadahnya, menundukkan kepala, dan berdoa dengan tulus. "Ya Allah, aku tahu aku bukanlah hamba yang sempurna, tetapi aku berusaha menjalani bulan Ramadhan ini dengan sepenuh hati. Ampunilah dosa-dosaku dan terimalah amal ibadahku."

Setelah berdoa, Fadil merasa hatinya lebih tenang dan ringan. Ia sadar bahwa tidak ada ibadah yang sempurna, tetapi yang terpenting adalah usaha dan niat yang tulus. Ia percaya bahwa dengan berusaha memperbaiki diri setiap hari, Ramadhan kali ini akan menjadi lebih bermakna dan membawa berkah dalam hidupnya.

Melalui pengalaman ini, Fadil belajar bahwa menyikapi hadis tentang Ramadhan bukan hanya soal menunggu pengampunan, tetapi juga tentang usaha yang maksimal dalam mendekatkan diri kepada Allah. Ramadhan adalah bulan yang penuh peluang untuk memperbaiki diri dan meraih pengampunan-Nya. Dengan niat yang benar, ibadah yang ikhlas, dan amal yang konsisten, siapa pun dapat meraih keutamaan yang dijanjikan dalam hadis tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun