Mohon tunggu...
Miya Kolida Az zakkiyah
Miya Kolida Az zakkiyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Dibalik Kebersihan

2 Desember 2024   09:10 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:58 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah hijau dan pepohonan rindang, hiduplah seorang pemuda bernama Amir. Ia dikenal sebagai sosok yang rajin dan taat beragama. Setiap hari, Amir selalu menyempatkan diri untuk pergi ke masjid, membantu orang tua, dan belajar agama dari para sesepuh desa.

Suatu hari, ketika sedang membersihkan halaman rumahnya, Amir mendengar suara lembut dari arah belakang. Ternyata itu adalah suara Pak Ustaz Rahman, guru mengajinya yang bijaksana. “Amir, kau sungguh rajin sekali. Apa yang membuatmu begitu tekun menjaga kebersihan?” tanya Pak Ustaz dengan senyum hangat.

Amir berhenti sejenak, mengusap keringat di dahinya, lalu menjawab, “Pak Ustaz, saya teringat hadis Nabi yang mengatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Saya ingin menjadi hamba yang dicintai Allah dengan menjaga kebersihan.”

Pak Ustaz Rahman mengangguk setuju. “Benar sekali, Amir. Kebersihan bukan hanya soal fisik, tetapi juga mencerminkan kebersihan hati dan pikiran kita. Dengan menjaga kebersihan, kita menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan.”

Percakapan itu terus terngiang di benak Amir. Ia semakin bersemangat untuk menerapkan prinsip kebersihan dalam setiap aspek kehidupannya. Tidak hanya membersihkan rumah, tetapi juga menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

Namun, tidak semua orang di desa memiliki pandangan yang sama dengan Amir. Beberapa tetangganya masih sering membuang sampah sembarangan dan kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan. Hal ini membuat Amir merasa prihatin.

Suatu sore, ketika Amir sedang berjalan menuju masjid, ia melihat sekelompok anak-anak bermain di dekat tumpukan sampah. Bau tak sedap menyengat hidungnya. Amir pun mendekati mereka dan berkata, “Adik-adik, mari kita bersihkan tempat ini agar lebih nyaman untuk bermain.”

Anak-anak itu awalnya ragu, tetapi setelah Amir menjelaskan pentingnya kebersihan dan bagaimana hal itu bisa membuat mereka lebih sehat dan bahagia, mereka pun setuju. Bersama-sama, mereka mulai memunguti sampah dan membersihkan area tersebut.

Keesokan harinya, berita tentang aksi Amir dan anak-anak itu tersebar di seluruh desa. Banyak warga yang terinspirasi dan mulai ikut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan. Mereka menyadari bahwa kebersihan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama.

Melihat perubahan positif ini, Pak Ustaz Rahman merasa bangga. Ia mengundang Amir untuk berbicara di depan jamaah setelah salat Jumat. “Saudara-saudaraku,” kata Pak Ustaz, “hari ini kita belajar dari Amir, seorang pemuda yang telah menunjukkan kepada kita betapa pentingnya kebersihan dalam Islam. Mari kita jadikan kebersihan sebagai bagian dari iman kita.”

Amir berdiri di samping Pak Ustaz, merasa sedikit gugup namun penuh semangat. “Saya hanya melakukan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,” katanya dengan rendah hati. “Kebersihan adalah cerminan dari iman kita. Dengan menjaga kebersihan, kita tidak hanya menjaga kesehatan, tetapi juga menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah.”

Sejak saat itu, desa kecil tersebut berubah menjadi tempat yang lebih bersih dan nyaman. Warga desa semakin sadar akan pentingnya kebersihan dan saling mengingatkan satu sama lain untuk menjaga lingkungan. Amir pun merasa bahagia karena usahanya membuahkan hasil yang baik.

Namun, perjalanan Amir belum berakhir. Ia menyadari bahwa menjaga kebersihan bukanlah tugas yang selesai dalam sehari. Itu adalah komitmen seumur hidup yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan semangat dan ketekunan, Amir terus berusaha menjadi teladan dalam hal kebersihan, baik secara fisik maupun spiritual.

Pada suatu malam yang tenang, Amir duduk di beranda rumahnya sambil memandang bintang-bintang di langit. Ia merenungkan perjalanan hidupnya dan betapa banyak pelajaran berharga yang telah ia dapatkan. Dalam hatinya, Amir berdoa agar Allah senantiasa memberinya kekuatan untuk menjaga kebersihan dalam segala aspek kehidupan.

Dengan keyakinan yang teguh, Amir melangkah ke masa depan, membawa cahaya kebersihan yang menerangi jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya. Ia tahu bahwa selama ia berpegang pada ajaran agama dan menjaga kebersihan, Allah akan selalu bersamanya, memberikan petunjuk dan berkah dalam setiap langkahnya.

Dan begitulah, di desa kecil yang damai itu, kebersihan menjadi bagian dari iman yang menguatkan ikatan antara manusia dan Sang Pencipta, serta antara sesama manusia. Sebuah pelajaran sederhana namun mendalam, yang diajarkan oleh seorang pemuda bernama Amir, yang memahami bahwa kebersihan adalah cahaya yang menerangi jiwa dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun